"Ayah!!!" Atta mengigau lalu terbangun dari tempat tidurnya.
"Atta, kamu kenapa?" tanya Aleta yang baru tersadar dari tidur yang tak disengaja di atas pangkuan lengannya.
Pola napas Atta yang tak beraturan seperti orang yang sedang ketakutan.
"Ohh, bukan apa-apa, hanya mimpi buruk,"—memegang kepalanya,—"jam berapa sekarang?"
"Jam 12 lewat 15 menit, ini waktu istirahat," jawab Aleta.
Atta pun mencoba bangkit dari kasurnya, tapi ditahan oleh Aleta. "Kamu mau kemana? Jangan banyak gerak dulu!"
Atta pun berhenti bergerak dan menuruti apa yang Aleta katakan padanya.
"Kamu juga belum makan, sebentar aku mau ke belakang ambil makanan buat kamu, tunggu ya!"
Atta hanya mengangguk. Sementara Aleta pergi menuju ke belakang dimana ada tempat khusus makan bagi para siswa maupun guru yang sedang mengalami sakit dan sedang di rawat di UKS Sekolah.
Saat Aleta mengambilkan makanan, ia melihat tangan yang penuh dengan perban putih mengitari lengan kanannya dan mengenakan seragam UKS sekolah mereka yang juga sedang mengambil sejumlah makanan. Lantas Aleta menoleh ke arah wajahnya.
"Ohh, Eggi! Gimana keadaanmu udah baikan?"
"Lumayan,lah, aku udah bisa menggerakkan kakiku, walau yaa, masih sedikit nyeri,sih,"—sambil menggoyangkan kaki kirinya—"ohh, ya! Kamu kenapa di sini?" imbuhnya.
"Aku lagi ngerawat Atta tadi tiba-tiba jatuh pingsan."
"Hah! Atta? Pingsan?"
"Iya tadi, aku nggak sengaja bertemu dengannya lagi sama Bu Rifa menuju ke ruangannya. Saat aku sapa dia nggak ngerespon aku. Aku sempat heran, sih. Makanya, itu buat aku khawatir, pasti ada yang nggak beres," tutur Aleta.
"Ruang BK? Apa yang terjadi?"
"Entahlah, aku langsung menyusulnya ke ruang BK, karena aku rasa dia sedang sakit, makanya aku bawa dia kemari. Belum sampai sini dia udah jatuh pingsan dulu."
"Aku udah selesai, antar aku mengunjunginya," pinta Eggi.
Aleta pun mengajak Eggi pergi mengunjungi Atta.
***
Terdapat tiga ruangan UKS di sekolah itu. Di setiap ruangan memiliki 2 sampai 4 kasur yang bisa untuk disinggahi di kala sakit.
Aleta membawa masuk Eggi ke salah satu ruang UKS untuk melihat Atta.
"Atta masih belum boleh terlalu banyak gerak, karena kondisinya masih nggak stabil. Aku harap kamu bisa mengerti," ujar Aleta, "Atta ini ada Eg ...."
Atta tidak ada di kasurnya, hanya suara tirai yang bergoyang karena terkena embusan angin dari luar jendela yang sengaja dibuka.
Aleta langsung meletakkan makanan yang ia bawa lalu berlari keluar mencari Atta. Kamu dimana, Atta? Aku yakin kamu tidak akan melakukan hal bodoh kan! Batin Aleta penuh kekacauan dan rasa takut.
Aleta bertanya kesana-kemari, ada yang mengetahui ada juga yang tidak. Namun, ia tetap saja mencari hingga ketemu.
"Ooh, Kak Atta, barusan tadi aku liat dia naik ke atas," ucap salah satu adik kelas yang mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Novela Juvenil[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...