Chapter 18

10 2 0
                                    

Sabtu pagi yang cerah, hari ini adalah hari libur karena di tahun ini setiap sekolah telah menggunakan sistem full day di mana siswa dituntut untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar selama seharian penuh, mulai dari Senin hingga Jum'at.

KRING! KRING!

"Yen, sudah siap?"

Yenada mengangguk, lalu Eggi pun mulai mengayuh sepedanya menuju suatu tempat yang mereka ingin kunjungi.

Sebenarnya Eggi ingin mengajak Yenada pergi dengan membawa mobilnya. Tapi, Yenada menolak ia lebih senang kalau berpergian dengan menggunakan sepeda.

"Yenada, kenapa kau lebih suka bersepeda?"

Yenada hanya diam menikmati semilir angin yang menghempas pipi gemasnya itu. Dengan wajah penuh bahagia memegang erat tubuh Eggi agar tak terjatuh. Eggi meliriknya sesekali.

Akhirnya ia menyadari setelah melihat ekspresi wajah Yenada. Walau tanpa jawaban ia tahu betapa bahagianya Yenada menikmati suasana itu.

Eggi pun tersenyum turut menikmati indahnya pagi bersama Yenada. Mentari yang hangat menyentuh kehangatan mereka pula.

***

Aleta termasuk orang yang sangat kaya karena Papanya punya perusahaan di luar negeri sedangkan Mamanya punya kelas masak online yang setiap weekends di siarkan di TV Swasta.

Seseorang mengetuk rumah Aleta. Ia menunggu hingga Aleta keluar. Mobil dari arah kiri tiba-tiba lewat dan berhenti.

"Atta! Yuk buruan naik!" teriak Aleta setelah membuka jendela mobil.

Atta pun melangkah menuju mobil Aleta. Kemudian ia masuk.

"Kenapa buru-buru sekali? Ka-kamu?"

Aleta tak menjawab ia segera menancap gas lalu pergi. Kemudian ia berhenti di suatu tempat.

"Ke-kenapa kita berhenti?"

Aleta keluar dari pintu mobil. "Atta kamu yang bawa mobil," perintahnya.

Atta hanya menuruti perkataannya. Aleta pun duduk di kursi belakang entah apa yang ingin ia lakukan.

"Atta jangan menoleh kebelakang!"

"Kenapa lagi?"

"Aku mau ganti baju, pokoknya jangan liat ke balakang!"

"Hah?! Kalo kamu mau ganti baju kita bisa mampir di suatu tempat, jangan di mobil!"

"Udah, jalan aja, pokoknya kamu jangan noleh ke belakang!"

Atta bingung dan tak mampu berbuat banyak akhirnya ia hanya menuruti apa yang Aleta mau. Ia pun menancap pedal gas mobil itu.

"Oh iya aku lupa," celetuk Aleta sambil menutup kaca spion tengahnya.

Atta hanya menggeleng. Ia tahu kalau Aleta itu memang gadis yang paling cantik di sekolahnya dan tentunya punya tubuh sempurna bak seorang Model. Tapi, ia tak punya niat untuk melakukan hal gila seperti itu.

Setelah cukup lama Atta menahan dirinya sedikit kaku saat berkendara. Aleta pun langsung pindah duduk ke kursi depan. "

"Kenapa, sih, sebenarnya sampai harus kayak gini?" tanya Atta penasaran.

"Papaku baru pulang dari luar negeri. Sebenarnya jarang dia pulang ke rumah. Walaupun begitu, bukan berarti aku kurang kasih sayangnya. Kalau aku bisa kapan aja jika mau menemuinya. Tapi, dia nggak bakalan ngizinin aku pergi. Ia pasti ingin aku menghabiskan waktu bersamanya."

Kertas Bahasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang