Di kala matahari bersinar, namun dibayang-bayangi awan gelap seolah-olah akan hujan. Serupa dengan rasa pagi kali itu, bahagia tercampur-adukkan dengan kebimbangan menciptakan ilusi kesedihan.
Disaat Yenada sibuk memikirkan betapa mengecewakan dirinya. Seseorang pengendara lain tiba-tiba datang menghampiri mereka. Mata Yenada tertuju padanya. Ia melihat dari kejauhan ternyata sosok Atta yang sangat ia kenal.
Yenada tahu apa yang ada di dalam pikiran Atta saat itu. Atta pasti akan mengejar pengendara yang menabrak Eggi. Ternyata benar! Atta mengayuh sepedanya menuju ke arah dimana penabrak itu melarikan diri. Ia sebenarnya ingin menghampiri Eggi, namun kekecewaannya terhadap dirinya melebihi apapun.
Apa yang harus aku lakukan? Yenada membatin.
Kemudian, ia pun memutuskan untuk pergi menyusul salah satu dari mereka. Gery membantu Eggi berdiri dan mengantarnya ke UKS Sekolah.
"Apa kau bisa jalan, Gi?" tanya Gery khawatir dengan kondisi Eggi.
"Ya, aku bisa, tenanglah." Ia mencoba melangkahkan kakinya secara perlahan walaupun ia masih terlihat menahan rasa sakitnya itu. Untungnya jarak sekolah dengan rumah mereka tidak jauh hanya tinggal belok ke kanan dari persimpangan ini lalu jalan beberapa puluh meter saja mereka akan sampai.
***
Atta pun mengejar orang yang melarikan diri setelah menabrak Eggi dengan sengaja, ia memperhatikan jalan dengan sorot matanya yang tajam. Berharap menemukan sosok bersepeda seperti yang dideskripsikan Gery padanya.
Akhirnya ia melihat jauh di depan, seorang pengendara persis apa yang ia cari. Atta mengayuh dengan cepat mengejar orang tersebut. Ketika Atta sudah sangat dekat dengannya. Pengendara itu merasa kalau ia sepertinya diikuti oleh seseorang. Lantas ia menoleh dan melihat seseorang berseragam sekolah tepat berada di belakangnya. Ia tak memperhatikan wajahnya tapi ia sadar kalau pelajar dengan seragam sekolah itu tak seharusnya melewati jalan ini. Tapi mengapa?
Akhirnya pengendara itu mengerti. Ia bersepeda dengan lebih cepat dibanding sebelumnya. Atta menyadari itu. Ia tetap mengejar pengendara itu walau sampai manapun ia akan melarikan diri.
Tampaknnya terjadi kejar-kejaran antara Atta dan Pengendara berhelm hitam tersebut. Kejar-kejaran itu terjadi hingga ke berbagai tempat mulai dari jalan raya sampai ke jalan di lorong sempit, tak peduli.
Pengendara itu merasa tersaingi keahliannya dalam bersepeda. Sangat jarang sekali ia melihat orang yang bisa bersepeda sehebat dirinya. Pengendara itu menunggu momen yang pas untuk kabur dari kejarannya.
Akhirnya ia melihat pengendara mobil yang hendak melintas. Ia memberanikan dirinya untuk mendahului mobil tersebut sebelum melintas. Dengan perhitungan yang tepat ia melaju dan ...,
Wushh!!!
Ia berhasil menerobos mobil yang melintas di persimpangan itu. Mobil yang melewatinya terkejut dengan aksi berbahaya pengendara sepeda itu membuatnya harus berhenti mendadak dan menutupi laju jalan persimpangan itu.
Dan pada akhirnya sesuai dengan perkiraaannya, ia menoleh ke belakang dan ia tidak melihat si pengejar berseragam sekolah itu mengejarnya lagi. Kemudian ia belok ke arah kanan, masuk ke dalam lorong kecil dan sempit yang terhimpit oleh bangunan pertokoan yang lumayan besar supaya membutakan pencarian si pengejar.
Ketika pengendara itu hendak keluar dari lorong tersebut. Ia menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada lagi yang mengejarnya. Seketika ia menolehkan pandangannya kembali ke depan.
BRAKK!!!
Seseorang datang dari arah kanan menabraknya dengan cukup kencang, membuatnya terpelanting jauh hingga tersungkur dan jatuh. Tubuhnya menghantam kotak sampah yang diletakkan di pinggiran itu lalu tumpah berhamburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Teen Fiction[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...