Sebuah Awal

234 19 2
                                    

"Kenapa kau selalu datang menemani di saat aku ingin menyendiri?"

Setiap orang lahir dan mengemban takdir yang berbeda. Tidak satupun yang sama. Dan entah kenapa sampai saat ini aku masih tidak mengerti apa itu kehidupan dan untuk apa aku hidup.

Bukankah ada kalanya mati lebih indah daripada merasakan hidup?

Terkadang yang didapat dari hidup hanyalah siksaan batin. Sedangkan jika kita mati, beban itu akan lenyap bersama tekanan yang terus menyiksa.

Aku seharusnya sudah mati puluhan tahun yang lalu, tapi Tuhan masih belum mengizinkan aku untuk menemuinya. Dan saat ini aku pun hampir mati untuk yang kedua kalinya.

Apakah manusia memang sebenci itu padaku?

Apakah Tuhan memang hanya ingin membuatku lebih menderita?

Itulah yang selalu aku pertanyakan. Namun, aku akhirnya menyadari memang ada seseorang yang benar-benar tak ingin kehilanganku. Orang yang benar-benar menyanyangiku. Orang yang akan menghancurkan dirinya sendiri saat aku menghilang dari kehidupannya.

Tapi, apa aku pantas untuk mendapatkan itu?

Rasanya dunia ini tak adil. Orang sepertiku sama sekali tak pantas mendapatkan itu. Aku curiga kalau mereka hanya merasa kasihan dengan keadaanku. Mereka hanya peduli dengan keterbatasanku bukan karena melihatku seutuhnya.

Orang datang dan pergi sesuka mereka. Bila sudah tak cinta, mereka berlalu pergi mencari cinta yang lain. Mereka pun datang dengan alasan cinta yang kurasa tidaklah benar.

AKU BENCI DIKASIHANI!

AKU BENCI DIISTIMEWAKAN!!

AKU INGIN DIPERLAKUKAN SAMA!!!

Terlebih untuk seseorang yang terus mengawasiku. Sejak kecil telah bersamaku. Jika memang aku bukan yang kau mau. Jangan bertindak seolah harapan itu ada untukku memilikimu.

Maka pergilah, berlalulah bersama seseorang yang kau cintai. Seseorang yang memang kau inginkan untuk diajak hidup bersama. Jangan lagi kau buat dia yang mencintaimu merasa kecewa dan patah hati seperti yang aku rasakan saat ini.

Meski aku tak benar-benar tahu isi hati seseorang.

-My Diary

Yenada menghelas napas, lalu menutup buku diary-nya.

Kemudian ia bersandar di atas kasur di salah satu ruangan inap Rumah Sakit terbaik di kota ini. Beberapa hari yang lalu Yenada baru saja menjalani operasi di kepalanya. Bisa dibilang operasinya berjalan dengan lancar, meski yang dikhawatirkan adalah luka tempo lalu bisa saja membuatnya semakin parah.

Seorang pria bernama Atta sedang tertidur disisinya. Mungkin karena telah kelelahan menjaganya semalaman.

Yenada pun mencoba mengusap rambut Atta. Belum sempat menyentuh sehelai pun tapi sudah muncul keraguan dari dalam dirinya. Ia mengurungkan niatnya.

Yenada melihat luka di tangan kanan Atta mengingatkannya pada waktu itu saat baru beberapa hari duduk di bangku SMU.

Sewaktu pulang sekolah Yenada dan Atta tengah berjalan menelusuri koridor, lalu mereka tak sengaja mendengar keributan.

Mereka melihat seseorang sepasang kekasih sepertinya sedang bertengkar. Atta pun menyuruh Yenada untuk bersembunyi di balik dinding koridor, kemudian mereka menguping pembicaraan mereka.

Kertas Bahasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang