E X T R A : Part 3

169 34 83
                                    

"Cuit-cuit! Cuit-cuit!"

Kicauan burung yang menenangkan hati terdengar hingga ke gendang telinga. Rindangnya pepohonan hijau diiringi tamparan angin yang lembut semakin menambah gelora berlibur. Suasana puncak memang tak pernah mengecewakan. Mereka pun tiba di sebuah Villa disana.

Menghirup udara ...

"Wahh! Fresh banget udaranya!" ujar Riska yang baru saja membuka jendela mobil.

"Kita pesen Villa dulu!" teriak Eggi kepada Gery yang sama-sama baru keluar mobil.

***

"Maaf, Mas, kamar penuh untuk minggu ini, hanya tersisa dua kamar ukuran besar family type untuk 6 orang," jelas reception Villa tersebut.

"Tinggal 2 kamar family type, ya, Mbak?" Eggi mulai bengong sambil memainkan kunci mobilnya.

"Tapi, kok keliatan sepi banget, Mbak?" Gery memperhatikan sekitar.

"Iya, Mas, sebagian sudah di booking dan juga sebagian udah banyak yang keluar pagi-pagi sekali."

Hmmmm ... Mereka hanya mengangguk. Saat itu Yenada dan Riska juga menunggu di belakang tak jauh dari mereka berdua.

"Pesen 1 kamar aja buat cewek!" sahut seseorang dari arah belakang sambil menepuk bahu Yenada. Sontak membuat mereka berpaling ke sumber suara. Yenada yang terperangah setelah melihat pria yang selama perjalanan selalu dalam pikirannya tiba-tiba berdiri kokoh di hadapannya. Yenada langsung memeluk pria itu.

"Baiklah, pesan 1 kamar family type!" ucap Eggi setelah mendengar saran dari orang tersebut, mereka tanpa pikir panjang langsung saja memesan. Seakan-akan mereka langsung mengerti apa yang dimaksudkan oleh pria tersebut, tanpa perlu penjelasan lebih dulu.

"Loh! Kok cuman 1 kamar? Kalian gimana?" tanya Riska yang tidak mengerti dengan cara berpikir mereka.

"Tenang, kita cowok!" Gery membual.

***

"Atta, Maaf, Gue gak tau kalo lo bakal ikut dan muncul tiba-tiba kayak tadi," ucap Eggi. Mereka pun satu persatu memasuki ruangan yang sudah mereka pesan tadi dan meletakkan barang bawaan mereka. Sementara para cowok hanya menghela nafas sejenak di ruangan itu yang hanya diisi oleh perempuan.

"Maaf juga, kalau tadi aku gak tau kamu mau dateng dan jemput Yenada dulu buat pergi bareng dia, makasih yaa!" imbuhnya.

"Ehh! Maksudnya apa? Aku gak paham? Atta datang jemput Yenada? Pergi bareng?" celetuk Gery yang tak tau situasi.

"Jadi gini, Atta telat tadi jemput Yenada dulu!" jawab Eggi.

"Lah! Trus ... kenapa Yenada datang sendiri?" Gery yang masih saja gak paham.

"Ya, Atta titip sepeda dulu di sekolah!" jawab Eggi yang pada akhirnya membuat Gery mengerti soal tadi pagi. Cuman ada satu hal yang menjanggal pikirannya kenapa Atta harus titip di sekolah?

"Wahh!!! Ruangannya asik banget!" ungkap Mely mengangah saat ia dan kedua lainnya baru menginjakkan kaki di kamar itu. Disusul Yenada yang sedang menarik tangan Aleta mengajaknya segera masuk setelah bertemu dengannya tadi tepat setelah ia melihat Atta di lobby pemesanan.

Kertas Bahasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang