Chapter 16

6 4 0
                                    

Dahulu terdapat sebuah rumah keluarga yang hidup sederhana dan berkecukupan. Rumah di mana Atta kecil menetap bersama Ayah dan Ibunya. Mereka hidup harmonis bahagia sejauh Atta merasakannya.

Pada suatu malam, di saat Atta tengah tertidur pulas di atas kasur empuk dengan sprei berwarna biru bercorak karakter Sonic the Hedgehog. Ia terbangun karena mendengar suara ribut di ruang tamu, ia melihat cahaya masuk dari sela pintu kamarnya. Kemudian ia berjalan terhuyung-huyung sambil mengucek kedua matanya, lalu menyalakan tombol lampu yang letaknya tepat di samping pintu.

Ia mengintip keluar, ternyata Ayah dan Ibunya sedang membicarakan sesuatu sambil memegang secarik kertas. Kedua orang tuanya yang menyadari lampu kamar Atta menyala, lalu melirik ke arah Atta yang mengenakan pakaian tidur bermotif Sonic the Hedgehog tengah mengintip.

Ayahnya pun berkata dengan lembut, "Atta sudah malam kok belum tidur?"

Ibunya pun langsung mendekati Atta.

"Atta kan anak yang baik, sekarang sudah malam, Ibu antar kamu ke kasur yaa," ujar Ibunya sambil merapikan pakaian tidur Atta.

"Mata Ibu kenapa? Kok merah?" tanya Atta sambil mengucek-ngucek matanya.

"Anak baik enggak boleh tidur malam-malam nanti dimakan monster 'Raum!'," guyon ibunya yang mencoba menerkam perut Atta dengan jari-jarinya.

Atta pun tersenyum dan kembali tidur setelah ibunya memberinya kecupan selamat tidur.

***

Atta kembali terbangun dan terbatuk-batuk, dan menyadari bahwa terdapat banyak sekali asap yang masuk ke dalam kamarnya. Ia pun berlari keluar dan melihat Ayahnya sedang duduk di kursi. Namun ia kaget ternyata terdapat banyak sekali kobaran api yang membakar sekeliling isi rumahnya. Ketika Atta hendak mendekati Ayahnya, ia pun melirik Atta dengan mata merahnya.

Tiba-tiba seseorang menutup tubuh Atta dengan kain basah dan menggendongnya, ternyata itu Ibunya yang mencoba membawa Atta keluar dari rumah itu. Atta mengintip dari celah kain itu. Ia melihat Ayahnya hanya duduk di kursi sambil tersenyum.

"AYAH!!!!" teriak bocah kecil berumur 4 tahun itu.

Ibunya yang tengah menggendong Atta berlari keluar menjauhi rumah tersebut. Setelah mereka cukup jauh dari tempat tersebut, Ibunya tak sanggup lagi berlari karena terlalu banyak menghirup asap yang membuatnya terbatuk-batuk.

"Atta, Ayahmu tidak akan apa-apa, dia orang yang kuat, percayalah, ughuk-ughuk Ayahmu yang menyuruh Ibu untuk membawamu keluar, karena Ayah akan berusaha untuk menyelamatkan apa yang menjadi milik kita, ughuk-ughuk, Ibu akan ..."

Ibunya pun terjatuh pingsan akibat tubuhnya tidak kuat menahan asap yang dihisapnya begitu banyak.

Saat itu, Atta langsung memeluk Ibunya dan membawanya duduk di bawah pohon untuk berlindung dan berteduh. Ia mengelap wajah ibunya dengan kain basah. Setelah itu mereka pun terlelap.

***

Tak lama setelah itu seseorang pria aneh melintas dan melihat sesosok wanita cantik tengah tertidur di bawah pohon. Terlintaslah niat kotornya, ia pun mendekatinya dan memegang wajah wanita itu.

Atta yang terbangun menyadari itu langsung menggigit tangan kotor yang berani menyentuh wajah Ibu kesayangannya. Pria tersebut melangkah mundur kesakitan memegang tangannya lalu melihat siapa sosok yang berani menggigit tangannya. Ia tertawa lantaran hanya sesosok anak kecil berumur 4 tahun yang ia ketahui sebagai anak dari wanita cantik yang sedang terbaring itu.

Ia pun mendekatinya secara perlahan untuk menakuti Atta, bukannya takut, Atta malah melemparnya dengan batu yang sengaja ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Atta melempar batu itu tepat ke arah muka pria berniat jahat tersebut. Ia pun lagi-lagi kesakitan karena batu yang Atta lempar berukuran lumayan besar.

Ia menjadi sangat marah, walaupun hanya seorang anak kecil yang melakukannya. Ia mencoba menangkap Atta, namun Atta berlari menghindarinya.

Atta pun mengangkat kedua tangannya ke arah depan wajahnya, seolah mengajaknya bertarung. Pria itu hanya tersenyum dan tertawa, ia pun berpura-pura menyerang Atta, namun Atta lagi-lagi menghindar dan memukul kepala pria itu dari belakang. Namun sayangnya pukulan Atta tidak berarti apa apa untuknya. Ia hanya terkekeh-kekeh lalu menangkap Atta dengan mendekap tubuhnya yang kecil dengan begitu kencang hingga membuat Atta sulit untuk bernapas.

Penglihatan Atta mulai merabun, geraknya menjadi lambat dan tubuhnya melemas hingga ia tak berdaya lagi untuk bergerak walau satu jari saja. Atta merasa sudah tak tahan lagi.

'Ayah'

Kata itu tiba-tiba melintas di pikirannya. Ia masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, dan masih banyak hal yang ia ingin ketahui.

Atta tak menyerah, matanya kembali terbuka dan langsung menggigit tangan pria yang mendekap erat tubuhnya. Kali itu bukan gigitan anak kecil biasa, jika melihat ekspresi pria yang begitu menahan sakit. Ia langsung melepaskan Atta.

Ia menatap sakit di tangannya yang hampir berdarah itu. Emosi pria itu kembali terpancing dan kembali mencoba menangkap Atta. Atta terus menghindar melewati bawah selangkangan kaki pria yang lebar itu, lalu menggigit pundaknya. Lagi-lagi pria itu kesakitan dan langsung memukul sembarang ke belakang hingga Atta terpental jauh dan membuat luka di dahinya.

Pria itu menghampiri Atta dan mengangkat kakinya, sehingga kepala Atta berada di bawah. Atta kembali mencoba menyerang dan menggigit lengan pria itu, namun ia lebih dulu melemparkan Atta begitu saja.

Kemudian ia mendekatinya kembali dan mencengkram kera baju Atta lalu mencoba memukul wajah terutama giginya karena merasa begitu jengkel. Namun sesaat ia hendak memukul tiba-tiba seseorang pria lain datang menahannya, dan membuat pria jahat tersebut langsung lari meninggalkan mereka, entah kenapa.

Atta yang terjatuh pun langsung kembali berdiri dan bersiap-siap untuk melindungi dirinya, namun pria yang menolongnya tadi tersenyum dan tertawa, "Saya tidak akan menyakitimu, saya bukanlah seperti pria tadi," tuturnya dengan melebarkan senyum ke arah Atta.

Atta tetap saja tidak percaya, lalu pria seusia ayahnya tersebut mencoba mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Oh, iyaa ini!"—menyodorkan obat perekat luka,—"agar lukamu lekas sembuh."

Kemudian, paman itu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Atta tak sempat mengingat wajah pria yang menolongnya itu, hanya satu yang ia ingat, suaranya.

Atta yang berjalan sempoyongan mendekati Ibunya dan terjatuh ke pangkuan Ibunya karena begitu kelelahan dan sebenarnya ia menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Ia tertidur dan memimpikan kembali kejadian kebakaran tersebut yang seolah-olah membakar dirinya hidup-hidup dan membuatnya terbangun dari tempat tidurnya.

"AYAH!!!"

Aleta yang tengah duduk tertidur di sisinya terkejut bangun dan langsung menanyakan keadaan Atta.

_______________________________
K E R T A S  B A H A S A  H A T I

_______________________________K E R T A S  B A H A S A  H A T I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kertas Bahasa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang