(Lalu-bagaimana-dengan-Ibumu?-Apakah-ia-kembali?)
"Setelah saat itu yang kulakukan hanya menunggu di pintu gerbang berharap Ibuku akan datang kembali menjemputku. Selama kurang lebih satu minggu aku menantikan kehadirannya namun tak jua kembali.
"Sejak kecil aku sudah terlatih untuk tidak cengeng, namun tetap saja rasa sesak di dada yang tak tertahankan terasa begitu sakit hingga aku kesulitan bernapas.
"Lalu, Paman Sam yang mengasuhku datang menghampiriku dan mengelus-elus kepalaku. Entah kenapa, rasa sakit itu tiba-tiba menghilang. Dalam hatiku berkata begitu hangat dan nyaman perasaan ini. Ia pun berkata 'Suatu saat ia pasti akan kembali dengan senyum indahnya,' janji Paman Sam kepadaku waktu itu."
(Sejak-hari-itu-apakah-kau-sudah-pernah-bertemu-dengan-Ibumu-lagi?) tanya Yeyen.
Atta pun menjawabnya dengan jelas, "Tidak, aku tidak pernah lagi melihatnya. Sebenarnya, aku tidak begitu berharap untuk bisa bertemu dengannya lagi, meski begitu aku hanya mengharapkan yang terbaik untuknya. Jika ia masih hidup, aku ingin dia merasakan kehidupan yang layak. Jika telah tiada, semoga ia bahagia di sana."
(Lalu-Ayahmu?)
"Saat itu, aku masih terlalu kecil untuk bisa mengingat wajah mereka, yang aku ingat sampai saat ini hanyalah sentuhan dari genggaman tangan mereka," jawab Atta.
Atta baru tersadar saat itu Yeyen meneteskan air mata yang cukup banyak. Karena Yenada sadar, walau ia sudah mengenal Atta sejak kecil, namun ia tak pernah mengenal latar belakang Atta. Ia juga tersadar lantaran bagaimana bisa seseorang tetap berbuat baik walau dirinya sendiri dihantam cobaan berulang kali?
Yeyen mencoba menahan tangisnya. Atta membiarkan Yeyen meluapkan emosi itu.
KRINGG!!!
"Maaf, Gi, kau dengar itu? Sekarang sudah waktunya aku pergi. Kalau ada apa-apa, bilang aja ke perawat disini. Perawat disini cantik-cantik loh, haha, dahh!Aku pergi dulu!" Geri pun segera meninggalkan ruangan UKS dan pergi menuju kelas.
"Kenapa ya selalu terjadi hal yang tak terduga?" gumam Gery sambil berjalan keluar pintu.
"Seperti ini!" teriak seorang perempuan yang datang dari arah belakang sambil menutup mata Gery dengan kedua tangannya.
Pada awalnya Gery terkejut, namun ia menyadari siapa perempuan itu yang berusaha membuatnya tersentak, perempuan yang baru-baru ini begitu dekat dengan Gery.
"Ris, kalau kau ingin membuat jantungku berhenti berdetak, bunuh aja aku," guyon Gery.
"Kau ini, kenapa cepat sekali menebaknya," ujar Riska cemberut, lalu melepaskan kedua tangannya.
"Aduh-duh-duh! Riska, mataku kemasukkan sesuatu!" keluh Gery kesakitan, lalu berbalik menghadap kearah Riska.
"M-maaf ... aku nggak sengaja, mungkin tadi terlalu keras, sini biar aku tiup matamu!"
Ketika Riska hendak meniup bola mata Gery. Gery pun dengan sengaja menggerakan keningnya ke arah bibir Riska. Sehingga membuat Riska terpaksa mencium kening Gery.
Gery pun tertawa gembira. Karena menyadari hal itu Riska langsung memukul kepala Gery lalu memutar balik tubuhnya dan mukanya pun memerah lantaran malu. Ia pun dengan gugup berkata, "A-aku sudah dengar soal tadi pagi dari Atta"
"A-dih-dih! Tapi kenapa kau harus memukulku?" jawab Gery sambil memegang kepalanya karena kesakitan.
"Tapi, kelihatannya kamu sehat-sehat aja!"
"Yang tertabrak itu Eggi bukan Aku, makanya aku enggak kenapa-kenapa," jelas Gery.
"Aku tau, tapi tetap aja!"
"Tetap aja kenapa?"
"Sudah, lupakan!" wajah Riska lagi-lagi memerah lantaran memendam apa yang ia ingin ucapkan.
Gery pun keheranan, "Kemana dia?"
"Siapa?"
"Atta, pergi kemana dia?"
"Aku nggak tahu, aku tadi nggak sengaja bertemu dengannya di gymnasium saat sedang menonton pertandingan silat. Ia lagi-lagi terlibat dan setelah itu dia memberitahuku soal ini dan langsung pergi begitu saja meninggalkanku. Entah apa yang ia kejar," ujar Riska.
Gery pun mendengar perkataan tersebut jadi tambah penasaran seperti ada sesuatu yang Atta sembunyikan. "Ayo ikut aku!" ucap Gery sambil menarik tangan Riska.
Riska menahannya dan bertanya, "Kemana?"
"Ke kelas lah, emang kamu tadi enggak dengar suara bel?"
"Oh, iya!" Mereka pun pergi bersama menuju ke arah kelasnya.
***
Suasana dalam kelas yang sangat tentram. Setiap tahun akan ada perombakan kelas. Alasannya sederhana agar siswa cepat beradaptasi terhadap lingkungan kelas dan lebih terbuka dalam mencari teman dan rekan baru selama proses pembelajaran. Walaupun terkadang ada sebagian siswa yang tidak terima tapi kebanyakan siswa tetap fokus dalam belajar. Demi mendapatkan nilai yang memuaskan, mereka pun serius mengikuti setiap pelajaran serta memperhatikan semua materi yang guru-guru berikan.
Dalam pelajaran Bimbingan Konseling atau yang biasa disingkat dengan BK. Saat itu kelas sedang diajarkan oleh seorang guru baru lulusan Psikologi.
"Kita sebagai manusia terpelajar jelas harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Ketika kita ditawarkan untuk menikmati sesuatu yang seharusnya tidak kita nikmati dan kita ditawarkan untuk melihat apa yang seharusnya tidak kita lihat. Apa yang akan kalian lakukan?
"Terkadang orang-orang kurang menyadari hal ini, mereka tidak bisa merasakan gelap dan terang dalam hatinya. Maka dari itu, hati mereka akan mudah rapuh dan mudah goyah dengan kepuasan yang fana. Ketika kita menemukan cahaya yang begitu terang seperti halnya matahari dalam hati kita. Itulah yang akan memperkuat keyakinan kita dan takkan mudah goyah.
"Maka temukan itu, temukanlah cahaya itu!" jelas guru BK tersebut kepada khalayak murid.
Ia menyadari bahwa ada salah satu di antara muridnya yang tubuhnya berada di dalam kelas, tapi pikirannya entah kemana.
Guru itu pun penasaran, lalu mendekati dan berkata dengan sedikit mengeraskan suaranya, "Atta!!!"
Atta pun terkejut. "Iya, saya akan temukan!" timpalnya.
Ibu Guru itu juga ikutan terkejut mendengar jawaban Atta yang mana ia menyadari bahwa Atta sedang tidak memperhatikannya, namun kenapa ia bisa menjawab apa yang ia jelaskan. Ia menyadari ada suatu kejanggalan. Sebenarnya ia ingin melanjutkan kelasnya, namun ia lebih penasaran dengan psikis Atta.
"Atta, kamu ikut ibu ke kantor sekarang!"
Dalam perjalanan ke ruang BK, tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang siswi dengan membawa kotak peralatan P3K. Ia memberikan salam kepada Bu Rifa dengan menundukkan kepalanya. Namun ia terkejut ketika melihat Atta berjalan mengiringinya.
Gadis itu pun mencoba menyapa Atta. Namun sebaliknya Atta mengabaikan dirinya seolah Atta tak melihat siapapun di sana. Atta hanya jalan terus ke depan tanpa memperhatikan sekitar.
Atta! Kenapa kau mengabaikanku? Apa kau masih tak bisa memaafkan ku?
_______________________________
K E R T A S B A H A S A H A T I
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Teen Fiction[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...