"Apa yang kau lakukan disini?" tanya pria yang menodong pisau itu.
"A-aku hanya ...," ungkap Aleta gugup dan terus mundur menghindari pisau kecil yang ditodong di lehernya itu.
PRANG!!!
Tak sengaja Aleta menyenggol meja membuat gelas minuman yang baru ia buat sendiri itu terjatuh dan tumpah.
Atta terkaget mendengar suara, lalu itu berlarian keluar menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu jati itu.
"Kak Alan?" sahut Atta kemudian turun dari lantai atas.
"Atta?" Ia dengan sigap menyimpan kembali pisau kecil itu ke dalam sakunya. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Apa yang kau lakukan disini? Kau bertanya padaku? Tentu aku kemari untuk melihat Asha, Kak?"
"Wait, Atta, kau sudah kenal dengan orang ini? Dia kakak mu?" tanya Aleta yang kebingungan dengan situasi itu.
"Siapa dia?" tanya Alan penasaran.
"Dia teman satu sekolahku," ujar Atta.
Teman? Batin Aleta.
"Dia yang menyarankanku untuk datang kesini dan karena dia juga aku bisa sampai kemari," sambung Atta.
"Namanya?"
"Oh, namanya Aleta," jawab Atta
"Maaf aku tadi nggak sengaja tumpahin minuman ini, aku mau bersihin dulu." Aleta langsung mulai membereskan gelas itu.
"Aleta, tunggu! Caffe Latte?" tanya Atta.
"I-iya," jawab Aleta sambil mengangguk.
Atta mengambil gelas yang masih berisi sedikit Caffe Latte itu lalu mencicipinya. Ia tersenyum setelah meminum satu tegukan, lalu menghabiskannya.
Aleta tersenyum melihat ekspresi Atta, ia langsung menarik kembali gelas itu.
"Aku buatin lagi, kalian duduk aja dulu santai-santai ngobrol."
***
"Bagaimana bisa kau mengajak gadis secantik itu?" tanya Alan.
"Cantik, tapi kenapa kau malah menodong pisau kecil ke arahnya?" Atta balik bertanya.
"Hah?! Kau melihatnya?" Menepuk dahinya. "Yaa, wajar aja, aku khawatir terhadap Asha. Yaa walaupun aku merasa tindakanku tadi memang agak sedikit berlebihan. Aku minta maaf."
"Kau meminta pada orang yang salah," tolak Atta.
"Oke, baiklah, aku akan minta maaf langsung dengannya."
Alan berdiri hendak menghampiri Aleta yang sedang berada di dapur.
Atta hanya menggerakan alisnya seolah menyuruhnya pergi menghampiri Aleta.
"Hmmm ...."
"Eh, Kak Alan? Kenapa?" ujar Aleta sambil terus mempersiapkan minuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Teen Fiction[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...