[...Pelukan...]
"Hati-hati yaa, Sayang." tutur Ibunya, lalu mengecup kening Yenada.
Yenada mengangguk kepala sambil tersenyum simpul, terlihat jelas plester bewarna krem di sisi kiri atas dahinya itu. Mengingatkan Ibunya pada kejadian yang tak pernah bisa dilupakan. Sebuah peristiwa yang menjadi sumber kekhawatirannya hingga kini. Namun, ia selalu percaya anaknya akan menemukan teman yang bisa melindunginya dari kekhawatiran itu.
Yenada pun keluar dari rumah kecilnya dengan membawa ransel di punggungnya. Kemudian berjalan di atas jalan setapak yang di sepanjang pinggirannya dihiasi dengan bunga dan tanaman, membuat suasana pagi menjadi begitu segar dan sejuk.
Embun pagi yang berkilau membuat matanya menangkap sesuatu. Sesuatu yang menggantung di batang tanaman. Ia menyadari bahwa benda tersebut bergerak-gerak seolah ingin melepas diri. Kepompong namanya, sudah beberapa hari tanyanya membatin.
Kepompong itu kembali bergerak, kemudian ia mendekat dan memperhatikan setiap gerakannya. Perlahan namun pasti, kepompong tersebut mulai memperlihatkan isi di dalamnya.
Sayap berwarna mulai terlihat, tubuhnya yang mungil mulai berusaha keluar melepas diri. Saat pertama kali keluar dari kepompong sayap kupu-kupu tersebut terlihat kusut, kecil, basah, dan terlihat menempel di cangkang kepompong. Ia bertanya, mampukah ia terbang?
Kupu-kupu itu mulai melebarkan sayapnya hendak terbang untuk pertama kalinya. Ia mulai mengepakkan sayapnya, namun sayap kupu-kupu tersebut masih belum mampu menopang tubuhnya dan kemudian terjatuh di atas genangan air yang malam itu habis di guyur hujan.
Yenada kemudian duduk dan mencoba membantu kupu-kupu tersebut untuk terbang. Ia mengangkat kupu-kupu itu dengan kedua tangannya lalu perlahan meniupnya. Walau sempat gagal, terlihat kupu-kupu itu tak ragu untuk kembali mencoba. Dan pada akhirnya, kupu-kupu itu terbang tinggi di udara.
***Semua telah berlalu, suasana sekolah yang sempat terasa begitu suram, kini kembali menebar senyum dan tawa.
Pagi yang cerah, Yenada berjalan menelusuri koridor hendak menuju ke kelasnya. Namun, sebuah pesawat kertas melintas, lalu terbang berbalik mengarahnya dan terjatuh di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas Bahasa Hati
Teen Fiction[DIREVISI] Bagaimana jika selembar kertas mampu mengungkapkan perasaan yang terdapat dalam relung hati? Seorang gadis lugu disabilitas tidak mendapat sedikitpun pengakuan dari teman satu sekolahnya. Dicaci dan dimaki setiap hari. Terpaksa ia harus...