fourteen

2.3K 358 33
                                    

Seulgi pov

"Noona!??"

Teriakan dari luar kamar mengagetkanku dari lamunan. Daniel!!! Kebiasaan dari dulu tak pernah berubah. Selalu berteriak tiba tiba.

Aku sedang berbaring santai di tempat tidur. Tubuhku malas untuk bangkit menghampiri Daniel di luar kamar.

"Noona, aku berangkat dulu eoh"

Aku hanya menggangguk malas menanggapi ucapannya. Sepertinya dia sedikit membuka pintu kamarku supaya suaranya kudengar jelas.

"Ingat jangan terima tamu kalau Noona tidak mengenal suaranya, apalagi untuk laki laki yang menabrak noona. Jangan pernah!"

Larangan itu tak aku iyakan. Aku masih tetap diam saja sampai kudengar suara pintu tertutup. Sepertinya Daniel sudah pergi.

Kakiku turun dari tempat tidur dan berjalan menuju arah jendela kamar. Ini rumahku dari kecil, tentu saja aku hafal semua sudut dan bentuk rumahku.

Kubuka pelan jendela kaca itu.

Wush

Semilir angin di pagi hari langsung menerpa wajahku. Aku benar benar suka menikmati pemandangan dengan angin yang berhembus menerbangkan dedauan, dan sesekali menerbangkan rambut rambutku.

Andai saja aku bisa menikmatinya bersama Jimin sekarang. Dia sangat suka kalau rambutku beterbangan karena angin. Katanya menambah kesan sexy. Ada ada saja laki laki itu.

Ah!! Ngomong ngomong tentang Jimin. Aku semakin merindukannya. Sudah tiga hari aku tak bertemu dengannya. Ya. Aku tau sekarang keadaannya berbeda. Aku sudah kembali ke keluargaku. Bukan lagi hidup bersamanya. Pasti akan sulit bertemu laki laki itu.

"Seul!!!"

Teriakan dari bawah jendela samar samar masuk ke gendang telingaku. Kutajamkan pendengaranku supaya tau siapa sosok yang memanggilku dari halaman rumahku itu.

"Seulgi!! Ini aku!!"

Ahh!! Dia rupannya. Aku tau ini suara siapa.

"Tunggu di bawah ya!"

Aku berteriak keras sambil menutup jendela kemudian mulai berjalan pelan keluar dari kamarku. Tak baik membiarkan tamu menunggu lama.

"Seulgi!!"

"Eomma??""

Baru saja aku mau membuka pintu. Ibu sudah mengagetkanku dengan membuka pintu kamarku tiba tiba.








"Cepat turun ke bawah! Taehyung sudah menunggu"












_______













Author pov

"BRENGSEK!!!"



BUGH

Pukulan kesekian kalinya Jimin berikan kepada laki laki yang terbaring tak berdaya di lantai tersebut. Im Jaebum.

"Kenapa kau lakukan ini huh?"

Jimin berteriak sembari mencengkram kerah baju Jaebum. Kedua matanya menyala merah tajam. Bahkan air matanya entah mengapa merembes membasahi kedua pipi Jimin.

"Yang tidak jadi dapat donor mata kan si buta itu, kenapa kau yang marah?"

Jaebum meludah ke sampingnya, mengeluarkan pahit di mulutnya akibat tercampur dengan darah dari bibirnya. Dia terkekeh melihat Jimin yang semakin terlihat marah mendengar kalimatnya barusan. Dia berhasil membuat laki laki ini sengsara, sesuai apa yang dia inginkan selama ini.

THE DESTINY (seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang