eight

2.8K 373 18
                                    

Author pov

"Permisi"

Beberapa orang yang berada di tempat kasir itu menoleh tatkala terdengar suara seorang lelaki.

"Daniel?"

"Wendy noona" Pemuda yang baru saja memasuki Cafe tersebut segera menghampiri perempuan yang tadi menyebut namanya.

"Dimana kakakmu? Kenapa tidak pernah masuk kampus dan kerja di sini?"

"Justru aku kesini mau tanya noona, katanya ada tugas kelompok?" Daniel mengeryit heran.

"Tidak ada tugas kelompok Daniel"

"Sudah kuduga" Gumam Daniel pasrah. Dugaannya benar, Seulgi pasti berbohong.

"Jadi dia belum pulang sama sekali ke rumah?"

"Belum, bahkan ini seminggu lebih dia tak pulang noona" Daniel begitu frustasi tak bisa menemukan keberadaan kakaknya. Bahkan dia sama sekali belum masuk kampus semenjak Seulgi menghilang.

"Ahh iya, ini ada barang milik noonamu yang masih tertinggal disini" Wendy, sahabat dekat Seulgi di kampus itu nampak merogoh sesuatu di laci meja yang menjadi sekat antara dia dan Daniel.

"Handphone dan dompet Seulgi" Perempuan itu meletakkan dua benda di atas meja dan mengarahkannya ke depan Daniel.

"Apa tak ada petunjuk lain selain ini Noona?" Daniel bertanya dengan wajah sendu setelah mengambil dua benda tadi dari atas meja. Mau mengecek handphone milik Seulgi juga percuma, handphone-nya mati.

"Tidak ada Daniel, hanya saja malam sebelum Seulgi menghilang, katanya ada kecelakaan di depan Cafe ini"

"Kecelakaan?"

"Iya, tapi katanya korbannya selamat, dan yang menabrak juga bertanggung jawab" Daniel menelan ludahnya gugup, dia takut kalau kalau yang mengalami kecelakaan tersebut adalah kakaknya.

"Noona apa disini ada CCTV?"

"Ada, tap - , Ya Daniel!!! Aku belum selesai bicara!!" Belum selesai Wendy berbicara, Daniel sudah lebih dulu berlari keluar dari cafe tersebut. Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala sembari menggerutu.

"Padahal aku mau bilang kalau CCTVnya sudah lama rusak dan belum diperbaiki"




_______







Sudah seminggu lebih Seulgi tinggal di apartemen Jimin. Lama kelamaan dia sudah bisa menghafal letak letak bagian di apartemen tersebut.

Dari bangun tidur pagi sampai kembali lagi ke malam dia sudah bisa melakukan aktifitasnya sendiri tanpa bantuan Jimin. Meskipun kadang laki laki itu nekat membantu Seulgi, setidaknya gadis itu sudah mengalami perkembangan yang pesat.

Bahkan dia sudah bisa mendeketeksi kedatangan seseorang di sekitarnya melalui indra penciuman serta pendengarannya. Konon katanya pendengaran dan penciuman seorang yang tak dapat melihat akan lebih tajam daripada yang bisa melihat karena mereka tak bisa lagi mengandalkan penglihatan mereka.

"A, B, C ....." Di ruang tamu luas itu Seulgi duduk di atas sofa dengan terus menggumamkan huruf demi huruf. Jari jarinya menari di atas kertas yang berisikan huruf huruf braile. Ya, dia baru menekuni apa yang biasanya dilakukan oleh para tuna netra di awal awal, yaitu mempelajari huruf braile.

Sudah dua hari dia terus belajar huruf huruf itu. Jimin bahkan selalu memberinya semangat supaya tidak lelah belajar, agar bisa melanjutkan kuliahnya yang kemungkinan akan ditunda sementara waktu sampai gadis itu bisa menguasai dirinya sendiri tanpa bantuan siapapun.

THE DESTINY (seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang