seventeen

2.6K 356 30
                                    

Author pov

Jimin tak henti henti menciumi wajah kekasihnya yang sedang menangis dalam pelukannya itu. Gadisnya menangis setelah Jimin lagi lagi beradu pukulan. Ya. Laki laki iti baru saja menghabisi Jaebum sampai sampai laki laki itu terkapar tak berdaya di depan kamar apartemen Jimin.

Entah bagaimana nasib Jaebum sekarang, yang jelas setelah Jimin memberinya pukulan bertubi tubi, Jimin menutup pintu dari dalam meninggalkan korban di depan apartemennya. Jimin tak peduli. Yang dia pedulikan hanya sang kekasih yang ternyata menangis tersedu sedu semenjak Jimin bergulat dengan Jaebum.

Jimin spontan memeluk Seulgi dan menenangkannya. Tubuh gadis itu bergemetar hebat. Dia yakin Seulgi sangat ketakutan.


"Shhhtt, gwechana gwenchana!"

Jimin melepas pelukannya. Kedua ibu jarinya terangkat menghapus air mata di pipi gadis itu. Mereka berbaring bersama di sofa ruang tamu yang cukup lebar sehingga bisa memuat dua orang untuk berbaring.

"Kenapa tak bilang kalau kau mencari donor mata untukku?"

Jimin terdiam. Menatap wajah kekasihnya yang basah dibanjiri air mata. Tangan kanannya ia jadikan bantal untuk kepala Seulgi.

Seulgi tak henti hentinya terisak. Dia menangis bukan hanya karena ketakutan dengan Jaebum. Tapi gadis itu juga merasa bersalah pada Jimin. Kekasihnya susah payah mencari donor mata untuknya, sedangkan dia bahkan pernah mendiamkan Jimin dan sialnya pernah terbesit dalam pikirannya untuk meninggalkan Jimin. Sangat egois pikirnya.

"Maaf"

Jimin bingung mau menjawab bagaimana. Hanya kata maaf saja yang dia ucapkan.

"Setidaknya aku bisa membantumu, Jim"

Jimin menggelengkan kepala pelan, meskipun Seulgi tak dapat melihat. Tapi ia yakin Seulgi dapat merasakan hembusan nafas berat dari laki laki itu.

Jimin tak mau memberatkan kekasihnya. Cukup dia saja yang akan mencari pendonor mata untuk Seulgi, tanpa melibatkan gadis itu.

Dia sudah bertekad kuat untuk mencari pendonor mata. Jimin tak akan menyerah. Dia yakin pasti akan berhasil.





"Dia tadi siapa Jim?"

Seulgi bertanya setelah diam beberapa detik dan hanya terdengar suara hembusan nafas dua insan yang berpelukan di atas sofa itu. Pertanyaan itu yang sedari tadi terpikir oleh gadis itu. Ketika membukakan pintu untuk laki laki asing tadi, Seulgi benar benar terheran heran kenapa dia bisa mengenal Seulgi? Apa itu teman Jimin? Kenapa malah dia dan Jimin bertengkar?

"Jaebum"

"Dia yang biasanya bertengkar denganmu?"

"Hmm" Jimin hanya bergumam lirih.

"Apa yang terjadi dengan kalian berdua? Kenapa dia sangat membencimu?" Seulgi bertanya dengan pelan takut takut Jimin tak suka dengan pembahasan ini.

"Ceritanya rumit"

"Aku siap mendengarkan Jim" Seulgi tersenyum manis dengan bekas air mata yang masih terlihat di pipinya. Gadis itu merasa belum sepenuhnya tau tentang Jimin. Banyak hal yang dia pertanyakan tentang kekasihnya itu.

"Jaebum itu anak selingkuhan ayahku" Setelah menghembuskan nafas panjang, Jimin mulai bercerita pada Seulgi walau dengan hati yang berat. Dia benar benar tak mau mengungkit tentang masalah itu lagi.

"Aku dan dia hanya berjarak satu tahun. Selama ini ayahku selalu menomor satukan aku dan ibu kandungku. Sedangkan Jaebum dan ibunya hanya sebatas keluarga simpanan bagi ayah"

THE DESTINY (seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang