never changes you and me

3.1K 246 21
                                    

"Jimin!!"

"Jimin bangun!!"

Seulgi terus berteriak sembari menggoncangkan tubuh kekasihnya. Sudah beberapa menit semenjak Jimin jatuh tak sadarkan diri dan belum ada sama sekali ada yang menghampirinya. Karena sudah tak bisa menahannya lagi, akhirnya dengan tekat bulat Kang Seulgi beranjak berdiri setelah sebelumnya memberikan bantalan untuk kepala Jimin dengan jaket tipisnya.

TAP TAP

Huh? Kedua mata Seulgi seketika mengeryit mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Tolong!! Siapapun yang ada disana tolong aku membawa kekasihku ke bawah eoh!!" Kang Seulgi mengemis dengan wajah penuh air matanya. Kedua matanya menatap asal yang ada di depannya. Tak tau bahwa sosok yang diajak bicara sudah berada tepat di samping Park Jimin. Dia seorang dokter laki laki yang memang dikhususkan untuk mengatasi Jimin.

Tap tap

Suara langkah kembali terdengar, mengiringi langkah-langkah yang tadi Seulgi dengar. Rupanya sosok dokter tadi diikuti oleh beberapa orang di belakangnya. Seulgi acuh, ia tak peduli. Yang harus ia lakukan adalah mendampingi Jimin. Kakinya hendak mendekat ke arah Jimin lagi tapi tiba tiba tangannya ditahan oleh seseorang.

"Kang Seulgi?"

Suaranya perempuan. Kebingungan makin melanda pikiran Seulgi. Sebenernya kenapa ini?

"Iya. Ada masalah apa?"

"Ikut saya ke bawah ya?"

"Loh? Apa apaan? Saya harus menemani dia dulu" Seulgi berseru dengan lantang sembari menunjuk ke suatu arah. Pikirnya kekasihnya masih ada di sana. Padahal nihil. Jimin sudah dibawa ke bawah terlebih dahulu.

"Saya minta maaf Kang Seulgi, tapi ini demi kebaikan anda" Setelah itu yang Seulgi tau bahwa ia di paksa mengikuti orang tak dikenalnya itu. Tubuhnya meronta meneriakkan nama kekasihnya sambil terus menunjuk ke arah tadi. Bukan. Dia bukan gila. Dia hanya tak tahu apa yang sebenernya terjadi sekarang.

___

"Eomma, tolong bantu aku please!"

"Jimin kau tak boleh begini sayang, lihat badanmu sudah lemas"

"Aku mohon eomma, untuk yang terakhir kalinya aku ingin melihat Seulgi dulu" Park Jimin, pria yang sudah lemah tak berdaya dengan wajah pucat pasi itu tetap bersikukuh dengan keinginannya. Akhirnya dengan hati yang berat, ibu Jimin membantunya dengan kursi roda menuntunnya ke kamar di mana Seulgi berada.

CEKLEK

Ruangan itu terbuka. Terpampanglah di sana sosok gadis yang terbaring dengan pakaian Rumah Sakit dan tubuhnya dikelilingi dengan berbagai alat medis. Lelaki itu mendekat.

Air matanya luruh kala tangannya menyentuh tangan mulus Seulgi. Hatinya bergejolak takut. Bagaimana jika ini adalah momen terakhirnya dengan Seulgi? Bagaimana jika pengobatannya gagal?

"Sayang?" Satu tangannya yang lain mengelus dahi yang tertutup poni tersebut. "Don't forget me eoh!" satu kecupan mendarat di telapat tangan Seulgi.

"Aku berjanji akan kembali padamu. Tolong tunggu aku!" Itu pesan Jimin kepada Seulgi. Ia kira Seulgi tak bisa mendengar. Tapi dugaannya salah. Seulgi memang tak sadarkan diri, tapi telinganya masih bisa mendengar apa yang Jimin katakan tadi. Dan dia berjanji juga akan menunggunya sampai kembali.

____






"Sayang, itu cuma mantan aku ya ampun!"

Seruan itu keluar dari bibir Jimin tarkala melihat istrinya terus mengabaikannya sejak tadi.

THE DESTINY (seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang