eleven

2.8K 381 70
                                    

Seulgi pov

Aku tak tahu apa yang diinginkan Jimin dari ciuman ini. Tapi aku berani bersumpah ciuman ini begitu memabukkan. Bibirnya begitu lihai melumat bibirku. Sesekali dia melepas ciumannya untuk menghirup oksigen sejenak.

Aku membiarkan pria ini mencicipi bibirku lagi. Dia pria yang merusak semua yang telah kucita citakan. Dia pria yang tak kukenal. Pria yang tak pernah kutahu wajahnya.

Dia melepas ciumannya setelah beberapa menit. Nafasnya begitu terasa di wajahku. Aku yakin dia sedang menatap mataku.

"Please stay with me"

Itulah kata yang kudengar saat jarinya mengusap pelan air mata di pipiku. Apa maksudnya? Memang aku pergi kemana?

"Aku memang laki laki bajingan, bejat, playboy. Tapi aku bukan laki laki yang melepas tanggung jawabnya begitu saja"

Aku terdiam mendengar kalimatnya. Jujur hatiku sedang bimbang dengan laki laki ini.

"Kau tanggung jawabku, jadi tak akan kulepaskan dan tak akan kusakiti"

Jimin melepas rengkuhan di tubuhku. Aku merasa begitu hampa saat pelukan itu terlepas. Hatiku juga sedikit tersayat saat tersadar bahwa aku dan dia bukanlah sepasang kekasih. Hanya dua orang yang terjebak dalam takdir yang kejam.

"Aku tau kau kecewa denganku, tapi aku tak pernah main main dengan ucapanku. Good night!"

Dia berucap sembari mengelus pipiki lembut. Setelah itu dia pergi begitu saja dari hadapanku. Kudengar suara pintu tertutup dengan sedikit kasar. Kenapa dia meninggalkanku? Seharusnya dia di sampingku menjelaskan berbagai pertanyaan yang bersarang di kepalaku.

Dia terus mendiamiku setelah itu. Sudah dua hari tak pernah ada percakapan antara kami. Pagi pagi sebelum aku bangun dia sudah berangkat, hanya menyisakan makanan yang tersedia untukku. Sore sampai malam aku tunggu kedatangannya, ternyata dia pulang larut malam saat aku tertidur.

Sebenernya ada apa dengannya?

Kutekatkan malam ini untuk terjaga sampai Jimin pulang. Ini tak boleh dibiarkan. Aku tak tau ini jam berapa, tapi dari perkiraanku sudah begitu larut.

Aku duduk di sofa ruang tamu menunggu pintu itu terbuka.







CKLEK

Akhirnya yang ditunggu. Aku bangkit dari dudukku kemudian berjalan menghampirinya. Baunya sudah tercium dekat denganku. Kucoba meraih tangannya dengan sedikit kesusahan.

"Kenapa belum tidur?"

Apa ini? Dia bertanya dengan nada bicara yang sangat datar tak seperti biasanya. Bahkan tanganku ditepis pelan olehnya.

"Aku menunggumu" Kucoba tersenyum walau hatiku terasa sakit saat lagi lagi dia menghempas tanganku yang mencoba meraih tangannya. Kali ini dengan sedikit kasar.

"Tak perlu"




Deg

Benarkah ini Jimin? Dia bukan seperti Jimin yang biasanya. Aku salah apa Jim?

Kudengar kakinya melangkah menjauhiku. See? Melihatku saja dia tidak mau. Apa dia bosan denganku? Apa karena aku menyusahkannya?

"Apa aku harus pergi?"

Aku bergumam lirih dengan air mata yang mulai menjatuhi pipiku. Aku menangis. Merasa semua tak ada gunanya selama ini. Ternyata Jimin memang pemain wanita seperti apa yang kudengar dari teman temannya. Lalu apa maksud ciuman kemarin dan dulu itu? Aku hanya mainannya?

"Gadis buta sepertiku memang pantas dibuang"


Greb

Aku tersentak saat kurasakan tanganku tiba tiba tertarik. Kakiku reflek melangkah mengikuti kemana aku dibawa.

THE DESTINY (seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang