Author pov
Matahari sudah mulai menenggelamkan diri. Cahaya yang ia pancarkan mulai redup sedikit demi sedikit. Berganti dengan gelapnya malam yang diterangi oleh bulan dan bintang.
Udara yang semula hangat karena sinar matahari, kini kian menjadi dingin karena tak ada penghangat.
Semua itu bisa dirasakan oleh gadis yang terduduk manis di kursi teras rumah sederhana itu. Kedua matanya menatap lurus ke depan. Sesekali bibirnya tersenyum membalas sapaan dari orang orang yang berlalu lalang di depan rumahnya. Seulgi perempuan yang ramah, tak heran bila dari dulu tetangganya sangat suka menyapanya jika sedang berangkat kerja atau pulang kerja seperti saat ini.
Bibirnya tersenyum manis sesekali memberikan balasan sapaan yang hangat pula pada tetangga tetangganya yang baru kembali ke rumah masing masing setelah bekerja seharian itu.
Mengingat tentang pekerjaan, Seulgi terdiam kala mengingat dirinya tak dapat lagi bekerja. Jikalau dia berkehendak, bisa saja dia nekat bekerja dengan mengandalkan indra perasa dan indra pendengarannya. Tapi dia tau bahwa ibu dan Daniel tak akan memberinya izin.
"Seulgi?"
Itu suara ibunya yang baru pulang dari kerja. Seulgi berdiri berniat membantu sang ibu membawakan tas jinjingnya.
"Duduk saja disitu, eomma mau mengobrol sebentar" Tangan sang ibu menahan Seulgi, kemudian menuntun sang anak untuk duduk kembali di kursi. Dua perempuan dengan wajah yang hampir sama itu duduk berdampingan.
"Eomma tau kau sedang memikirkan diakan?" Ibu Seulgi memulai pembicaraan setelah hening sejenak.
"Dia?"
"Hmm. Laki laki yang kau obati wajahnya dua hari yang lalu"
Seulgi terdiam mendengar penuturan sang ibu. Dia tak tahu bahwa ibunya bisa mengetahui apa yang ada dalam pikirannya.
"Eomma tau sayang dari wajahmu. Kau merindukannya kan?"
"Aniyo eomma" Seulgi mencoba membantah dengan lembut, meskipun hatinya bertolak belakang dengan ucapannya. Dia sudah merindukan Park Jimin. Sangat. Tapi egonya memilih untuk mengabaikan laki laki yang sudah dua hari tak ia dengar suaranya itu.
"Kenapa kau menghindar darinya? Apa karena Daniel?"
Seulgi menunduk tak tau harus menjawab bagaimana.
"Wajar jika Daniel tak mengijinkanmu bertemu dengannya. Adikmu terlalu sayang pada kakaknya" Benar. Benar apa yang dikatakan ibunya. Daniel melakukan itu semua karena dia menyayangi Seulgi. Mana ada adik yang membiarkan kakaknya bedekatan dengan pria yang sudah menghancurkan masa depan kakaknya.
Sedangkan sang ibu, dia memang wanita pemaaf dan bukan pendendam. Tak heran jika sifat itu menurun pada Seulgi.
Tapi bukan itu yang Seulgi pikirkan sekarang. Dia memikirkan ucapan Yerim tempo hari yang lalu.
"Pasti Jimin oppa banyak menggombalkan? Lihat saja nanti pasti dia akan meninggalkan eoni dan memilih wanita lain setelah dia puas dengan tubuh eoni"
Kalimat itu masih teringat jelas otaknya. Kata hati Seulgi mengatakan dia harus mempercayai Jimin apalagi setelah pria itu menyatakan cintanya kemarin. Tapi berbeda dengan pikirannya. Otaknya menyuruh untuk menjauh dan tak mempercayai Jimin.
"Seul"
Seulgi mendongakkan kepala tatkala meraskan sang ibu menepuk pundaknya pelan. Dia bisa merasakan ibunya sudah berdiri dari duduknya.
"Ikuti kata hati kecilmu" Setelah mengucap kalimat singkat itu ibu Seulgi masuk ke dalam rumah, meninggalkan Seulgi yang termenung memikirkan kalimat sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DESTINY (seulmin)
Fanfiction(COMPLETED) Mengapa takdir ini begitu kejam dan indah secara bersamaan Tuhan izinkan aku memilikinya dan mengembalikan senyumnya Cast : Kang Seulgi Park Jimin The Others • Start : 01/07/2018 • Finish : 10/10/2018