(´・ω・')
Harapannya hancur.
Perasaannya pun hancur.
Begitu juga dengan harga dirinya.
Dengan langkah beratnya yang terasa gontai, gadis itu melangkah menjauhi gedung agensi tempatnya interview tadi. Kembali melewati pintu bagian belakang agensi, melewati taman hingga kakinya tidak sanggup lagi untuk melangkah dan berhenti di sebuah bangku taman.
"Aku tidak ingin berakhir seperti Hyojung dan Hyuna eonni," ucap seorang gadis di belakang Lisa ketika Lisa baru saja menjatuhkan tubuhnya di atas bangku taman. "Ayo putus saja, hm? Ku mohon oppa, aku tidak ingin karirmu rusak, aku tidak ingin jadwalmu di batalkan seperti Hyojung," lanjut gadis itu, mengundang rasa penasaran Lisa kemudian membuat Lisa menoleh ke belakang dan menemukan Jisoo disana.
Begitu Lisa masuk ke ruang interview tadi, Lisa pikir Kim Jisoo adalah sekretaris Rain atau Seo Eunkwang. Namun ternyata, kekasih yang di bicarakan Kim Jisoo— yang katanya akan membantunya— ternyata adalah Lee Minhyuk, member tertua nomor dua dalam BTOB.
"Kau sudah tidak mencintaiku?" tanya Minhyuk. Member yang sepertinya tidak punya karir musik sehebat Hyunsik atau Ilhoon, tidak punya karir akting secemerlang Sungjae dan tidak punya karir dalam panggung musikal layaknya Eunkwang maupun Changsub. Namun sepertinya pria itu punya banyak kendali dalam agensi. Mungkin setelah Yong Junhyun, Yoon Dujun, Lee Gikwang, Yang Yoseob dan Song Dongwoon memutuskan untuk membuat agensi mereka sendiri.
"Anniyo, bukan begitu oppa, aku menyukaimu karena itu aku tidak bisa melihat karirmu hancur, bagaimana kalau orang-orang tahu mengenai hubungan kita lalu karenaku fansmu marah dan membuat agensi membatalkan semua pekerjaanmu? Aku tidak ingin kau terlu-"
"Jangan bercanda Jisoo," potong Minhyuk, sementara Lisa yang sebelumnya tengah sangat kecewa justru menikmati tontonan itu. "Kalau kau tidak ingin melukaiku, anggaplah pembicaraan kali ini tidak pernah terjadi,"
"Tapi-"
"Sudah, aku akan berpura-pura tidak mendengar apapun darimu sore ini," potong Minhyuk yang kemudian memeluk gadisnya. Terlihat sangat lembut sampai Lisa merasa sesak dalam dadanya— terlalu iri. Berharap ada seseorang yang akan memeluknya juga sore ini. "Aku harus kembali ke ruang interview, Eunkwang hyung harus pergi latihan untuk musikalnya dan siapa temanmu yang kau ceritakan kemarin? Petugas kebersihan di gedung apartement yang kau bilang cukup berbakat? Nomor urut berapa dia? Ku harap dia belum di interview," tanya Minhyuk yang secara tidak langsung memaksa Jisoo untuk mengikuti kemauannya.
"Apa itu penting sekarang?! Pihak agensi mencurigai semua orang dan aku berani jamin kalau mereka tidak akan merestui-"
"Kim Jisoo! Hentikan!" bentak Minhyuk membuat Lisa terkejut, dan tentu saja Jisoo yang diajaknya bicarapun jauh lebih terkejut lagi. "Dengar. Apapun alasannya, selama kau masih mencintaiku, aku tidak akan melepaskanmu. Kau mengerti? Jadi berhenti ketakutan, dan segera bereskan barang-barangmu, aku akan mengantarmu pulang,"
"Anniyo. Aku akan pulang sendiri, orang-orang akan curiga kalau kita pulang bersama," ucap Jisoo yang bagi Lisa terlihat sudah menyerah. Sudah menyerah terhadap keputusan kekasihnya.
"Apa yang perlu di curigai? Kita tinggal di gedung apartement yang sama, aku tunggu di mobilku jadi cepat bereskan barang-barangmu lalu kita pulang," tegas Minhyuk yang kemudian berjalan mendahului Jisoo, merasa kalau ia harus segera pergi sebelum Jisoo mulai memprotesnya lagi.
Keduanya melangkah melewati Lisa, melangkah pergi seakan tidak melihat keberadaan Lisa di kursi taman yang baru saja mereka lewati.
Jisoo terlalu fokus pada perasaannya, sampai ia tidak sempat memperhatikan lingkungan disekitarnya. Minhyuk terlalu kecewa karena kekasihnya berniat meninggalkannya, dan Lisa terlalu sibuk dengan rasa irinya pada pasangan itu sampai ketiganya tidak menyadari kehadiran tokoh keempat dalam taman sepi itu.
Jung Ilhoon.
Yang sebelumnya tengah berlatih dan sengaja berlari ke taman belakang agensi karena disuruh Eunkwang mencari Minhyuk. Yang sekarang juga terkejut ketika mengetahui kalau hyungnya— rapper BTOB, penulis lagu, sekaligus salah satu senior manager di Cube Ent.— ternyata mengencani sekretaris sekaligus tetangganya sendiri.
"Daebak... sudah berapa lama mereka menyembunyikan ini?" gumam Ilhoon sebelum ia kembali terkejut karena melihat ada orang lain disana— Lisa. Ilhoon sedikit panik, karena yakin Lisa juga mendengar apa yang baru saja didengarnya dan takut kalau gadis itu akan menyebarkan berita tentang pembicaraan Minhyuk dan Jisoo tadi. "Permisi," ucap Ilhoon membuat Lisa yang masih melamun menatap pintu yang menelan sepasang kekasih tadi menoleh padanya.
"Ya?"
"Siapa namamu?"
"Lalisa,"
"Baiklah, Lalisa-"
"Kau bisa memanggilku Lisa. Ada apa?"
"Baiklah, Lisa," ulang Ilhoon. "Aku tidak tahu apa saja yang kau dengar selama beberapa menit terakhir. Tapi bisakah kau merahasiakannya? Maksudku, aku tahu kebanyakan fans akan kecewa karena apa yang baru saja terjadi, tapi para idol juga berhak berkencan dan menjaga privasi mereka, aku akan memberimu kompensasi kalau kau mau merhasiakannya?"
"Kompensasi? Kurasa itu bahasa baru untuk menyuap?"
"Anniyo, bukan begitu maksudku, maksudku- apa salahnya para idol berkencan? Minhyuk hyung juga sudah tidak muda lagi dan dia juga pasti ingin punya seseorang yang-"
"Baiklah, aku akan merahasiakannya," potong Lisa membuat Ilhoon menaikan sebelah alisnya. Mengamati gadis yang duduk di hadapannya dari ujung rambut sampai matanya menemukan secarik kertas.
"Kau baru saja ikut interview?" tanya Ilhoon seusai melihat secarik kertas di tangan Lisa. Lembaran data dirinya serta nomor urut interviewnya. "Atau masih mengantri?"
"Baru saja selesai," jawab Lisa yang kemudian bangkit dari duduknya. "Kalau begitu aku pergi dulu-"
"Berjanjilah kau tidak akan mengatakan apapun mengenai apa yang baru saja kau lihat," tahan Ilhoon, ia mengulurkan handphonenya pada Lisa kemudian menatap gadis itu tepat di matanya.
"Apa? Nomor telpon?"
"Bukan, surat perjanjian, tulislah kalau kau tidak akan mengatakan apapun mengenai kejadian barusan dan tanda tangani," ucap Ilhoon yang kemudian membuka kan aplikasi penulisan berkas di handphonenya.
"Harus-"
"Ya, tuliskan juga nama, nomor identitas dan nomor telponmu," suruh Ilhoon yang kemudian menarik stick kecil mirip pena dari sudut handphonenya. Memberikannya pada Lisa dan meminta gadis itu cepat menulis semua yang di mintanya.
"Kalau begitu apa yang kudapat?" tanya Lisa yang walaupun masih sedikit bingung namun tetap mengikuti permintaan pria berkaca mata yang berdiri di hadapannya.
"Kau benar benar seorang reporter huh? Berapa banyak yang kau mau?" tanya Ilhoon bersamaan dengan Lisa yang mengembalikan handphonenya. "Beri aku nomor rekeningnu-"
"Tidak, lupakan saja, aku tidak mengambil keutungan dari temanku," potong Lisa yang kemudian bangkit dari duduknya. "Itu sudah cukup kan? Kalau begitu permisi," pamit Lisa sebelum ia mulai berjalan menjauh. "Kenapa hari ini semua orang menanyakan nomor rekeningku," cibirnya meninggalkan Jung Ilhoon sendirian disana.
Setidaknya kehadiran Ilhoon yang mengajaknya bicara membuat emosi Lisa yang sebelumnya di puncak tanpa sadar bergulir turun dengan sendirinya. Tanpa penghiburan memang, namun pengalihan yang tidak sengaja Ilhoon lakukan benar-benar berarti. Obrolannya dengan Ilhoon— yang sama sekali tidak membahas pekerjaan— seperti pasir yang di siramkan ke kepalanya. Mematikan api emosi didalam kepalanya dan membuat Lisa bisa lebih mudah mendinginkan kepalanya.
"Baiklah, hari ini gagal jadi ayo cari jalan lain Lalisa, semua yang sudah kau lakukan selama ini akan berakhir sia-sia kalau kau menyerah sekarang," ucapnya pada dirinya sendiri sembari berjalan menuju minimarket terdekat— membeli rice box disana untuk menu makan siang sekaligus makan malamnya dan mulai berburu pekerjaan dengan handphonenya. Jatuh tidak di ciptakan untuk membuatnya menyerah.
(´・ω・')