('・ω・')
Tidak ada pembicaraan apapun lagi semalam. Lisa masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu begitu mereka tiba. Jiyong sempat ingin mengajak Lisa untuk kembali bicara namun pada akhirnya ia memutuskan untuk ikut masuk kedalam kamarnya. Jiyong merasa sangat lelah dan sangat ingin beristirahat tapi isi kepalanya membuatnya terjaga. Isi kepalanya terus menimbang-nimbang bagaimana perasaannya pada Lisa.
Menyukai Lisa, hanya menginginkannya atau hanya menjadikannya pelampiasan karena ia mulai jenuh dengan hubungannya. Jiyong tidak dapat memilih satu diantara semua pilihan itu.
Menyukai Lisa? Jiyong rasa ia menyukai Lisa, namun ia juga merasa tidak sangat menyukai gadis itu sampai rela memberikan segalanya untuk Lisa. Jiyong tahu, menyukai bahkan terlibat hubungan serius akan sangat membahayakan karir dan hidupnya, karena itu rasa sukanya pada Lisa tidak sebesar bagaimana seharusnya.
Jiyong rasa ia menyukai Lisa namun rasa sukanya pada Lisa belum sangat besar sampai ia rela berkorban. Namun di sisi lain, Jiyong pun merasa sangat terganggu dengan pria-pria baik yang ada di sekitaran Lisa. Jiyong bersyukur karena pada akhirnya, ada orang-orang baik yang bisa menerima Lisa. Namun setiap kali melihat Lisa berinteraksi dengan orang-orang baik itu, emosinya memuncak.
Keesokan paginya, Jiyong keluar dari kamarnya, ia pikir saat itu masih cukup pagi untuk keluar dari sana dan pergi ke kamar mandi dengan celana pendeknya, kaos tanpa lengannya dan rambut acak-acakannya. Ia pikir Lisa pasti belum bangun hingga ia berani keluar dari kamarnya dalam keadaan masih berantakan.
"Heol, apa itu G Dragon?" tegur Lisa sembari menatap Jiyong yang langsung berbalik kembali kekamarnya seperti robot.
Selang 15 menit, Jiyong keluar kembali dari kamarnya. Rambutnya telah tertata rapi, tubuh bagian atasnya masih dibalut kaosnya tadi namun sebuah kemeja hitam dan sebuah celana jeans panjang yang juga dipakainya memberi kesan lebih rapi dari sebelumnya.
"Oppa akan pergi mandi? Dengan pakaian seperti itu?" tanya Lisa yang kini duduk di sofa sembari menonton berita pagi. Jam masih menunjukan pukul 6 pagi saat itu dan acara pernikahannya baru akan di mulai pada pukul 9 pagi nanti.
Jiyong tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan tidak ingin bicara sampai ia selesai menggosok giginya. Tidak berapa lama setelah Jiyong menghilang dibalik pintu kamar mandi, pria itu keluar dari sana, kali ini dengan sebuah bathrobe coklat yang menutupi sampai ke lututnya.
"Dimana hairdryernya?" tanya Jiyong, masih berdiri didepan pintu toilet sembari mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
"Ah iya, aku lupa mengembalikannya," gumam Lisa yang kemudian menunjukan hairdryer di atas meja di depannya. "Jangan mengeringkannya di kamar mandi, berbahaya, keran air di westafelnya terlalu dekat dengan stop kontaknya. Kemarilah, ku keringkan rambutmu,"
Jiyong sempat ragu dengan ajakan Lisa. Rasanya semalam Lisa memintanya untuk menjaga jarak di antara mereka. Namun sekarang Lisa justru memintanya untuk duduk di atas karpet, di depan gadis itu dan membiarkan gadis itu menyentuh rambutnya, mengeringkan rambutnya. Namun pada akhirnya, Jiyong tetap duduk di depan Lisa dan tetap membiarkan gadis itu mengeringkan rambutnya dengan lembut.
"Selesai," ucap Lisa setelah rambut Jiyong kering sempurna, setiap helaiannya yang halus masih terasa di tangan Lisa. Lisa masih ingin merasakan helaian rambut Jiyong yang lembut itu namun ia tidak punya alasan untuk terus mengusap rambut jiyong.
"Aku sudah memikirkannya, maaf," ucap Jiyong tanpa menoleh sedikit pun. Rasanya ia tidak akan berani bicara jika harus menatap Lisa juga. Rasanya bicara pada Lisa yang sedang duduk diatas sofa, di belakangnya, jauh lebih mudah dibanding harus bertatapan dengannya. "Maaf karena aku melukai perasaanmu saat kita berbelanja kemarin, dan saat dibandara juga, tapi kurasa kau juga harus meminta maaf padaku. Ucapanmu saat kita berbelanja, dibandara, bahkan di pantai kemarin, juga membuatku sedih. Tapi aku juga ingin berterimakasih padamu. Karena semua yang kau ucapkan beberapa hari terakhir membuatku mengenali diriku sendiri. Selama ini ku pikir aku adalah orang baik, pria baik, dan ku pikir semua orang menyukaiku. Tapi semalam aku menyadari kalau aku tidak benar-benar baik, aku menginginkanmu, sangat, karena itu aku marah ketika kau hanya menganggapku sebagai temanmu. Tapi di sisi lain, seperti katamu, aku takut saat harus jatuh bersamamu. Mungkin melepas Hyeri bukan hal sulit, aku memang sudah berencana meninggalkannya setelah pernikahan Gummy noona nanti, tapi melepas Hyeri kemudian memulai sesuatu yang baru denganmu, kurasa itu tidak akan mudah," ucap Jiyong, dengan suara paling lemut yang dapat di keluarkannya.
"Aku benar-benar egois, iya kan?" tanya Jiyong yang kemudian bangkit dari duduknya. Pria itu berbalik, untuk memberanikan dirinya melihat Lisa yang masih duduk.
"Ne, kau sangat egois," jawab Lisa yang langsung membalas tatapan Jiyong. Membuat Jiyong merasa semakin buruk. "Tapi sejak dulu oppa memang egois, aku sama sekali tidak terkejut," lanjut Lisa disusul sebuah senyuman di wajahnya. Membuat Jiyong justru semakin bimbang, semakin sulit mengartikan perasaan Lisa. Ucapan gadis itu seakan menyuruhnya menjauh, namun senyumannya membuat Jiyong ingin tetap berada disana, di sisi Lisa sebagai temannya.
"Aku tahu, dekat denganku, berkencan denganku, menginginkanku, mencintaiku, tidak akan pernah mudah untuk pria mana pun. Karena itu aku tidak pernah berharap oppa akan rela melepas semua yang oppa punya sekarang hanya untuk seorang gadis sepertiku. Orang bilang saat mencintai seseorang, kau akan rela melepas apapun untuk orang yang dicintai. Drama, film bahkan lagu-lagu tentang cinta selalu memunculkan kisah cinta klasik dimana si tokoh utama hanya butuh cinta dalam hidupnya, dimana si tokoh utama rela melepaskan orangtua, pekerjaan, karir bahkan hidupnya untuk orang yang mereka cintai. Tapi dalam hidupku, cinta tidak membuat laparku hilang, cinta tidak menghangatkan musim dinginku, cinta tidak menyejukan musim panasku, dan hanya cinta saja tidak cukup untukku bertahan hidup," lanjut Lisa yang kemudian meraih tangan Jiyong untuk di sentuhnya. "Kalau oppa bertanya padaku, apa yang ku inginkan darimu, apa yang ku inginkan untuk sesuatu diantara kita, aku ingin kita berteman,"
"Pertemanan seperti apa yang kau inginkan?"
"Pertemanan yang penuh dengan rasa hormat?" jawab Lisa setelah ia harus memakai beberapa detik dari waktu mereka untuk berfikir. "Aku menyukaimu, aku suka berteman denganmu dan ku harap oppa menghormati rasa sukaku padamu dengan membiarkannya. Aku pun akan melakukan hal yang sama. Oppa ingin membelikanku hadiah? Aku akan menghormatinya dengan menerima hadiah pemberianmu, tapi ketika aku bilang aku hanya akan mengambil satu dari sekian banyak yang oppa tawarkan, ku harap oppa juga akan menghormati keinginanku. Oppa tidak perlu memberitahuku semua tentangmu, aku akan menghormati privasimu dan ku harap oppa pun begitu. Apa permintaanku sangat sulit?"
"Tidak lebih sulit dibanding memaksamu tetap di sisiku tanpa dapat menjanjikan apapun padamu, baiklah. Aku akan menghormatimu dan ku harap kau juga akan menghormatiku. Setidaknya dengan begitu kita bisa bicara lebih banyak agar aku mengerti alasanmu dan bisa menghormati keputusanmu," jawab Jiyong yang kemudian mengusap rambut Lisa. "Kalau begitu, boleh aku memelukmu?"
"Sekarang? Tidak,"
"Alasannya? Aku perlu alasan agar bisa dengan lapang dada menghormati keputusanmu,"
"Oppa belum berpakaian, maksudku, aku lebih nyaman melihatmu dengan pakaian lengkap seperti tadi dibanding melihatmu dengan bathrobe seperti ini," jawab Lisa sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Jiyong terkekeh, mengacak rambutnya sendiri kemudian mengangguk mengiyakan ucapan Lisa dan berlalu untuk masuk ke dalam kamarnya.
(´・ω・')
Happy Birthday G Dragon ♡(◡‿◡✿)
#18flowerstojiyong
#happykwonjiyongday
#happygdday
#happygday@yuwiii18