(´・ω・')
"Bagaimana kabar Hyeri? Kalian sudah bertemu minggu ini?" tanya Lisa setelah ia dan Jiyong keluar dari minimarket dengan sekantong besar beer di tangan Jiyong.
"Belum, dia sedang berlibur bersama teman-temannya ke Paris, mungkin dia menelponku tapi handphoneku tertinggal di mobil," jawab Jiyong, kembali berjalan berdampingan menuju rumah Seungri.
"Sudah berapa lama oppa berkencan dengannya? Aku tidak pernah bertemu dengannya, kalau melihatnya di iklan sering,"
"Hm... mungkin 7 bulan? Kurasa 7 bulan, atau 8 ya? Nanti ku tanyakan padanya," jawab Jiyong. "Apa rencanamu besok? Jam berapa kerjamu selesai?" tanya Jiyong, mengalihkan pembicaraan karena rasanya sedikit canggung membicarakan kekasihnya pada gadis lain.
"Besok? Hanya meeting dengan produser drama musikalnya Eunkwang oppa mungkin 3 sampai 4 jam. Lalu mengambilkan tuxedo Sungjae. BTOB pergi ke Tokyo,"
"Kau tidak ikut?"
"Anniyo, aku tidak punya passport dan mereka juga tidak memerlukanku disana. Untuk apa menghabiskan uang membelikanku tiket? Aku lebih berguna disini, jadi beberapa jadwal meeting tidak perlu di atur ulang,"
Jiyong hanya mengangguk, tidak benar-benar tertarik sebenarnya. Kesunyian menyerang. Suara langkah kaki keduanya melebur bersama sepinya malam. Tarikan dan helaan nafas tersamarkan suara angin hingga Lisa kembali membuka suaranya. Mengutarakan perasaannya.
"Apa mimpimu oppa? Sebelum menjadi seperti sekarang?" tanya Lisa, membuka suaranya setelah beberapa menit diam.
"Waeyo? Sesuatu terjadi padamu?"
"Dulu aku bermimpi untuk terbang, dengan sebuah sayap atau naik ke sebuah sapu terbang, permadani terbang juga menarik. Tapi ada pesawat yang ternyata lebih cepat dan nyaman jadi aku menyerah pada mimpi itu. Lalu aku melakukan banyak hal, kurasa aku sudah melakukan banyak hal tapi tidak ada yang pantas untuk mengisi resumeku. Saat seseorang bertanya padaku, apa mimpiku ku bilang aku ingin terkenal, jadi seorang idol sepertimu. Ternyata tidak mudah, ku pikir kalau aku bisa bekerja sebagai pemeran pengganti dengan benar, aku bisa debut, sebagai aktris yang setidaknya muncul di sebuah drama dua episode atau di drama web, tapi aku tidak pernah dapat kesempatan. Kemudian akhir-akhir ini aku berfikir kalau aku bukannya tidak pernah mendapat kesempatan. Ku pikir, aku memang belum dan tidak akan pernah cukup hebat untuk mimpiku yang satu itu,"
Jiyong menghentikan langkahnya. Membuat Lisa juga ikut berhenti kemudian berbalas tatap.
"Sungguhan tidak ada yang terjadi padamu?"
"Tidak ada, kurasa aku hanya perlu menyerah pada mimpi itu. Kurasa menjadi dewasa berarti melepaskan mimpi satu per satu," ucap Lisa. Bibirnya mengukir sebuah senyuman namun Jiyong tidak merasa kalau Lisa sudah mengatakan semua yang ingin dikatakannya, Jiyong rasa masih ada yang Lisa sembunyikan.
Menjadi dewasa berarti melepaskan satu per satu mimpinya, menjadi dewasa berarti melepaskan Jiyong— mimpinya.
Mimpi yang tidak pernah bisa Lisa katakan pada Jiyong.
"Lalu, untuk apa kau bertahan? Kalau bukan untuk mimpimu? Kau sudah melihatku, kau tahu apa saja yang terjadi pada ku untuk sampai pada titik ini, kau tidak bisa bilang aku beruntung, aku tahu kita menjalani hidup yang berbeda, tapi hidupku, dulu, juga tidak pantas di sebut nyaman kan? Semua orang punya masalah sekaligus kemampuannya masing-masing, tidak ada standar hidup nyaman atau susah. Punya banyak uang juga bisa dikatakan masalah ketika semua uang itu membuatmu tidak punya cukup waktu untuk menikmatinya. Tersenyum bukan berarti hidupnya baik-baik saja, selalu ada luka dibalik setiap senyuman,"
