(´・ω・')
"Ini pantai tempat Yoomi dan Jinwook melakukan one night stand mereka," ucap Lisa begitu mobil Jiyong berhenti diatas blok-blok padat yang menjorok ke pantai. "Di drama My Secret Romance," lanjutnya karena wajah Jiyong yang mengekspresikan kesalah pahaman.
"Oh... ku pikir mereka temanmu,"
"Siapa temanku? Anak-anak di sekolah dasar? Sekolah menengah? Atau di kampus?"
"Kau punya banyak teman,"
"Begitukah? Menurutku kami tidak berteman, kami hanya bersosialisasi karena terpaksa bertemu setiap hari di sekolah, aku tidak pernah menanti-nanti pertemuan kami dan kurasa mereka pun begitu,"
"Lalu bagaimana denganku? Kau tidak mengaggapku teman?" tanya Jiyong, yang baru saja membawa dirinya sendiri masuk ke dalam permainan Lisa. "Bagaimana dengan Big Bang? Hyunseung? Atau BTOB? Mereka bukan temanmu?"
"Tentu, kita berteman," jawab Lisa sembari menoleh pada Jiyong. "Dan karena kita berteman, bukankah sikapmu sudah terlalu jauh?"
Jiyong tidak merespon, tidak ada satupun ungkapan yang dapat mewakili seluruh perasaannya. Seluruh perasaannya terlalu bias. Sebelumnya Jiyong pikir ia tidak menginginkan Lisa, sampai ia melihat dengan matanya sendiri bagaimana Ilhoon dan Hyunsik memperlakukan Lisa pagi tadi. Sekarang ada banyak orang yang memperlakukan Lisa dengan baik, hingga Jiyong merasa posisinya terancam. Hingga Jiyong merasa takut Lisa akan berpaling pada pria-pria baik itu.
"Aku ingin meluruskannya dari awal, aku merasa terbebani, dengan semua yang oppa berikan untukku, karena itu aku menolak pakaian pemberianmu. Aku tahu itu terdengar menyebalkan, aku tidak punya apapun tapi aku menolak pemberianmu seakan aku memiliki segalanya. Kita berteman, dan aku tahu kau akan kecewa kalau aku menolak semua pemberianmu, karena itu aku memilih satu pakaian, karena itu aku bilang padamu kalau aku akan menerima satu pakaian pemberianmu,"
"Untuk sopan santun?"
"Ya," jawab Lisa dengan nada tegasnya. "Aku berusaha menghargaimu dengan menerima satu pakaian pemberianmu. Aku benar-benar malu, sangat malu karena harus menerima semua pemberianmu sementara aku tidak bisa memberimu apapun. Aku tahu, aku sangat tahu kalau tidak ada yang oppa inginkan dariku, karena itu aku tidak ingin menerima lebih banyak lagi. Tapi oppa memaksaku, kita bahkan tidak berkencan, kita berteman tapi oppa memaksaku seakan aku adalah milikmu. Lalu kemarin aku berfikir, benarkah yang selama ini ku lakukan? Kita bertemu di tengah malam tanpa di ketahui siapapun, kita bertukar kunci pintu, minum berdua, makan berdua, kita bahkan bertengkar ditempat umum seperti sepasang kekasih, apa semua yang kita lakukan selama ini benar? Rasanya tidak, bagiku tidak, rasanya seperti aku sedang berusaha merebut kekasih seseorang,"
Jiyong meremas roda kemudi yang masih di pegangnya. Mesin mobil mereka sudah mati, dan sedikit angin berhembus melalui celah jendela mobil yang dibuka beberapa senti. Ucapan Lisa benar, selama ini Jiyong ingin menarik Lisa masuk kedalam dunianya seakan ia akan mengencani Lisa, seakan tidak pernah ada Hyeri di antara mereka. Mungkin Lisa tidak akan seperti ini kalau Jiyong tidak mengencani Hyeri.
"Kau ingin aku mencampakan Hyeri?" tanya Jiyong tanpa menatap Lisa sedikit pun. Membuat Lisa tertawa di tengah suara ombak yang ada di depan mereka. Mobil yang tertutup itu membuat suara ombak tidak selantang biasanya. Membuat suara ombak terdengar seperti musik pengantar suasana dalam ketegangan di mobil itu.
"Kenapa bertanya padaku? Aku sudah bilang kalau oppa tidak menyukainya dan ingin mencampakannya, campakan dia, jangan melibatkanku. Kalau oppa masih menyukainya, tetaplah berkencan dengannya dan jangan membuatku bingung seperti ini,"
"Aku tidak bermaksud membuatmu bingung! Bukan hanya kau yang bingung! Aku juga bingung dengan apa yang sebenarnya ku inginkan!" bentak Jiyong membuat Lisa menarik dalam-dalam nafasnya.
"Apa aku yang membuatmu bingung oppa? Atau perasaanmu sendiri yang membuatmu bingung?" tanya Lisa dan Jiyong sama sekali tidak punya jawaban atas pertanyaan itu. "Kalau aku yang membuatmu bingung, apa alasannya? Karena di pertemuan pertama aku bilang aku ingin berada di level yang sama denganmu? Kalau begitu lupakan saja. Aku... sudah menyerah, aku tidak bisa berada di level yang sama denganmu. Aku tidak bisa masuk ke dalam duniamu karena sekeras apapun aku mencoba, aku selalu tersingkir oleh orang lain yang punya lebih banyak kelebihan dibanding diriku. Levelmu terlalu jauh untuk ku kejar,"
"Kenapa kau selalu merasa rendah-"
"Ini bukan rendah diri! Aku hanya berusaha jujur pada realita yang ada di depan mataku. Oppa pikir sudah berapa kali aku jatuh? Satu kali? Dua kali? Aku sudah pernah jatuh belasan kali dan walaupun aku sudah mulai terbiasa karenanya, aku tidak ingin jatuh lagi. Aku tidak ingin kau ikut jatuh bersamaku," ucap Lisa dengan wajahnya yang sangat serius, sama seriusnya dengan ketika ia bicara pada reporter tadi.
"Dengar oppa, semuanya salah. Semua yang terjadi diantara kita sudah jauh dari wajar. Adakah teman yang hampir setiap tengah malam bertemu? Hanya untuk makan dan minum-minum bersama— maksudku berdua? Kita berteman, dan aku menikmati pertemanan kita. Tapi kita tidak bisa melewati batasnya seakan semua yang sudah kita usahakan tidak berarti,"
"Jadi apa yang sebenarnya kau inginkan?"
"Oppa menyukaiku?" tanya Lisa membuat Jiyong merasa tercekik. Jiyong tidak yakin dengan bagaimana perasaannya pada Lisa, namun ia tidak ingin berteman dengan Lisa, ia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar hubungan pertemanan. "Oppa menyukaiku atau tidak, itu urusanmu. Kita berteman dan aku tidak ingin terseret dalam hubungan rumitmu,"
"Bagaimana denganmu? Apa kau menyukaiku?"
"Menyukaimu atau tidak, itu urusanku. Menyukaimu atau tidak, aku tetap hanya ingin berteman denganmu. Aku ingin kita menjadi teman yang saling menghormati tanpa berusaha memaksa,"
"Sebenarnya siapa yang rumit diantara kita? Kau ingin kita hanya berteman? Baiklah, kita hanya akan berteman. Tapi kenapa kau terus membuat batas? Diantara kita? Kau bilang kita berteman. Aku juga berteman dengan Yongbae, dan pertemanan kami tidak serumit pertemanan yang kau inginkan. Aku berteman dengan Yongbae dan tidak ada batas apapun diantara kami, kami makan bersama, minum-minum, tidur bersama, bahkan mandi bersama. Sebenarnya pertemanan apa yang kau inginkan? Jangan berbelit-belit,"
"Tentu bukan masalah kalau kau melakulannya dengan Yongbae oppa, dia pria dan sudah menikah. Oppa tidur dan mandi bersama temanmu? Lalu? Karena aku bilang kita berteman oppa ingin kita makan bersama? Minum-minum? Oppa juga ingin tidur dan mandi bersamaku? Kalau begitu, apa bedanya aku dengan Hyeri? Aku hanya temanmu dan Hyeri kekasihmu, kalau kau tidur denganku, lalu apa yang membedakan kami?"
"Aku tidak pernah tidur dengan Hyeri!"
Lisa kehabisan akal. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Jiyong ingin. Jiyong tidak bilang kalau dia menyukai Lisa— walaupun Lisa bisa menebaknya ketika Jiyong tidak dapat menjawab pertanyaannya. Jiyong bilang ia tidak keberatan hanya berteman dengan Lisa namun di sisi lain, ucapnya mengartikan maksud lain. Satu-satunya yang dapat Lisa pahami adalah Jiyong yang belum bisa memutuskan bagaimana perasaannya. Jiyong yang terlihat menginginkannya tapi masih ragu untuk mengungkapkannya. Pria mana yang tidak ragu kalau bahkan sebelum mengungkapkan perasaannya Lisa sudah memperingatkannya untuk mundur?
"Cukup untuk malam ini, aku lelah, ayo kembali ke hotel. Kita bisa bicara lagi besok," ajak Lisa sembari memasang kembali seat beltnya. Gadis itu duduk bersandar pada kursinya, kemudian melihat keluar jendela dengan mata terpejam. Seakan ia akan berusaha untuk tidur selama Jiyong menyetir.
(´・ω・')