(´・ω・')
"Menangislah, tidak apa-apa," tutur lembut Jiyong pada gadis yang di peluknya. Awalnya Lisa hanya diam, sama sekali tidak bergerak. Rasanya pelukan itu salah, namun tetap terasa sangat nyaman.
Aroma tubuh Jiyong yang sedikit demi sedikit masuk ke indra penciumannya hampir membuatnya mabuk. Mabuk karena terlalu nyaman.
"Ya! Kau gila?!" pekik pelan Lisa yang penuh penekanan di setiap katanya. Gadis itu mendorong Jiyong setelah menyadari kalau pelukan Jiyong salah. Setelah menyadari kalau pelukan itu dapat menghancurkan banyak hal yang sebelumnya sudah tertata rapi. "Apa yang akan kekasihmu katakan kalau sampai ada orang yang mengambil gambar kita tadi dan menyebarkannya? Sebenarnya ada apa denganmu?! Kalau kau ingin mengakhiri hubunganmu, kalau kau punya masalah dengan kekasihmu, akhiri sendiri, selesaikan sendiri masalahmu dan jangan melibatkanku,"
"Harusnya aku yang bertanya ada apa denganmu?! Kenapa kau jadi sangat rumit? Kau bilang ingin menjadi seseorang yang pantas untukku, tapi kau terus bertahan bersama pria-pria itu. Kapan kau akan debut dan tidak akan di lupakan seperti mimpimu kalau kau tidak berlatih dan terus bermain dengan pria-pria itu?! Sampai kapan aku harus melihatmu tidak melakukan apapun begini? Sampai kapan aku harus menunggu? Atau kau berencana akan melarikan diri seperti waktu itu? Woah, kau memang luar biasa Lisa,"
Ucapan Jiyong terhenti, suaranya tidak lagi bisa keluar karena tatapan Lisa yang jadi semakin tajam dari sebelumnya. Karena tiba-tiba lidahnya terasa kelu. Karena akal sehatnya yang tadi hilang baru saja kembali ke kepalanya.
"Hentikan, sebelum aku menamparmu," ancam Lisa. "Jangan menemuiku lagi kalau omong kosong itu masih berada di kepalamu. Kau pikir siapa dirimu," cibir si gadis berponi yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Jiyong.
Lisa meninggalkan Jiyong yang masih membeku, masih terkejut karena ancaman Lisa. Ucapan Lisa menampar Jiyong, mungkin akan jauh lebih sakit dibanding tamparan sungguhan.
Ucapannya benar-benar omong kosong, setelah ia pikir lagi, ucapannya beberapa menit lalu memang hanya omong kosong.
"Ya! Ayo, kita harus pergi sekarang, sedang apa kau berdiri didepan toilet begitu?" tegur Taehee yang harus datang ke toilet mencari artisnya yang tidak juga kembali.
"Ah iya, ayo," balas Jiyong, kepalanya masih memutar kembali semua ucapannya tadi.
Jiyong dan Taehee berada di pesawat yang sama dengan Lisa. Tentu saja Jiyong di kelas bisnis sementara Lisa di kelas ekonomi.
"Oppa," panggil Lisa ketika kakinya melewati kelas bisnis menuju kursinya di kelas ekonomi. Siapa sangka kalau ternyata sepatah kata itu cukup memikat sampai Jiyong yang duduk dekat jendela dan Hyunsik yang berjalan di depan Lisa langsung menoleh secara bersamaan. "Boleh aku duduk denganmu?" tanya Lisa.
Jiyong berharap Lisa mengatakan itu padanya, tapi ia sadar kalau Lisa tidak menyadari kehadirannya disana. Lisa sama sekali tidak menoleh dan hanya menatap Hyunsik yang berjalan mundur agar dapat bicara sembari menatap Lisa. Kebiasaan kecil yang biasanya berhasil membuat banyak gadis salah paham.
"Tentu," jawab Hyunsik, bibirnya mengukir sebuah senyuman hingga matanya tampak melengkung seperti bulan sabit terbalik. "Tapi kenapa dengan Ilhoon?"
"Aku baru saja membuatnya menangis," jawab Ilhoon yang berdiri dibelakang Lisa. "Laguku membuat gadis kejam ini menangis," tegasnya disusul Lisa yang tiba-tiba menoleh, memberi Ilhoon tatapan marahnya. Namun tatapa itu beberbeda dari tatapan marahnya untuk Jiyong tadi.
"Berhenti mengatakan omong kosong," tegur Lisa yang kemudian berbalik lagi untuk menatap Hyunsik, menunggu Hyunsik bergerak maju karena sebagian orang yang sedang memasukan koper mereka ke bagasi kabin menghalangi jalan untuk sampai ke kursi mereka. "Oppa, aku merindukan Peniel dan Minhyuk oppa, kapan mereka akan kembali?"