3

1.9K 309 7
                                    

(´・ω・')

"Apa yang membuatmu kaget begitu?" ucap Jiyong begitu melihat Lisa yang sedikit terkejut karena kedatangannya. Usai panggilan tadi, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe milik Jiyong. "Bahwa kau menghubungiku secara tiba-tiba setelah lima tahun? Atau- anniyo, lupakan. Darimana kau tahu kalau aku ada di Seoul?" tanya Jiyong yang kemudian duduk di hadapan Lisa yang tengah tersenyum menatapnya.

"Sejak dulu aku memang pintar,"

"Tsk... Ada apa dengan wajahmu? Berkelahi atau hanya konsep?" tanya Jiyong setelah ia meminta seorang pekerjanya membawakannya sebotol beer yang sama dengan pesanan Lisa. Ada sedikit luka gores di dahi Lisa setelah syuting kemarin.

"Oppa, apa menurutmu aku sudah naik level?"

"Level apa?"

"Level satu, dua, tiga, A, B atau C bukan hanya hotel yang punya level bintang lima atau tujuh. Apa menurutmu aku berada level mana sekarang?"

"Wae? Seperti kau peduli pada level itu saja," jawab Jiyong yang kemudian meminum beernya sendiri. "Kau seseorang yang tidak pernah peduli dengan kriteria standar yang di berikan orang-orang,"

"Ku pikir begitu, tapi... ketika kau menjalani kehidupan, ternyata tidak begitu," jawab Lisa yang kemudian tersenyum dan ikut menenggak beernya.

"Apa yang terjadi?" tanya Jiyong setelah melihat mata Lisa yang berkaca-kaca. Seakan gadis itu akan menangis didepannya setelah ia melarikan diri lima tahun lalu.

"Setelah ku pikir-pikir, aku terjun di bidang ini karenamu," ucap Lisa yang bahkan tidak memberitahu Jiyong bidang apa yang sedang di gelutinya. "Aku ingin menjadi gadis yang cocok dengan levelmu, dan ku pikir ini cara tercepat,"

"Kau dulu menyukaiku kan?"

"Tsk... jangan bicara seolah kau tidak tahu," balas Lisa, tetap membalas senyuman Jiyong, seakan mereka tidak sedang membicarakan hal yang sensitif. Bahkan setelah lima tahun tidak bertemu, suasana diantara mereka rasanya tidak pernah berubah. "Siapapun tidak akan merestuimu berhubungan denganku kalau aku tidak punya banyak uang,"

"Ada apa dengan omong kosong ini?"

"Ini bukan rasa rendah diri atau mengasihani diri sendiri," jawab Lisa, kemampuannya berdebat dengan Jiyong sepertinya tidak pernah berkurang. "Aku hanya melihat realitas dengan jujur. Jangan berpura-pura tidak tahu bagaimana dunia bekerja, oppa,"

"Ya. Orang yang mendengarmu sekarang akan berfikir kalau aku-"

"Aku tahu," potong Lisa yang kemudian menenggak kembali beernya. "Aku tahu, kalau oppa tidak akan berpaling hanya karena mengetahui kondisiku. Karena itu pekerjaanku tidak terasa menyenangkan lagi. Tidak peduli seterkenal apapun aku, tidak peduli levelku A atau super A plus. Oppa tetap tidak akan melihatku sebagai seorang wanita. Aku menyadari itu,"

"Jadi, alasanmu muncul lagi setelah lima tahun menghilang, adalah pengakuan cinta yang terlambat?"

"Tiba-tiba aku merasa takut. Ku pikir ini bukan bidang yang ku inginkan. Tapi bagaimana jika tidak ada yang mengingatku? Alih-alih berada di level B atau C, aku tersingkir tanpa sempat berada dalam ingatan seseorang. Kalau aku tidak cukup berkesan bagi orang lain, berarti... aku hanya seseorang yang tidak berguna," ucap Lisa, bayangan akan ibunya yang hanya bisa mengingat Seungyeon membuat matanya terasa sangat panas. Bahkan ibunya tidak dapat mengingatnya. "Lalu... aku akan menghilang begitu saja tanpa jejak,"

"Lisa... apa yang terjadi?" tanya Jiyong, mulai khawatir karena Lisa terus membicarakan sebuah topik yang tidak pernah mereka singgung sebelumnya.

Bertahun-tahun lalu, sejak Lisa memberikan sebuah tiramisu pada Jiyong, setelah Lisa meminjamkan buku catatannya dan membantu Jiyong untuk ujian, mereka mulai berteman. Teman yang cukup dekat sampai lima tahun lalu Lisa berhenti menemui Jiyong, Lisa berhenti menghubungi Jiyong dan Jiyong pun tidak punya banyak waktu luang hanya untuk sekedar mencari temannya yang kabur.

"Oppa pasti sibuk, pergilah," ucap Lisa ketika handphone Jiyong bergetar di balik sakunya.

"Anniyo, sebentar," jawab Jiyong, meraih handphone di sakunya, membaca nama yang tertera disana kemudian mematikan panggilannya. "Hanya spam," lanjutnya seusai mengembalikan handphonenya ke dalam sakunya.

Lisa mengangguk. Menenggak kembali beernya kemudian menumpu kepalanya dengan telapak tangannya, menatap Jiyong, memperhatikan wajah pria itu kemudian tersenyum.

"Wae?" tanya Jiyong yang merasa risih karena tatapan Lisa.

"Rasanya aneh melihatmu tanpa gigi patah,"

"Tsk... setelah lama tidak bertemu, hanya itu yang ingin kau katakan? Kau bahkan tidak datang saat aku berangkat dan pulang wamil, teman macam apa dirimu?"

"Hehe maaf, aku sibuk saat itu... tapi aku tahu kau akan melakukannya dengan benar, jadi untuk apa khawatir? Dan bukankah waktu itu sudah ada banyak sekali kekasihmu yang mengantar dan menjemputmu? Aku melihat banyak sekali beritanya,"

Jiyong kembali berdecak, sama sekali tidak punya ide untuk menebak apa yang ada di kepala Lisa. Mereka sudah lama tidak bertemu, ada banyak hal yang ingin Jiyong tanyakan namun tidak satupun yang dapat di ucapkannya. Seperti ketika Lisa tidak bisa bicara dihadapan Jiyong pada awal pertemuan mereka.

"Kau ingin tiramisu cake?" tanya Jiyong yang kemudian memanggil salah satu pelayan di cafenya, dan memintanya untuk mencarikan satu tiramisu cake.

"Kau bahkan tidak menjualnya disini, tidak perlu-"

"Itu bonus, one plus one, dengan beermu itu," potong Jiyong membuat Lisa justru terkekeh. Bisakah dia bilang ada seseorang yang mengingatnya sekarang? Jiyong mengingatnya.

"Apa yang kau lakukan selama ini?" tanya Jiyong kemudian. Setidaknya ia harus menanyakan itu sebelum besok Lisa kembali lenyap.

"Ini dan itu,"

"Kau masih bekerja 24/7?" tanya Jiyong dan Lisa kembali terkekeh namun kali ini ia pun mengangguk. "Dimana?"

"Dimana-mana,"

"Biar ku tebak, mengajar saat pagi, di cafe saat sore dan mencuci piring di restoran saat malam? Lalu memberi bimbel saat akhir pekan? Kau jauh lebih sibuk dariku, tapi kenapa kau disini sekarang? Tidak ada kelas?"

Itu jadwal Lisa sebelum menghilang lima tahun lalu. Dan kenyataan kalau Jiyong mengingatnya menghidupkan banyak kupu-kupu yang sayapnya menggelitik bagian dalam dada Lisa.

Namun Lisa menggelengkan kepalanya.

"Jadi guru di sekolah dasar tidak menghasilkan banyak uang," jawab Lisa. "Aku berhenti mengajar,"

"Lalu? Apa yang kau lakukan sekarang? Bidang apa yang kau bicarakan sejak tadi?"

"Aku mendaftar untuk trainee tapi aku terlalu tua untuk bergabung dengan mereka, jadi aku bekerja sebagai pemeran pengganti," jawab Lisa. Membuat Jiyong membulatkan matanya, dan kehilangan senyum di wajahnya.

"Ya! Kau gila?! Dengan tubuhmu yang-"

"Aku di pecat, pagi tadi, sebelum kesini," jawab Lisa, memotong seruan terkejut Jiyong. "Aku berusaha bertahan dan belajar selama lima tahun tapi akhirnya aku di pecat karena membuat seorang aktris kesal,"

"Siapa?"

"Apa?"

"Yang membuatmu dipecat,"

"Sudahlah, sudah terjadi, aku tidak datang untuk mengadu padamu,"

(´・ω・')

Tiramisu CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang