Seperti biasanya, pagi ini gadis cantik berambut coklat itu bersibuk ria di kamarnya. Bukan sibuk membereskan tempat tidur ataupun yang lainnya melainkan sibuk mencari dimana baju, dimana kaos kaki, bahkan dimana underware nya.
Si gadis sibuk itu bernama Yurika Elliana Mahendra. Tapi dia lebih senang mengenalkan dirinya sebagai Elliana karena dia pikir nama Yurika itu terlalu japanese sedangkan wajahnya sama sekali tidak kejepang-jepangan, ya memang bukan keturunan jepang juga. Lebih tepatnya dia keturunan Sunda-Australia. Ayahnya asli dari Bandung sedangkan sang Ibu asli Australia.
Well, singkat cerita mengapa sang Ibu menamainya Yurika karena Ibunya merupakan dosen sastra jepang di salah satu universitas negeri di Jakarta. Sang Ibu memang sangat tertarik akan budaya jepang dan ingin mendalami bahasa serta kebudayaannya. Nah, jadilah si anak kecipratan passion sang Ibu.
Kali ini El, panggilan untuk Elliana, akan menghadiri sebuah interview di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang alat kesehatan. Sebagai lulusan S1 Akuntansi dia berharap bisa bekerja sesuai dengan jurusannya. Jika ditanya pekerjaan yang dia inginkan sebenernya akuntan bukanlah keinginannya melainkan art. Ya seni adalah cita-citanya yang sejak kecil dia inginkan. El sangat tertarik pada melukis. Baginya melukis merupakan cara yang indah dalam menggambarkan sesuatu bahkan suasana hatinya. Tapi sang ayah yang merupakan Manager di salah satu perusahaan besar di bidang otomotif sangat melarang El untuk fokus di seni lukis. Bagi sang ayah menjadi seorang seniman di Indonesia peluangnya sangat kecil bukan untuk menjadi penghasil uang karena memang apresiasi orang Indonesia sampai saat ini terhadap seni masih kurang. Beda dengan sang Ibu yang mendukungnya tapi sang Ibu juga tidak bisa berbuat apa-apa jika sang kepala keluarga sudah memutuskan sesuatu.
"El, what are you doing?" tanya sang ibu dengan langkah cepat menuju kamar El. "Oh God!" pekiknya.
"Hehe. Sorry Mom!" El nyengir kuda.
"Mommy tidak mau tahu yah kamu harus beresin nih kamar kamu yang berantakan banget ini!" Omel Lucy sang ibu melihat kamar El seperti habis terkena bom hiroshima.
"El telat Mom. Nanti saja beresinnya ya! Nanti El lagi lagi gagal dapet kerjaan. Ini udah bulan ke enam El nganggur setelah wisuda. Hufth." keluhnya.
"Ya sudah kamu pergi saja tapi Mommy tidak akan bereskan ini kamar kamu begitu juga mbok Atem tidak akan Mommy suruh beresin! Pokoknya harus kamu yang beresin!" Kata Lucy dengan logat bulenya. Meskipun bahasa Indonesianya sangat lancar tetap saja logat bule nya masih terdengar jelas.
"Ok Mommy! Aku pergi yah. Bye!"
Cup. El tidak lupa mencium pipi sang ibu sebelum berlalu pergi.Kali ini El menggunakan kemeja merah muda yang soft dengan rok hitam selutut yang mengecil di bagian bawahnya. Heels berwarna hitam menambah jenjang tubuhnya yang memang sudah tinggi. Badannya yang semapai semakin memberikan kesan feminim saat rambutnya yang coklat ikal terurai. Riasan wajah yang natural membuat El sangat cantik pagi ini.
El memesan taxi online yang akan mengantarnya ke perusahaan dimana dia akan interview. Tak menunggu lama akhirya taxi yang dia pesan sudah berada di depan rumah. Dengan sigap dia memasuki taxi tersebut dan langsung meminta sang sopir mengantar ke tujuannya.
Ada beberapa orang yang juga sedang menunggu di ruang tunggu depan ruang HRD. Sepertinya mereka akan interview sama hal nya seperti El. El menduduki salah satu bangku yang kosong diapit oleh dua pria berkemeja. Hanya bangku itu yang kosong. Sebelum duduk saja El sudah merasa tidak nyaman karena diapit dua lelaki yang gak ganteng-ganteng amat. Saat bokongnya baru saja menyentuh bangku ketidaknyamanan mulai muncul lagi.
Sialan! Aduh bau banget nih! Ini kayaknya bau ketek deh. Hueeeeekkk. Batinnya.El menahan nafas beberapa saat sambil celingukan gelisah menunggu panggilan selanjutnya. El memutar pandangannya ke segala arah. Tidak ada bangku yang kosong. Dia sudah tidak kuat mencium bau seperti tikus mati yang bunuh diri dengan minum byclin. Akhirnya namanya dipanggil barulah dia bernapas lega.
"Ekhemd." El berdeham kemudian berdiri dan membenarkan tata letak rok nya yang kusut. "Saya Yurika Elliana Mahendra, Mbak!"
"Oh iya silahkan masuk!" Wanita dengan blazzer hitam itu mempersilahkan El masuk ke ruang HRD. Kini jantungnya mulai berdegup kencang."Jadi kamu Yurika, ya?" tanya sang interviewer pada El berbasa basi.
"Iya Pak saya. Tapi panggil saja El!"
"Oh gitu, baik El, coba ceritakan apa yang membuat kamu tertarik bergabung di perusahaan ini sebagai marketing?"
"Ehh? Marketing?" El membelalak heran.
"Ya. Ada yang salah? Kamu melamar kesini sebagai marketing, bukan?" tanya lelaki paruh baya itu keheranan.
"Bukan bukan, Pak!" seraya mengibaskan tangannya dengan cepat. "Saya akuntan, Pak!"
"Ohh begitu." si Bapak ber'oh ria. "Tapi lowongannya hanya ada sebagai marketing. Kamu mau jadi marketing?"
"Ehh? Ohh. Gimana ya Pak?" kata El ragu sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Kamu punya penampilan yang menarik yang bisa sangat diandalkan menarik konsumen! Jadi kalau kamu mau saya akan proses lanjut, bagaimana?"
"Saya menawarkan produk begitu maksudnya?"
"Iya."
"Saya pikir-pikir dulu deh, Pak! Saya tidak mahir jualan apalagi jualan obat. Hehe." kata El dengan wajah polos.
Interviewer itu membelalak. "Jualan obat?"
Elliana hanya bisa bengong. Apa yang dia ucapkan memang salah yah?.
.
Ini gambaran wajah Elliana 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Teen FictionPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...