My Annoying Girlfriend : 17

7K 169 2
                                    

Taxi yang dinaiki El mulai melaju. Dalam perjalanan El berusaha menahan airmatanya tapi percuma dia tak bisa. Dengan deras airmatanya berjatuhan mengingat insiden yang dia lihat di apartemen tadi.

Kamu bilang tidak akan menyakiti dan ngecewain aku lagi. Kamu bilang kamu akan serius dan menikahi aku secepatnya. Tapi...

Batin El berkecamuk. Di sisi lain El merasa bimbang apakah tindakannya yang pergi begitu saja itu sudah benar. Apakah lebih baik jika El mendengar dulu penjelasan dari Darren? Ah. Tapi yang terlihat antara Marry dan Darren tadi sudah jelas. Jelas-jelas berpelukan. Apalagi yang harus diragukan? Pikir El.

Sesampainya di rumah El langsung menyerbu kamarnya dan menutup pintu serta menguncinya. Hari ini hari Senin dan kedua orangtua nya belum kembali dari bekerja. Hal itu membuat El bebas menangis kencang. Dia memeluk boneka teddy pink kesayangannya sambil terisak. Airmatanya terus saja bercucuran tak bisa lagi dia bendung. Hatinya sakit dan hancur. Rasanya bumi bukan tempatnya lagi untuk berpijak. Dia merasa tak sanggup berdiri lagi apa lagi menghadapi kenyataan bahwa Darren sudah membuatnya kecewa.

***

"Lisa... Apa kita tidak bisa pikirkan lagi masalah ini?" tanya Marco lembut pada istrinya.
Lisa menggeleng pelan. "Aku cemburu saat mendengar Darren akan menikah dengan El! Awalnya aku bahagia aku pikir itu akan membuat aku melupakannya tapi ternyata tidak, Mas! Aku masih cemburu itu artinya aku masih mencintai Darren!" suaranya berat dan serak menahan tangis.
"Tidak apa, Lis, aku akan membantu kamu sampai melupakannya!" Marco menggenggam tangan istrinya yang mungil itu.

Di salah satu kamar kediaman Arthawijaya, Marco dan Lisa sedang membicarakan akan pernikahan mereka. Lisa pada akhirnya mantap untuk bercerai sedangkan Marco bersikuku mempertahankan. Bukan karena Lisa tak mencintai Marco tapi Lisa merasa hatinya masih sedikit tertinggal pada Darren dan itu membuatnya tak karuan. Hal itu juga yang dia anggap akan mengecewakan Marco dan Lisa tak ingin melakukan itu pada suami yang selama ini sangat sempurna untuknya.

"Sayang... Tolong mengertilah! Aku tidak mau berpisah denganmu dan Cecil!" Marco mulai memelas wajahnya begitu sedih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku mencintai kamu, Mas. Tapi aku takut akan membuat kamu kecewa pada akhirnya jika aku tetap memaksa terus bersama kamu!"
"Nggak, Lisa... Apapun yang terjadi aku akan tetap sayang padamu!"
Lisa terisak dan matanya bersimbah airmata. Marco merangkulnya dalam pelukan hangatnya sambil mengelus kepala Lisa dan sesekali menciumi puncak kepalanya dengan lembut.
"Maafkan aku selalu membuat kamu kecewa! Aku tidak pantas menjadi istri kamu!" Lisa terisak.
Marco hanya terdiam dan membalas Lisa dengan ciuman di kepalanya mengisyaratkan bahwa Marco tak mempermaslahkan tentang itu. Kali ini dia hanya ingin membuat istrinya tenang dan merasa nyaman.

***

"El bangun!" teriak Lucy sambil mengetuk pintu kamarnya.
El dengan malas berjalan untuk membuka kunci pintu kamarnya dan menghampiri ibunya.
"Iya Mom!" El berdiri di ambang pintu sambil mengagaruk-garuk kepalanya yang acak-acakan.
"Kamu tidak kerja, El? Ini sudah jam 09.00!"
El menggeleng malas.
"Kenapa?"
"El resign Mom!"
"RESIGN?" Lucy membelalak tak percaya.
El hanya mengangkat bahu tidak tahu.
"Kamu ini bagaimana sih?" Lucy menggeleng heran.
"Aku mau melukis saja!"
"Kamu mau di gantung sama Daddy?"
"Mom... Tahu sendiri El gak becus kerja disana-sini! Terus sampai kapan El begini terus emang gak capek apa!" El menyilangkan tangannya di dada dengan wajah ditekuk.
"El... Mommy tahu maksud Daddy baik! Tapi setidaknya jika kamu kerja you will have your own money! Kamu juga bisa menjalankan hobby kamu itu bersamaan! Maksud Daddy begitu, El!"
El menghela nafas panjang. "Oke Mom nanti El lamar-lamar kerjaan lagi!"
"Memang kenapa kamu resign?"
El terdiam sejenak memikirkan alasan yang tepat untuk hal ini. "Kerjanya pakai target Mom El nggak sanggup!"
"Ya udah kamu kan ngga kerja nih nanti kamu kerjain kerjaan rumah apa kek biar nggak nganggur! Mommy mau berangkat ke kampus sebentar lagi!"
"Mom.... " Panggil El manja. "Kan ada Mbok Atem!" wajahnya memelas dan bibirnya manyun.
"Kamu harus belajar El nanti kalau kamu tidak mandiri bagaimana kalo ngga ada Mommy dan Daddy?"
"Kan ada Mbok Atem!" El nyengir kuda.
"Ih.... " Lucy menjewer telinga El.
"Aduhhhhh sakit Mom!" keluh El sambil mengelus telinganya.
"Nanti kalo kamu sudah jadi istri bagaimana gak bisa ngapa-ngapain!"
"Jadi istri siapa lagian!"
"Ya mana Mommy tahu!" balas Lucy sambil melenggang pergi meninggalkan anaknya yang sedang mencak-mencak.

El menghela nafas panjang lalu masuk ke kamarnya yang berantakan itu. Perlahan dia mulai membereskan kekacauan di kamarnya itu. Dari membereskan tempat tidur, pakaian yang berserakan, barang-barang berdebu semua dia bereskan. Butuh waktu dua jam sampai akhirnya kamarnya layak disebut kamar seorang wanita. El merebahkan tubuhnya ke pembaringan yang sudah dia ganti spreinya dengan sprei bermotif unicorn tentu saja dengan warna pink yang dominan. El menghela nafas panjang berusaha mengembalikan kekuatannya setelah lelah beberes. El menatap berkeliling kamarnya, ditatap setiap hiasan dinding di kamarnya yang serba pink itu, beberapa lukisan terpampang indah menghiasi dindingnya. El tersenyum sendiri melihat setiap lukisan karyanya. Meskipun hanya bisa dia nikmati sendiri tapi itu sudah membuat dirinya puas. Andai saja sang ayah mendukung hobby nya pasti El sangat senang. Atau mungkin akan menjadi puing-puing rupiah yang tak pernah dia duga.

El mengambil ponselnya yang ada di nakas putih model shabby itu. Terdapat satu pesan dari nomor tak dikenal.

"Siapa ini?" dahi El mengkerut. Baru saja dia akan membuka pesan tersebut tapi ponselnya berdering pertanda panggilan masuk.
"Hallo." sapa El.
"Hallo El sayang..."
El seketika beranjak dari tidurannya. "Marry?" tanya El meyakinkan suara yang sepertinya dia kenal itu.
"Hahahaha.... " terdengar suara tawa ringan di sebrang sana. "Ternyata kamu ingat dengan suaraku!"
"Ada apa?" tanya El datar dengan mata yang menahan airmata.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi! Jadi langsung saja ke intinya, kamu cukup dengarkan aku baik-baik!"
El hanya terdiam matanya mulai berkaca-kaca namun El berusaha menahan tangisnya dan berusaha untuk tegar. Dia seperti sudah tahu akan ada hal buruk yang akan dia dengar sebentar lagi.
"Darren sebentar lagi akan menikahi aku! Jadi lebih baik kamu melupakannya sebelum kamu benar-benar kecewa lebih dalam lagi, mengerti sayang?" suara Marry memang halus dan lembut meskipun sebenarnya isi omongannya adalah sebuah ancaman untuk El.
Bulir airmata El tak dapat dibendung lagi. Kini terjatuh membasahi pipinya. El menangis dalam diam masih menyembunyikan kesedihannya di depan Marry.
"Hello... Are you still there, sweety?" tanya Marry saat tak mendapat balasan apapun dari El.
"Itu bukan urusanku!" jawab El datar dan menutup teleponnya secara sepihak.

El segera melempar ponselnya ke kasur cukup keras dan dia membenamkan wajahnya di bawah bantal. Lalu dia menangis dan terisak cukup keras. El tak tahan lagi menahan sakit di hatinya. Ada rasa yang tak bisa diungkapkan saat ini. Yang jelas dia begitu kecewa. Kecewa yang teramat dalam.
.
.
.
.
.
Hai makasih udah baca samapi sejauh ini. Tolong dong vote nya hehehehe untuk selanjutnya akan aku update secepatnya jadi tunggu trs notifikasinya 😘😘😘😘😘

My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang