Darren tak mau menghiraukan pesasan Marry. Dia merasa sudah tak penting lagi berhubungan dengan Marry terlebih sudah ada El di hidupnya. Darren sadar kali ini dia tidak boleh mengecewakan El lagi atau dia akan kehilangan El untuk selamanya.
Pagi ini sangat cerah. Berbalut celana santai dan kaos polos putih Darren masih terbaring di tempat tidurnya. Tadi malam Darren memutuskan pulang ke apartemennya karena jarak dari rumah El lebih dekat ke apartemennya.
Darren bisa merasakan cahaya matahari yang hangat menembus ventilasi di kamarnya namun dia enggan untuk beranjak Darren merasa perlu bermalas-malasan sebentar lagi. Memang begitu juga setiap harinya.
"Darren... " tiba-tiba sebuah suara diiringi sentuhan lembut di bahunya membuat Darren terkejut.
"Bangun Darren!" lanjutnya.
Darren terperanjat dan seketika bangun dari tidurannya terlebih saat melihat sosok wanita ada di sampingnya.
"Ngapain kamu kesini?" Pekik Darren kesal.
"Hei... What's wrong with you? Selama ini kamu yang selalu mencari aku." wanita itu bicara dengan suara yang menggoda.
"Marry aku mohon kali ini padamu! Jangan ganggu aku lagi! Kita hentikan semua kegilaan ini, aku mohon padamu Marry!" kata Darren dengan suara datar namun cukup tegas.
"Ohhh... " Marry beranjak dari duduknya dan menuruni tempat tidur serba putih itu. "Aku tahu kamu marah padaku, kan?" kini Marry melingkarkan lengannya di leher Darren.
Darren menatap dingin mata Marry dan dia hanya terpaku tak mempedulikan apa yang dilakukan Marry.
"Ayolah sayang... Don't be like this!" Marry mengarahkan wajahnya mendekati Darren bermaksud mencium bibir Darren yang memabukkan itu.Darren segera menepis dan menarik dirinya menjauh dari Marry. "Stop Marry! Aku serius!"
"Why???" pekik Marry dengan nada yang sedikit tinggi.
"Karena semuanya harus sudah berakhir! Aku tidak memiliki perasaan lebih padamu dan dari awal kita bangun hubungan ini pun karena hanya untuk kesenangan saja, Marry!"
Marry menggeleng pelan disertai bulir air mata yang kini mulai mengalir di pipinya. "No!!! Gak semudah itu, Darren! Aku tahu semua ini pasti gara-gara perempuan kampungan itu kan?" teriak Marry histeris.
Sementara itu Darren hanya terdiam tidak ingin membuat suasana semakin panas dengan berdebat bersama Marry yang cukup keras kepala.
"Darren, aku mencintaimu! Aku rela meninggalkan semuanya demi kamu! Aku rela bercerai atau apapun itu asal aku sama kamu!"
"Marry, dengar aku! Bukan seperti ini kesepakatan kita dulu! Aku sudah berubah, Marry!" jelas Darren mencoba membuat Marry mengerti.
"Kamu tidak bisa pergi begitu saja dari aku, Darren!" kali ini Marry lebih histeris lagi.Darren sudah habis kesabaran melihat Marry yang seperti orang kesetanan. Dia pun menarik lengan Marry untuk menyuruhnya pergi dari apartemennya dan dibalas penolakan oleh Marry, tetapi genggaman Darren masih terlalu kuat untuk Marry lawan.
"Lepasin aku, Darren!" pekik Marry.
Darren membuka pintu keluar masih dengan tangan menggenggam lengan Marry. "Aku mohon kamu pergi sekarang!"
Marry menepis lagi pegangan Darren kali ini terlepas karena memang Darren pun melepaskannya. "Nggak!" teriak Marry.Darren menghela nafas panjang. Sementara itu wajah Marry sudah basah dengan air mata. Perlahan dia mengambil pisau lipat yang ada di tasnya, Marry sudah menyiapkan itu karena dia tahu hal ini akan terjadi, Darren menolaknya.
"Marry kamu mau apa? Jangan nekad Marry!" kali ini Darren mulai cemas dan berusaha menenangkan Marry saat tangan kanan Marry yang memegang pisau nyaris akan memutuskan nadi di tangan kirinya.
"Aku tidak main-main dan tidak pernah main-main kamu tahu itu, kan?" suara Marry mulai merendah namun terdengar serak dan berat akibat menahan tangisnya. "Aku mau kamu nikahi aku, Darren!"
Darren terkejut dengan permintaan Marry. Selama ini dia mengira Marry tak ada perasaan padanya namun tidak kali ini.
"Kamu tahu aku tidak bisa!" kata Darren berusaha mendekati Marry.
"Kenapa? Kamu ingin aku mati?"
"Marry please! Hentikan!"
"Nggak! Kamu harus nikahi aku kamu harus, Darren!" kali ini Marry teriak histeris lagi.Dalam kesempatan itu Darren langsung menyerbu Marry dan berusaha menjauhkan Marry dari pisau lipat itu. "Lepasin aku, Darren! Lepasin!" pisau itu terjatuh kini kedua tangan Marry tertahan oleh Darren. "Lepasin aku, Darren!" Marry melemah namun masih dengan tangisannya yang keras.
Darren mulai melemahkan genggamannya setelah melihat Marry mulai mereda. Tanpa disadari Marry menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Darren dan terisak di dadanya yang bidang. "Aku mohon jangan tinggalkan aku!"Bersamaan dengan itu El datang membawa sarapan nasi goreng yang susah payah dia buat dengan cara melihat tutorial dari youtube. Betapa terkejutnya El saat menyaksikan penampakkan itu. Matanya membulat mulutnya menganga. Butiran airmata pun mulai jatuh membasahi pipinya.
"Darren..." panggil El lirih saat berada di ambang pintu.
Darren menoleh dan terkejut dengan kehadiran El yang tiba-tiba. "A.. Aku bisa jelaskan!" Darren terbata dan reflek melepas pelukan Marry yang sama sekali tak dibalasnya daritadi.
El menggeleng dan berusaha menahan airmatanya. Dia pun berbalik untuk pergi sejauh mungkin.
"Tunggu, Elliana!" panggil Darren.Degg! El terhenti sejenak. Baru kali ini Darren memanggil namanya dengan benar. Nama yang bukan hanya nama panggilan saja. Namun, beberapa detik kemudian El pun berlari.
"Elliana!" teriak Darren ingin mengejar El namun terhenti saat tangan Marry menahannya.
"Jangan dikejar atau kamu akan buat dia kecewa!" kata Marry dengan tegas.
"Apa-apaan kamu ini!" Darren menepis tangan Marry dan berusaha lari mengejar El.
"Darren aku hamil!" teriakan El menghentikan langkah Darren.Darren menoleh dengan dahi mengkerut. "Apa?" tanyanya lagi meyakinkan apa yang baru saja dia dengar.
"Aku hamil, Ren!" ulang Marry dengan suara terisak.
Darren menghampiri Marry dan menariknya masuk lagi ke apartemen. Dia menutup pintunya dengan kasar.Blugg!!
Suara pintu itu mengagetkan Marry.
"Apa kamu bilang?" tanya Darren dengan sinis.
"Aku hamil! Hamil, Ren!"
"Lalu?"
"Lalu? Kamu tanya lalu? Iya ini anak kamu, Ren!"
"Bagaimana bisa itu anak aku, Marry! Kamu juga punya suami!"
Marry menggeleng. "Nggak mungkin, Darren! Ini sudah pasti anak kamu karena Sam sudah vasektomi sejak lama!"Degg!
Mendadak Darren berdebar kencang darahnya terasa mengalir begitu panas di tubuhnya. Apa? Marry hamil karenanya?"Makanya aku kesini aku bilang ada hal penting! Kamu harus tanggung jawab, Ren! Sudah pasti Sam akan marah besar dengan kehamilanku karena anak ini tidak mungkin anaknya!" Marry terisak penuh kesedihan.
"Nggak! Gak mungkin!" Darren mengusap wajahnya dengan kasar dan frustasi.
"Mungkin Darren! Karena selama ini kita melakukan hubungan sex! Bagaimana bisa kamu bilang nggak mungkin?"
Darren menghela napas panjang dan membuangnya dengan kasar. "Karena selama ini aku selalu pakai pengaman!"Marry menggeleng pertanda menyerah berdebat dengan Darren yang tak mau mengakui kehamilannya. "Aku minta kamu bertanggung jawab sebelum bayi di perutku ini membesar! Jika kamu tidak ingin reputasimu buruk maka secepatnya kamu harus bertanggung jawab karena aku akan dengan senang hati mengungkapkan ke media tentang hubungan kita beserta bukti-bukti yang aku punya selama ini!" Marry pun berlalu dan keluar dari apartemen dengan perasaan kacau.
Darren terdiam. Tidak percaya dengan apa yang baru dia alami. Kenyataan pahit yang harus dia telan setelah ingin menjalin hubungan serius dengan El. Apakah mungkin ini akibat dan resiko yang harus dia dapat setelah apa yang dilakukannya dengan Marry? Tapi mengapa sekarang? Mengapa di saat hatinya sepenuhnya jatuh pada El? Batin Darren berkecamuk membuat wajahnya memerah menahan amarah tanpa dia sadari lengannya dengan refleks meninju tembok di dekatnya. Nafasnya memburu dengan cepat. Darren frustrasi, dia yakin hal ini sudah pasti akan membuat El meninggalkan dia selamanya!
"SHIT!"
.
.
.
.
.
Wah Marry hamil😕 bagaimana dengan El yah kalau tahu hal ini? Tunggu cerita selanjutnya yah 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Teen FictionPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...