My Annoying Girlfriend : 19

6.7K 165 0
                                    

Darren terdiam matanya terpejam menikmati pelukan El yang sudah merindukannya. Darren tahu ada ketulusan disana tetapi dia harus menyadari bahwa El tidak bisa bersamanya kali ini meskipun Darren sangat menginginkannya. Marion Annalyse telah membuatnya terkunci dan dia tidak bisa berpaling. Darren tahu dia akan membuat El begitu kecewa apalagi dia sudah berjanji akan membuat El bahagia.

"Elliana... " panggil Darren lirih.

El masih sesenggukan dalam pelukan Darren. Kemudian Darren melepas pelukan itu dengan lembut dan berbalik menatap wajah El yang sudah basah karena air mata.

"Aku harus bicara denganmu tapi tidak disini!" Darren menatap lekat El. Matanya hangat membuat El mengangguki ajakan Darren.

Darren menarik lengan El menuju mobilnya. El mengikuti langkah Darren dan menurut saat Darren memintanya masuk dengan membukakan pintu mobilnya.

Dalam perjalanan Darren terdiam berpikir sejenak bagaimana cara dia menjelaskan pada El tentang kehamilan Marry.

"Ekhemd... " Darren membuka suara dengan dehaman. "Aku minta maaf."

"Untuk apa?" tanya El dengan wajah datar sambil menatap keluar jendela.

Darren menghela nafas panjang. Bingung apa yang harus dikatakannya. Selembut apapun dia menyampaikan pada El tetap saja itu akan membuat El sakit hati begitupun Darren sendiri.

"Ini tentang Marry, kan?" El menatap lekat Darren yang fokus pada jalanan.

Sontak Darren menghentikan mobilnya secara mendadak. Beruntung mobilnya sedang berada di jalanan yang tidak begitu ramai. Saat tersadar dia berhenti di tengah jalan, Darren pun menepikan mobilnya.

"Sebentar lagi kamu pasti akan mendengar banyak berita yang tidak mengenakan!" Darren menunduk lemah.

"Kenapa kamu akan menikahi Marry?" tanya El dengan suara serak dan airmata yang bercucuran.

"Aku tidak pantas buat kamu, Elliana!"

"Kenapa?" tanya El lirih.

"Aku lelaki brengsek! Aku lelaki bajingan!" Darren menatap El dengan raut wajah yang hancur. Hatinya hancur.

El segera menyeka airmatanya dengan kasar. "Aku mengerti apapun alasan kamu! Aku harusnya sadar dari awal kalau aku ini bukanlah siapa-siapa! Aku hanya pacar sewaan!" El menyunggingkan senyum miring. Dia merasa nasibnya begitu miris.

"Bukan itu!"

"Lalu?"

"Marry mengandung anakku!" Darren menjawabnya dengan lirih.

"Apa?" El membelalak tak percaya. "Anakmu?"

Darren mengangguk lemah dan menjatuhkan kepalanya ke sandaran mobilnya dengan frustasi.

Sementara El hanya terdiam. Mencoba mencerna kata-kata Darren dan meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.

"Elliana... " Darren mencoba memegang tangan El namun El menepisnya dengan cepat.

"Aku mau pulang! Sekarang!" kata El penuh rasa kecewa.

"Baiklah." kata Darren pasrah menuruti maunya El.

***

Brakk!!
Marco melempar sebuah majalah di atas meja kerja Darren dengan kesal.

"Coba jelaskan ini!" Marco menunjuk-nunjuk majalah itu dengan kesal.

Darren melirik ke arah majalah terkenal itu yang kini sudah terpampang wajah tampannya bersama Marry.

"Semua media sedang memberitakan perselingkuhanmu dengan Marry!" kata Marco dengan menekankan setiap kata-katanya.

"Lalu?" Darren mendongak ke arah Marco yang berdiri di depannya.

"Harusnya kau malu pada El, Darren! Kamu sudah menghamili Marry dan sekarang kamu punya tidak pilihan!"

Darren berdiri sambil memasukkan lengannya pada saku celana. "Aku tidak merasa bahwa anak itu adalah anakku!"

"Kau melakukan hubungan sex dengannya, Darren! Semua bisa saja terjadi! Inilah yang aku takutkan selama ini! Akhirnya karma menemuimu juga!"

"Bukannya semua berawal saat kau mengambil Lisa dariku?" Darren menatap dingin Marco seraya menahan emosinya.

"Darren! Itu bukan alasan untuk kau berhak menghancurkan hidupmu seperti ini!"

"Sejak kapan kau peduli?" Darren menggebrak meja kerjanya dengan keras. "Lebih baik kau keluar sebelum aku benar-benar menghajarmu!"

Marco menggeleng tak percaya. Dia keluar dari ruangan Darren dengan perasaan geram.

Darren mengacak rambutnya dengan frustasi. Dia membanting majalah gosip itu ke lantai dengan keras. Dengan kasar Darren mengambil jas nya yang menggatung pada kursi kerjanya.

"Batalkan semua meeting hari ini!" kata Darren saat berada di depan meja kerja Cindy, sekretarisnya.

"Ta.. Tapi... " jawab Cindy sebelum akhirnya kata-katanya terpotong.

Darren mengangkat tangannya mengisyaratkan bahwa dia tidak mau mendengar alasan apapun dari Cindy.

"Baik, Pak!" kata Cindy pasrah.

Darren melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan kantornya tersebut. Dia menuju dimana mobilnya terparkir. Dengan kasar pula dia menutup pintu mobilnya saat sudah berada di kursi pengemudi. Mobilnya melaju dan semakin lama semakin kencang. Darren tak sabar lagi untuk menemui Marry.

"Dimana kamu?" tanya Darren dingin melalui sambungan telepon.

"Ada apa, sayang?" balas suara itu dengan lembut.

"Kamu dimana?" Bentak Darren tak tahan lagi menghadapi Marry yang selaly menunjukkan wajah tanpa dosa.

"Baik aku mengerti. Temui aku satu jam lagi di apartemen mu!" Marry menutup teleponnya secara sepihak.

Darren melempar ponselnya ke kursi di sampingnya dengan emosi. "Shit!" umpatnya.

***

Darren sampai di apartemen nya dengan amarah yang besar. Saat dia membuka pintunya dia mendapati Marry sudah berada disana.

"Ada apa? Ada hal penting?" Marry masih saja mengeluarkan suara yang menggoda.

"Jangan pura-pura, Marry! Sekarang semua media sudah tahu!"

"Memang itu kenyataannya kan? Kamu memang selingkuhanku!"

"Dengar ya! Saat anak itu lahir dan tes DNA membuktikan aku bukan ayah kandungnya, hari itu juga aku akan menceraikanmu!"

"Ini anakmu! Aku bersumpah ini anakmu, Darren!"

"Jangan harap dengan menikahimu aku akan mencintai dan memperlakukanmu sebagai istriku! Nggak akan, Marry! Camkan itu!"

"Darren!" Marry menarik lengan Darren saat kakinya baru saja akan melangkah pergi. "Aku cinta sama kamu! Apakah selama ini kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku? Kalau saja aku tidak hamil aku akan membiarkanmu dengan El! Aku akan pergi dari kehidupanmu! Tapi untuk saat ini aku mohon padamu, Darren! Aku mohon aku ini sedang mengandung anakmu!" Marry memelas pada Darren yang dikuasai amarah.

Tapi pria itu tak merespon, dia hanya menatap dingin Marry.

"Aku sudah bulat. Terlepas itu anakku ataupun bukan! Saat dia lahir aku akan bercerai denganmu!" Darren menepis tangan Marry yang kini terkulai lemas di lantai dengan tangisan yang kencang.

.
.
.
.
.
Duhh bukan Darren tidak bertanggung jawab tapi siapa yang akan betah hidup dengan orang yang tidak kita cintai bukan :((( setidaknya dia sudah mau menikahi Marry ya khaannn....


My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang