Malam itu seperti biasa acara makan malam di kediaman Arthawijaya cukup mewah apalagi akan kehadiran El yang dianggap Diana sangat spesial.
Darren dan El tiba di kediaman Arthawijaya dan langsung disambut dengan senyum bahagia dari Diana.
"Hallo... El sayang... " Diana memeluk El penuh kasih sayang.
"Hallo Ma apa kabar?" El tersenyum.
"Baik sayang! Mama kangen banget sama kamu! Kesel Mama sama Darren yang jarang ajak kamu main kesini!"
"El kebetulan baru sempet aja si Ma bukan karena Darren yang nggak ngajak." jelas El bohong.
"Ya udah kita makan malam sekarang yuk!"Dalam acara makan malam kali ini Lisa terlihat begitu muram tidak seperti biasanya wajahnya yang selalu ceria dan sangat teduh. Beberapa kali Lisa melirik Darren dengan perasaan canggung. El yang memperhatikan keadaan tersebut pun menjadi canggung.
"Oya sayang kapan kalian rencana mau menikah?" tanya Diana tiba-tiba.
Sontak mata Lisa membulat begitupun El.
"Secepatnya, Ma!" jawab Darren diiringi senyum manis yang mematikan itu.
"Bagus! Jangan lama-lama ya gak baik juga!"
El tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu mendengar pernyataan sang calon ibu mertua. Secepat inikah? Dia harus menikah di usia 22 tahun? Bahkan bekerja saja dia belum.Tiba-tiba saja Lisa berdiri dari duduknya. "Maaf. Aku mau ke kamar Cecil dulu sepertinya dia bangun!" katanya sedikit agak gugup.
Marco mengangguki pertanda dia mengijinkan istrinya itu untuk meninggalkan meja makan.
"Iya sayang kasian Cecil jangan-jangan dia lapar!" kata Diana.El menoleh menatap Marco yang duduk di sebrangnya. Terlihat raut sedih di wajah tampannya.
"Aku juga permisi sebentar ya mau ke toilet!" pinta El.
"Ayok aku antar!" antusias Darren.
"Ih Darren!" El menyerngit sementara Diana hanya terkekeh melihat tingkah anak sulungnya itu.El berjalan menuju kamar mandi dan dia menemukan Lisa berada di dapur sambil menggendong Cecil.
"Bisa aku bantu?" tanya El pada Lisa.
"Ehh? Ohh. Iya boleh tolong isi air panas botolnya?" pinta Lisa dengan sopan.
"Boleh." El pun mengambil botol susu itu dan menuju dispenser untuk mengisinya dengan air panas.
"Makasih ya!" Lisa tersenyum.
"Iya." balas El tersenyum. "Cecil laper ya mau minum susu?" El mencubit pipi Cecil si bayi lucu tersebut dengan gemas.
"El..." panggil Lisa lirih.
"Hm?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." lanjut Lisa pelan sambil tertunduk seperti ada perasaan ragu.
"Apa, Lisa?"
"A.. Aku... ""Eh kamu disini?" sebuah suara mengagetkan Lisa dan El.
"Kamu ngapain kesini?" tanya El pada pria bernama Darren itu.
"Nyariin kamu!" jawabnya cuek. "Udah ke kamar mandinya?"
"Ehh. Belum!" El nyengir kuda disertai garukan di tengkuknya.
Darren menyerngit keheranan. "Tadi katanya mau ke toilet!"
"Iya lupa!" kata El seraya berlari meninggalkan ruangan itu.
"Dasar bodoh!" Darren menggeleng sambil terkekeh.Lisa hanya terdiam berpura-pura sibuk sambil memberikan susu pada Cecil dan menimangnya pelan.
"Cecil... Kamu harus diet jangan nyusu mulu liat tuh pipinya udah tumpah-tumpah!" kata Darren mengajak bicara Cecil sambil mencubiti pipinya.
Mendengar itu Lisa hanya tersenyum geli. Mana ada bayi suruh diet?
"Ya udah om pergi dulu yah mau nyusulin tante kamu nanti dia nyasar lagi dia kan oon!" katanya lagi bicara pada Cecil dan dibalas dengan Cecil oleh tawa khas bayi yang lucu.
"Mas Darren... " Lisa menahan lengan Darren sesaat setelah Darren akan pergi.
"Ya?" Darren menyerngit.
"Aku minta maaf." kata Lisa tiba-tiba dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Untuk?" tanya Darren keheranan.
"Untuk semuanya. Semua yang pernah aku lakukan padamu. Kali ini aku menyerah! Aku tahu semua yang aku lakukan sudah tidak berguna lagi." kini bulir airmata mulai keluar dari ujung mata Lisa.
"Kamu ini bicara apa?"
"Aku akan pergi. Aku dan Mas Marco sudah memutuskan kita akan bercerai!" Lisa berpaling berusaha menahan air matanya agar tak jatuh.
"Cerai?"
Lisa hanya mengangguk lemah.
"Jika ternyata pada akhirnya akan seperti ini untuk apa dulu kamu pergi meninggalkan aku, Lisa?" tanya Darren dingin kemudian dia berlalu meninggalkan Lisa yang sudah lemas menahan sakit di hatinya.Di sisi lain ternyata El mendengar semua percakapan antara Darren dan Lisa. Mendengar ucapan terakhir Darren El berpikir bahwa sebenarnya dulu itu Darren berusaha ingin mempertahankan hubungannya tapi Lisa mengambil keputusan lain yang dia anggap akan menjadi solusi. Ternyata tidak.
"Lama banget!" kata Darren saat bertemu El di depan toilet.
"Ehh? Iya. Maaf." El gugup.
"Kamu kenapa?"
"Nggak... Ini aku dicariin Mommy disuruh pulang jadi aku panik!" katanya bohong berusaha menutupi kegugupannya.
"Ya udah abis ini kita pulang!" Darren merangkul pinggang El dan mengajaknya kembali ke ruang makan.Di ruang makan masih ada Diana dan Marco ditambah Lisa yang baru datang setelah menidurkan kembali Cecil. Disusul Darren dan El yang kemudian langsung disatroni oleh Diana.
"Kalian ini gimana belum selesai makan kok malah pada pergi?"
"Aku nyusulin El Ma takut dia nyasar gak balik lagi gimana?" celetuk Darren beralasan.
"Kamu ini ada-ada saja!"
"Iya Ma maaf tadi El lama. Sekarang El harus pamit, Mommy El sudah menelepon dan minta El untuk pulang Ma!" kata El dengan sopan.
"Walah... Kok buru-buru?"
"Maaf, Ma." kata El sambil menggigit bibir bawahnya.
Diana menghela nafas panjang. "Ya sudah gak apa-apa! Hati-hati di jalan yah sayang!" Diana memeluk El dengan hangat.***
Dalam perjalanan pulang El hanya banyak diam. Sambil menyandarkan diri dan melihat keluar jendela mobil setengah pikiran El melayang. Dalam situasi itu Darren hanya bisa melirik El berusaha mencari tahu apa yang dipikirkannya. Lama-lama dia penasaran dan akhirnya bertanya juga pada El.
"Ada apa? Ada yang kamu pikirkan??"
El menggeleng pelan. Darren menghela napas panjang.
"Darren... " panggil El lirih. Darren menoleh menatap mata El yang teduh. "Aku sudah tahu tentang Lisa!" lanjutnya.
Darren mengangguk pertanda paham apa yang dipikirkan El sekarang. "Dia hanya masa lalu! Lagipula dia sendiri yang mengambil jalan ini!"
"Bukan begitu maksudku!" sela El. "Lisa sudah cukup menderita begitu juga kamu!"
"Lalu?" tanya Darren sambil melihat jalanan di depannya.
"Aku tidak tahu tapi kalau sampai mereka bercerai bukan itu berarti Lisa mengharap kamu kembali, Ren?"
Darren menghela nafas panjang. "Jadi kamu meminta aku balikan sama Lisa? Kamu gila ya!" lanjutnya sambil tersenyum hambar.
"Aku bilang kan aku tidak tahu!" El menekuk wajahnya.
"Terkadang apa yang kita harapkan memang tidak sesuai kenyataan. Itu sudah menjadi teman hidupku selama ini! Tapi aku minta padamu jangan patahkan harapanku terhadap kamu! Kali ini aku ingin harapanku padamu benar-benar terjadi pada hidupku!"
"Ehh?" El menatap Darren keheranan.
"Kamu keberatan?"
El menggeleng. Dia menghela nafas panjang entah mengapa tiba-tiba saja bulir air mata membasahi pipinya. El sepertinya cemburu dan dia takut kehilangan Darren karena Lisa. Bagaimanapun mereka memiliki kenangan yang indah yang mungkin tidak mudah untuk dilupakan. Pikirnya.Sesampainya di depan rumah El, El bersiap keluar dari mobil setelah membuka seat beltnya sebelum akhirnya terhenti karena Darren menarik lengannya.
"Ehh?" El menatap Darren keheranan.
"Gak pamit dulu?"
"Pamit? Kan kamu tahu aku mau pulang!"
"Bukan gitu kalo pamit!" bantah Darren. Lalu dia mendekatkan wajahnya pada El dan mengecup lembut pipinya. "Jangan ragukan aku lagi! Aku janji gak akan buat kamu kecewa!"
Mendengar itu El tersenyum dihiasi keharuan di wajahnya. Dia pun mengangguki pertanda percaya pada kata-kata kekasihnya itu.
"Ya udah cepet masuk, mau aku anterin sampe kamar?" tanya Darren sambil tersenyum nakal.
"Jangan! Aku belum cerita tentang kamu sama Mom dan Daddy. Nanti ya!" kata El sambil tersenyum memelas.
Darren mengangguk. "Oke!"El pun keluar dan meninggalkan Darren masuk ke rumahnya. Darren memperhatikan punggung El yang semakin menjauh kemudian menghilang. Dia memutuskan untuk pulang, saat akan menstarter mobilnya ponselnya bergetar.
Marry
Bisa ketemu? Ada hal penting."Marry?" Darren menyerngit. Dia heran ada apa lagi dengan wanita itu.
.
.
.
.
Marry datang lagi nih. Ada apa ya kira-kira? 😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Teen FictionPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...