El hanya bisa menggerutu saat dirinya harus membereskan apartemen yang super berantakan itu. Dia berpikir kenapa harus takut pada Darren karena sebenarnya bukan 100% kesalahannya. Tetapi di sisi lain El merasa takut karena Darren sepertinya orang ber'uang terlihat dari mobil yang dimilikinya. Dan dia tahu jangan sampai berani main-main hukum bersama orang ber'uang karena kemungkinan besar akan kalah, jadi El mengalah saja. Pikirnya.
El harus membereskan semua lokasi termasuk kolong-kolong yang memang juga berantakan. Bekas makan dan minuman masih berserakan belum lagi pakaiannya juga. Beberapa titik El menemukan benda-benda milik wanita mulai dari ikat rambut dan baju. Apakah Darren sudah menikah? Batinnya. Tapi kalau sudah menikah kenapa berantakan sekali apartemennya. Belum lagi tak ada satupun foto dari pasangan Darren. Lagi-lagi El membatin.
Semua pekerjaan hampir selesai. Tinggal menjemur pakaian yang sudah dia keringkan di mesin cuci. Jam menunjukkan pukul 16.20 WIB tetapi belum ada tanda-tanda kehadiran Darren. El memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tak berapa lama perutnya terasa keroncongan. Tidak ada makanan yang bisa ia makan langsung saat ini hanya ada mie instan dan bahan lainnya yang instan seperti ikan kalengan. Dia menelusuri lemari es tersebut mungkin ada yang bisa langsung dia makan. Tapi tidak ada! Akhirnya mau tidak mau dia memasak. El memang tidak pandai memasak tapi kalau masakan instan dia bisa sih.
El memutuskan untuk memasak sphagetti. Porsinya yang banyak membuat El menyisakannya di meja makan. Sambil menonton televisi dia menikmati spaghetti buatannya itu.
"Hufth. Tadi kelaperan banget sekarang kekenyangan banget." gerutunya sambil menepuk pelan perutnya yang begah tersebut.
Dia memposisikan tubuhnya diatas sofa dan posisi yang paling enak adalah tiduran. Lama-lama matanya terasa berat. Sepertinya efek kekenyangan yang membuat matanya begitu terasa lengket. El pun tertidur di sofa dengan tv masih menyala.***
"Darren? Kau ada dimana?" tanya Marco cemas.
"Ada apa?" balasnya dingin.
"Bisa ke kantor sekarang?"
Darren menghela nafas panjang. Kalau sudah begini Darren tahu ada masalah di perusahaannya.
"Ada apa?" suara seorang perempuan menyadarkan Darren bahwa dia tidak sendiri.
"Biasa urusan kantor!"
"Jadi kamu akan pergi sekarang?" perempuan yang bertelanjang dada itu menghampiri Darren kemudian duduk di pangkuannya dan mendaratkan bibirnya di bibir Darren.
"He'em." Darren lekas beranjak dan mengambil bajunya yang tergeletak di lantai.
"Kalau kau butuh aku lagi jangan sungkan datang yah!" perempuan bernama Lidia itu tersenyum manis pada Darren.
"Oke!" jawab Darren sambil mengenakan celananya.***
Hari sudah malam dan batang hidung Darren belum kelihatan. El yang ketiduran di sofa kini telah terbangun. Dengan muka bantalnya dia celingukan ke seisi ruangan. Melihat jam di dinding menunjukkan pukul 19.15 WIB. Kenapa El menunggu Darren pulang? Seperti seorang istri yang sedang menunggu suaminya saja!
"Hoooaaammm." El menguap. "Aku harus pulang. Buat apa disini pekerjaanku sudah beres!"
El segera menarik tas selempang berwarna pink nya itu dan mengambil handphonenya. Ada 9 panggilan tak terjawab. Dari ibunya dan yang 3 dari nomor tak dikenal.
Tanpa ambil pusing dia langsung masuk ke aplikasi taxi online dan segera memesan untuk mengantarnya pulang ke rumah. Sekitar 10 menit kemudian taxi yang dia pesab sudah sampai di apartemen Darren, El pun langsung menghampiri taxi pesanannya.
Dalam perjalanan El mengirimkan pesan whatsapp pada Mommy-nya. Dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan sedang menuju perjalanan pulang.
Tiba-tiba saja whatsapp masuk dari nomot tak dikenal. Nomor yang tadi melakukan panggilan pada El.+62812316969xxx
Yukita kamu dimana?El
Maaf salah sambung aku bukan Yukita62812316969xxx
Kamu jangan macam-macam ya ini aku Darren!!!! 😡😡El
Darren? Siapa?? Maaf saya tidak kenal.Darren termenung sesaat mengapa El tidak mengenalnya. Oh iya dia lupa sesuatu! Dia belum sempat mengenalkan diri pada El bagaimana bisa dia tahu namanya.
62812316969xxx
Ini aku pria tampan yg apartemennya kamu bersihkanEl
Oh bapak. Maaf Pak saya kan tidak tahu nama bapak itu Darren62812316969xxx
Stop manggil aku bapak! Jadi dimana kamu sekarang kenapa aku tlp tidak dijawab?El
Maaf saya di taxi. Pulang62812316969xxx
Besok datang ke apartemen pagi2. Aku tunggu!El menghela nafas panjang. Kenapa dia sial sekali harus bertemu dengan pria aneh seperti Darren! Sampai kapan dia harus menjadi suruhan Darren? El menyandarkan dirinya ke jok mobil penumpang sambil memejamkan mata. Hari ini dia begitu lelah.
Keesokan harinya di kamarnya yang masih berantakan El terbangun. Cahaya matahari yang terang mulai menembus sela-sela ventilasi udara di kamarnya yang serba pink itu. Terdengar suara sayup-sayup Lucy yang sepertinya sedang mengomel.
Tok... Tok... Tok...
"El!!!" teriak Lucy.
"Arrrggghhh!" El merasa gerah dengan omelan sang ibu dan malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut pink kesayangannya.
"El Mom tahu kau sudah bangun! Ayo keluar!"
"Arrrgggh!" El mengibaskan selimutnya itu kemudian beranjak membuka pintu yang dibaliknya sudah ada alien sedang mengamuk.
"El. Mommy tahu kamu capek karena kemarin habis interview. Tapi Mommy sudah bilang jangan lupa beresin kamar kamu ini! Ini kamar sudah seperti kandang ayam kamu tahu tidak?" omel Lucy.
El hanya menatap Lucy malas. "Nanti El bereskan kok!"
"Nanti nanti terus! Sekarang Yurika!"
El berbalik dengan wajah ditekuk. Satu persatu dia memunguti barang yang berserekan di lantainya. Kemudian terderang getar dari handphone nya. Segera saja El melihat ponselnya tersebut. Banyak panggilan masuk dari... "Darren????" El membelalak. "Sialan aku lupa hari ini harus ke apartemennya!"
Dengan tergesa-gesa dia segera mandi dan tak mau kena omelnya Lucy lagi akhirnya El memasukkan barang-barang yang berserakan ke kolong tempat tidurnya. Yang penting rapih, pikirnya sih begitu. Kalau Lucy tahu apa yang dilakukan anaknya dia pasti akan berubah menjadi Thanos!"Dimana kamu?" tanya Darren dingin menahan kekesalannya.
"Aku di jalan kok ini!" terdengar suara yang ketakutan di seberang sana.
"Hm. Tunggu di lobby nanti aku menemuimu di sana!"
Klik. Terputus.
Darren dengan kemeja biru mudanya membuat dia semakin terlihat bersinar, dengan keatletisan tubuhnya pakaian yanh dia pakai terlihat begitu cocok.
Dia melangkah menuju sofa dimana El sedang duduk disana.
"Ayok!" ajak Darren.
"Kemana?" El yang sedang duduk mendongak ke arah Darren yang begitu tinggi.
"Nanti juga tahu! Kenapa kamu terlambat?" tanyanya lagi masih dengan sikap dinginnya.
"Maaf. Aku kesiangan." El menggigit bibir bawahnya sambil menunduk dan memejamkan matanya ketakutan, bersiap kalau-kalau Darren akan menerkamnya.Lalu Darren menarik lengan El dan El mengikuti meskipun sedikit terseret. "Ehh?" keluh El.
Darren tidak mengindahkan keluhan dari El dia langsung menyuruh El duduk di mobilnya. Baru saja El akan memakai sabuk pengaman tiba-tiba dia tersentak dengan pertanyaan Darren.
"Bisa gak penampilan kamu lebih formal lagi? Dan feminim? Kau ini sedikit... Berantakan dan tidak punya style!" Darren lanjut menstarter mobilnya.
El hanya membulatkan mata dengan raut wajah heran. Ada apa dengan penampilannya selama ini penampilannya memang begitu. Sederhana.
El merutuk dalam hatinya. Apa hak kamu ngatur-ngatur penampilanku? Memangnya kau juri dalam audisi? Dan aku pesertanya? Come on!!!!El masih bertanya-tanya ada yang salahkah dengan penampilannya? Hari ini dia mengenakan kaos putih polos yang sedikit longgar dan celana jeans ketat yang membentuk kakinya yang jenjang. Rambutnya diikat asal tetap dengan riasan naturalnya. Beberapa kali dia melihat ke layar ponselnya memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan wajahnya.
"Kau ini kenapa ngomentarin penampilan aku?" El menyerngit.
"Penampilan kamu sekarang itu kurang pas untuk ketemu sama calon mertua!" jawab Darren datar.
"Me... Mertua?" spontan El membulatkan matanya dengan mulut menganga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Teen FictionPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...