Hari ini Weekend. Hari dimana El bisa bermalas-malasan sepanjang hari dan dia juga tak perlu menyiapkan alasan kenapa dia tak pergi kerja! Tidak seperti kemarin dia harus menyiapkan alasan yang bagus pada Mommy-nya karena dia tak berangkat ke kantor Darren.
Sambil menonton acara cartoon di tv El memakan cemilan kesukaannya, keripik singkong pedas. Hatinya yang rapuh kini mulai kembali membaik setelah Marco menjelaskan apa yang sedang terjadi pada Darren. El mungkin tak mengenal dekat boss-nya itu tapi ada perasaan dimana El sangat rindu saat tak bersamanya.
Ponsel El berdering membuatnya menghentikan tangannya mengambil setiap potongan keripik dalam toples itu.
"Hallo." sapa El.
"Hai, El. Ini aku Marco!"
"Oh ya ada apa?" tanya El heran.
"Kamu ada acara hari ini? Kalau kamu ada waktu luang aku ingin mengajak kamu bertemu Mama! Kamu bisa?" tanya Marco lembut.
"Mm... Gimana ya..." El menggigit bibir bawahnya pertanda ragu.
"Bisa?" tanya Marco lagi meyakinkan.
"Aku tidak yakin."
"Kamu tenang saja aku rasa Darren tak akan pulang hari ini sama seperti kemarin juga!"
"Maksud kamu?"
"Iya. Darren tidak pulang dari kemarin. Mungkin dia di apartemen nya! Biasanya begitu kalo dia tak ingin diganggu!"
"Oke. Baiklah!" jawab El mengiyakan ajakan Marco.
"Aku jemput kamu nanti sore ya! Kirimkan alamat lengkapmu ya!"
"Oke."Klik. Terputus.
El menghela nafas panjang. Mendengar Darren tidak pulang El menjadi khawatir. Apakah dia akan mabuk-mabukan? Mencari wanita? El tidak bisa berhenti berpikir.Apa aku cek dia ke apartemennya ya... Batin El.
Kini El mulai bingung apakah dia benar-benar harus melihat keadaan Darren? Dia khawatir tapi di sisi lain ada perasaan gengsi juga. Harus ada alasan untuk dia menemui Darren. El berpikir memejamkan matanya sesaat berharap ada wangsit datang padanya.
Akhirnya El memutuskan untuk pergi ke apartemen Darren. Dia tidak bisa membiarkan Darren sendiri dengan masalahnya. Untuk saat ini itu saja yang dia pikirkan. Setelah bersiap-siap dia pamit pada Mommy untuk keluar sebentar. El bersiap dengan sweater neck tipis yang dia pakai. Rambutnya dia ikat agar terlihat rapih. Setelah siap dia memesan taxi online untuk mengantarnya ke apartemen Darren.
Sepuluh menit berlalu taxi yang dia pesan akhirnya tiba. Dalam perjalanan El memikirkan Darren apakah kehadirannya akan berarti untuk Darren? Lagipula El sudah berjanji pada Marco untuk berusaha dan berjuang untuk Darren, meskipun hasil akhirnya siapa yang akan tahu. El juga ingin membuktikan apakah yang dikatakan Marco itu benar bahwa Darren mencintainya.
Sesampainya di apartemen Darren, El langsung mengetuk pintu. Kali ini dia harus yakin tak boleh ragu lagi.
Pintu pun terbuka dan El terkesiap melihat penampilan Darren yang berantakan. Rambutnya berantakan, wajahnya mulai tumbuh kumis dan brewok halus, matanya merah dan mulutnya yang mengepulkan asap rokok.
"Ada apa?" tanya Darren dingin.
"A.. Aku... " El terbata dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Darren lagi.
"Aku minta maaf." El tertunduk lemah.
Darren membuang rokoknya ke lantai dan mematikannya dengan car diinjak. "Mau masuk?"
El mendongak menatap Darren beberapa saat. Akhirnya El mengangguk pelan. Darren berjalan menuju ruang tv diikuti oleh El di belakangnya.
"Apa aku harus membereskan lagi apartemenmu?" tanya El ragu.
"Tidak usah. Tugasmu sudah selesai! Aku sudah membebaskanmu!"
Mendengar itu mengapa El malah bersedih. Dia merasa Darren tak membutuhkannya lagi. Dengan lemas dia menjatuhkan bokongnya diatas sofa di ruang tv.
"Ada apa denganmu? Wajahmu bengkak? Kamu habis menangis?" tanya Darren seraya duduk di samping El.
El menggeleng lemah. Bohong.
"Dengar, aku tidak ingin menyusahkanmu lagi. Aku rasa pekerjaanmu cukup sampai disini! Aku juga minta maaf sudah membuatmu kecewa dengan perkataanku." kata Darren sambil terus menatap layar tv.
El terisak tak terasa air matanya jatuh begitu deras. Dia menyekanya berkali-kali tapi tidak berguna.
"Hari ini Mama ingin bertemu denganku." kata El dengan suara serak. "Kamu sudah berjanji akan melakukan apa saja kalau Mama percaya padaku!"
Darren seketika menoleh penasaran dengan apa yang dipinta gadis berambut cokelat ini.
"Katakan!" jawab Darren.
"Aku ingin... " El terhenti sejenak. "Kamu selalu ada di sampingku."
Darren terkesiap mendengar apa yang dikatakan El. Dia melihat wajah El yang basah sedang terisak. Wajah yang mendamaikannya. Ya selama ini Darren pun jatuh cinta pada El tapi mengapa begitu berat untu Darren mengakui itu semua. Hatinya begitu sakit melihat butiran air yang keluar dari mata El. Perlahan tangannya bergerak untuk meraih bahu El dan merangkulnya dalam pelukan Darren. Di dalam pelukan pria berdada bidang itu El semakin terisak tangisannya semakin keras. Sementara itu Darren terus merangkulnya berharap El tahu betapa kencang degupan jantungnya."Maafkan aku! Aku sudah menyakiti kamu!" kata Darren dan tangannya mengelus lembut kepala El.
El hanya bisa terisak tanpa kata. Saat itu Darren pun terpaku pada sesuatu, pada ikat rambut berwarna pink yang dia pakai. Darren melepas pelukannya dengan lembut.
"Aku ingin tahu bagaimana bisa ikat rambut itu ada padamu?" Darren menyerngit sambil terus menatap El.
"Marry memberikannya padaku!" El mengangkat bahu dengab suaranya yang masih terisak.
"Shit!!!" Darren mengumpat.
"Ada apa? Aku sudah tahu kalo Marry pernah menginap di apartemen kamu tapi aku sudah melupakannya!"
Darren menggeleng keras. "Bukan, bukan itu maksudku! Aku tahu ini pasti sudah dia rencanakan. Aku kamu dan Marry saat bertemu di ruang make up! Dia sudah merencanakannya! Apa kamu pernah berpikir mengapa dari sekian banyak fans kamu yang dapat kesempatan itu?"
"Dan aku baru ingat... Aku tiba-tiba mendapatkan tiket gratis melalui sms. Dan cukup menukarkan tiket yang asli itu dengan sms yang aku dapat." El tercengang sambil berusaha mengingat apa yang sudah terjadi.
Darren mengusap kasar wajahnya. "Sialan si Marry!" umpatnya.
"Sudah Ren. Aku sudah melupakan itu!"
"Tapi dia sudah mempermainkan kita! Dan Marry tidal akan berhenti sampai disini!" tegas Darren.
El memegang kedua pipi Darren dan menatapnya dalam-dalam. "Apapun yang terjadi aku akan bersamamu, Darren! Aku tidak takut padanya!" El tersenyum.
Darren pun menatap El haru dengan mata penuh harap. Dengan cepat Darren meraih pinggang El dan menariknya sehingga bibirnya dapat menyentuh lembut bibir El yang tipis dan mempesona itu. El sedikit kaget dengan apa yang dilakukannya tapi dia membiarkan itu. Darren pun mulai bermain semakin dalam, melumat bibir manis El dengan lembut. Sambil terpejam El mulai bisa mengikuti irama yang dimainkan Darren. Kini El mengerti apa isi hati Darren sebenarnya.
.
.
.
.
.
Wauuuwww Darren mulai jatuh cinta pada El rupanya! Jangan lupa vote nya ya! Vote dari kalian bikin aku termotivasi nih... Belum berakhir cerita cinta Darren dan El. Masih ada kelanjutannya lho jadi tunggu terus ya update.an nya 😇
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Teen FictionPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...