Pagi itu tak secerah biasanya. Hujan gerimis menemani lelapnya tidur sang puteri ceroboh, Elliana. Suasana pagi yang dingin membuat El enggan beranjak dari tidurnya. Dengan selimut tebal dia menghangatkan dirinya. Namun malas-malasannya itu terganggu saat ponselnya berdering tanda telepon masuk.
"Hallo... " sapa El agak malas.
"Syukurlah kamu mengangkat teleponnya dengan cepat! Aku harus menemuimu, El!" suara di sebrang sana terdengar panik.
"Iya tapi ada apa, Marco?"
"El, aku tidak punya waktu untuk menceritakan semuanya saat ini. Aku akan menjemputmu sekarang!"
"Sekarang?" Reflek El beranjak dari tidurannya. "Tapi ada apa?"
"Kau akan tau nanti sekarang aku sedang menuju ke rumahmu!"
Klik. Terputus. Marco memutuskan sambungan telepon tersebut.Sementara El bingung dengan apa yang terjadi tapi mendengar kepanikan Marco El yakin ada hal yang sangat penting. Dia segera bersiap sebelum Marco datang menjemputnya.
***
"Sebenernya ada apa ini kok pagi-pagi gini kamu udah ngajak aku pergi?" tanya El penasaran sambil menatap Marco yang sedang menyetir mobilnya.
"Kamu akan tahu nanti, El!"
"Okay." El mengangguk.Setibanya di tujuan El hanya bisa terperangah. Marco memarkirkan mobilnya di sebuah rumah sakit dan itu membuat El sangat kebingungan.
"Marco cepat katakan sesuatu! Ada apa ini?" tanya El sambil mengikuti langkah Marco yang tergesa-gesa.
"Darren! Ini soal Darren!" jelas Marco singkat kemudian menarik lengan El agar mereka segera sampai di tujuan.Di sebuah ruangan khusus terbaring seseorang yang sangat El kenal. Ya, Darren kini terbaring lemah di ruang ICU dengan wajah penuh lebam. Melihat hal itu El sangat terkejut dan hanya bisa terdiam, tanpa terasa airmatanya menetes perlahan.
"Semalam ada yang memukulinya sampai begini, saat ditemukan Darren sudah tak sadarkan diri, El! Kini dia koma." jelas Marco dengan wajah terpukul. "Aku ingin kau melihat Darren dan menemuinya aku takut kalo terjadi sesuatu padanya!"
"Ngga Marco! Darren pasti akan segera sadar!" Wajah El kini basah dengan airmata.
"Aku harap begitu."
"Lalu siapa pelaku semua ini?"
Marco menggeleng pelan. "Belum diketahui tapi kami sudah melaporkan kasus ini ke polisi."El berjalan mendekati dimana Darren terbaring kemudian duduk di samping ranjang Darren. El ingin melihat wajah yang sudah membuatnya jatuh cinta itu. Sementara itu Marco sengaja pergi keluar ruangan untuk memberi kesempatan pada El menemani Darren.
Bulir air mata semakin deras jatuh di pipi El. Kini dia merasa sangat menyesal karena telah menolak Darren yang ingin berjuang demi hubungan mereka. El takut tak ada lagi kesempatan untuknya dan Darren. El takut dia tak bisa mengatakan lagi bahwa dia sangat mencintai Darren.
Kondisi Darren sangat lemah. Lebam di wajah dan tubuhnya sangat banyak dan Darren kehilangan banyak darah membuatnya harus menerima transfusi darah. Dokter mengatakan kemungkinan kecil Darren bisa selamat dengan kondisi demikian. Namun, El tidak akan berhenti berharap. Dia akan berharap dan selalu begitu meskipun kemungkinan itu sangat kecil.
"Darren... Apa yang kau lakukan?" tanya El sambil menggenggam tangan Darren yang lemah itu. "Apa kau akan meninggalkan aku? Ya aku tahu kamu memang akan meninggalkan aku dan pergi bersama Marry! Tapi aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini! Darren, kau pergilah bersama Marry aku tidak apa-apa! Tapi jangan tinggalkan aku dengan cara begini! Ternyata hatiku lebih sakit melihat kau menderita seperti ini!" El terisak tak kuasa menahan tangisnya lagi.
Marco pun kembali dan mengajak El untuk keluar ruangan karena jam besuk sudah hampir habis. Darren membutuhkan perawatan yang sangat intensif sehingga tidak sembarang orang bisa begitu saja menjenguknya.
"Ayo El!" ajak Marco lembut sambil memegang pundak El.
El hanya mengangguk mengiyakan ajakan Marco. Mereka pun keluar daru ruangan ICU dan El baru teringat satu hal, dimana Diana dan Lisa? Apakah mereka sudah tahu tentang Darren?"Bagaimana dengan Mama dan Lisa? Apakah mereka sudah tahu?" El mengusap wajahnya berusaha menyembunyikan kesedihannya.
Marco mengangguk pelan dan wajahnya menunjukkan bahwa dia menyimpan sesuatu.
"Lalu?" tanya El lagi.
"Mama sangat syok melihat ini dan membuat dia drop dan pingsan seketika. Sekarang Mama ada di ruang perawatan dan Lisa sedang menemaninya."
"Ya ampun. Aku ingin bertemu Mama!"
"Ayok."Marco dan El berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Mereka menuju kamar dimana Diana dirawat. Sebuah kamar tipe presiden suite yang berada di lantai 5 rumah sakit. Setibanya disana El langsung disambut oleh Diana.
"El... " panggil Diana lirih sembari membuka lebar tangannya bersiap menerima pelukan dari El.
El segera menghampiri dan memeluk wanita paruh baya itu dengan raut sedih. "Mama nggak kuat El melihat Darren seperti ini!" Diana terisak di pelukan El.
"Mama jangan kuatir Darren pasti kuat!" kata El menenangkannya.
.
.
.
.
.
Apa yang akan terjadi sama Darren? Selamat atau tidak ya dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Teen FictionPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...