My Annoying Girlfriend : 8

10.8K 180 1
                                    

El dengan gelisah menanti kedatangan Darren. Hari pertamanya bekerja tidak semanis apa yang dia bayangkan. Hari ini El harus bertemu Darren dan menyerahkan berkas lamaran padanya. El sudah memelas pada resepsionis yang berada di Lobby utama.
"Please Mbak! Aku udah ada janji kok sama Pak Darren! Coba hubungi lagi Pak Darren siapa tau dia lupa!" El memasang wajah memelas.
"Maaf Mbak. Saya sudah menghubungi sekretaris Pak Darren tapi beliau berkata bahwa Pak Darren tidak ada jadwal janjian dengan Mbak ataupun memberi pesan akan kedatangan Mbak. Kami tidak punya wewenang menghubungi Pak Darren langsung apabila tidak ada schedule atau pesan dari beliau. Terlebih sekarang Pak Darren sedang tidak berada di tempat jadi Mbak mohon bersabar menunggu beliau datang!"
"Tapi Mbak Pak Darren langsung kok yang minta saya kesini!"
"Maaf Mbak sudah menjadi prosedur kami seperti itu. Jika Mbak memang diminta langsung Pak Darren kenapa tidak Mbak sendiri yang menghubungi beliau?"
"Oh iya ya aku lupa!" El menepuk jidatnya.
El segera mengeluarkan ponsel dari tas nya dan mencari kontak Darren. El langsung menekan tombol panggilan, tersambung. El menunggu Darren mengangkat dengan gelisah.
"Kamu nelepon saya?" tiba-tiba suara dari seorang pria mengagetkan El. Sontak dia menoleh.
El melihat Darren tepat berada di belakangnya dengan ponsel yang berdering.
"Ehh? Ohh. Iya aku telepon!" jawab El dengan cengiran khasnya.
"Ya sudah tutup saja teleponnya!"
El baru tersadar dia berbicara dengan Darren masih sambil meletakkan ponsel di telinganya. Buru-buru El memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan perasaan malu.
"Sudah lama dia disini?" tanya Darren pada resepsionisnya.
"Iya Pak sudah menunggu sekitar 4 jam. Saya tidak berani menghubungi Bapak karena Bu Cindy bilang Bapak tidak ada janji dengan Mbak Elliana!" jawabnya dengan sopan.
"Ohh..  Eh kamu!" Darren menatap El yang sedari tadi gelisah. "Kamu sudah 4 jam disini tapi kepikiran nelepon aku langsung barusan?" tanya Darren tak percaya.
"I... Iya itu juga karena Mbak nya yang nyaranin baru aku inget!" jawab El polos.
Darren menggeleng dengan wajah menahan kesal. "Dasar bodoh!" kata Darren seraya menoyor pelan kepala El.
El hanya manyun sambil mengelus jidatnya, sementara si resepsionis hanya bisa menahan tawanya.

Darren berjalan sambil memasukkan tangannya ke saku celana dengan gayanya yang cool. Stelan jas cokelat dengan kemeja putih tanpa dasi membuatnya semakin terlihat santai. Ditambah kerahnya yang dibuka dua kancing menambah kesan cool pada Darren.

El membututi Darren dari belakang. Setiap staff yang berjumpa dengan Darren pasti menyapanya dan Darren hanya membalas dengan anggukan. Angkuhnya! Pikir El.

Kini mereka menaiki lift menuju lantai 5 dimana ruangan Darren berada. El semakin merasa gugup. Dia takut kalau hari ini akan kacau apalagi pertemuan dengan Darren tadi tidak berjalan mulus.

Cindy sudah berada di mejanya tepat di depan ruangan Darren lalu menyambut Darren dengan sapaan dan senyuman manis.
"Cintya, kamu tolong bimbing Yukita! Dia sekretarisku yang baru!" titah Darren tanpa senyum. Lalu masuk ke ruangannya.
Cindy hanya membelalak tak percaya mendengar pernyataan menohok itu.
"Hallo... Aku Elliana. Panggil saja El!" El menjulurkan tangannya dengan riang.
"Cindy." jawab Cindy singkat dengan wajah ketus.
El mengkerutkan dahinya. "Bukannya nama kamu Cintya ya?"
"Bukan. Namaku Cindy!" kali ini Cindy benar-benar jutek pada El.
El menelan ludah melihat kejutekan cindy. Dia juga menghela nafas panjang ternyata Darren memang lunya masalah dalam mengingat nama orang. Ada ya orang seperti itu jadi owner perusahaan besar yang bergerak di bidang Alat Kesehatan?
"Oya Cin... Kamu bingung ya kenapa aku jadi sekretaris Darr... Eh Pak Darren maksudku?"
"Hm." jawab Cindy singkat.
El mengangguk-angguk pertanda mengerti lalu dia masuk ke ruangan Darren tanpa mengetuk pintu.
"Apa lagi?" tanya Darren melihat El sudah didepannya.
"Aku tidak mau jadi sekretaris kalau harus mengambil posisi orang lain!" kata El kesal.
"Siapa yang bilang begitu?" tanya Darren dengan santai seraya membuka berkas yang ada di tangannya.
"Tidak ada yang bilang aku tahu sendiri! Lagian kamu jangan bodohin aku ya! Sekretaris tuh kan cuma satu bukan dua!"
"Kalo aku pengennya dua gimana?" Darren menatap El sambil mengangkat alisnya.
"Ehh?" El hanya bisa melongo.
"Dengar yah! Aku ini pemilik perusahaan jadi aku berhak melakukan apa saja yang aku mau, ngerti?"
El hanya terdiam menahan kesal merasa begitu dibodohi oleh Darren.
Darren lekas menutup berkas di depannya. "Sekarang kamu ikut aku!"
"Ehh?" tanya El heran.
"Kenapa? Gak mau?"
"Bukan. Tapi kemana? Bukan membersihkan apartmen lagi, kan?" tanya El terlalu jujur.
Darren terkekeh sambil mengangkat bahunya.

Mereka berdua pun keluar ruangan dan Darren menghentikan langkahnya di depan meja Cindy.
"Kamu tidak perlu khawatir dengan posisi kamu! Kamu tetap sekretarisku untuk urusan kantor! Dan dia... " Darren menunjuk El yang berada di sampingnya. "Dia sekretarisku dalam hal lain. Calon istriku!"
Cindy memasang wajah kaget sebelum pada akhirnya menjawab Darren. "Iya Pak saya tidak merasa keberatan atas keputusan Bapak apapun itu!"
Sama hal nya dengan El yang kini terpaku mendengar pernyataan Darren. El tidak tahu apakah dia senang atau merasa sial harus dengar kata-kata itu.

Darren menarik lengan El dan membawanya keluar dari kantor. El hanya bisa mengikuti boss nya kemana dia pergi. Mereka pun kini berada dalam mobil dan melaju dengan tujuan yang tidak diketahui El.

"Kamu gak usah ge'er sama pernyataanku tadi! Kamu tahu kan kamu sedang pura-pura jadi pacarku? Aku tidak mau sampai Mama bertanya pada orang-orang kantor dan mereka menjawab tidak tahu yang ada Mama akan curiga!'' kata Darren menjelaskan tanpa melihat El disampingnya.
"Iya." jawan El lemah. Entah mengapa dalam hatinya dia merasa sedikit kecewa mendengar penjelasan itu, tapi El berusaha menutupi rasa kecewanya itu.

Perjalanan yang tadinya El tidak ketahui tujuannya sekarang dia ketahui kemana. Benar saja apartemen Darren! El sudah menebak pasti dia disuruh membereskan lagi apartemen Darren. Kalau begini namanya bukan sekretaris tapi asisten rumah tangga. Pikirnya.

Mereka keluar dari mobil kemudian menuju ke Lobby apartemen. Tanpa Darren ketahui ternyata kebersamaannya dengan El terlihat oleh Marry yang kebetulan baru turun dari apartemen Darren. Marry memperhatikan dari kejauhan tanpa diketahui oleh Darren. Sebagai seorang penyanyi terkenal Marry selalu menggunakan samaran agar tak terlihat oleh wartawan yang ingin mengetahui kehidupan pribadinya. Terlihat dari penampilannya kali ini yang menggunakan topi dan kacamata hitam serta jaket hoodie bertopi untuk menutupi kepalanya. Dan penyamarannya memang berhasil. Terbukti Darren tak melihatnya sama sekali.

Sesampainya di apartemen Darren sedikit kaget apartemen nya sudah rapi dan wangi sepertinya sebelum Marry pergi dia menyempatkan membereskannya. Hal yang sangat langka. Padahal tadinya Darren ingin mengerjai El dengan menyuruhnya membereskan lagi apartemennya.

"Maaf Pak! Aku harus ngapain sekarang?" tanya El dengan wajah tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya pikirannya tentang Darren yang akan memberi tugas bersih-bersih itu tidak berhasil.
"Kamu jangan senang dulu!" kata Darren seolah mengerti apa yang dipikirkan El. "Aku lapar jadi kamu masak sekarang!"
"Hah?" El menganga tak percaya. Dia kan tidak bisa masak.

Darren melempar jas nya ke sofa. Kemudian dia merebahkan tubuhnya di atas sofa dan menyalakan tv dengan remote.
"Masak yang enak!" katanya sambil tersenyum miring.
"Aku harus masak apa?" tanya El ragu.
"Ya masak makanan masa batu!" jawab Darren lagi-lagi ngasal.
"Aku sebenarnya nggak bisa masak!" kata El sambil menggigit bibir bawahnya.
Darren menghela nafas panjang. "Ya udah masak yang waktu itu aja. Sphagetti!"
"Jadi bapak makan masakan aku waktu itu?" tanya El meyakinkan.
"Kenapa emang?" Darren beranjak dari tiduran dan menoleh pada El. "Kamu masukin racun? Terus sekarang heran kenapa aku belum mati sekarang?"
"Nggak kok Pak! Mana ada racun yang mempan buat orang kayak bapak!" jawab El judes.
"Lah emangnya kenapa?"
"Ya mana mungkin racun bisa bekerja dalam tubuh orang yang gak punya hati kayak robot!" kini El melengos pergi ke dapur.
Darren menyerngit mendengar kata-kata dari El. Maksudnya apa dengan tak punya hati?

Hanya butuh waktu 40 menit sampai sphagetti buatan El siap dihidangkan. El menaruhnya di meja makan lengkap dengan 2 piring dan gelas berisi orange juice yang dingin.
"Udah jadi nih, Pak!" kata El sedikit berteriak.
El tidak mendengar jawaban dari boss nya itu. Akhirnya El melangkah menghampiri Darren yang sedari tadi sedang nonton tv. Dilihatnya Darren sedang tertidur pulas dengan tv menyala. El menatap Darren yang begitu tenang saat dia tidur. El berpikir Darren lebih tampan saat tertidur dibandingkan saat terbangun. Kalau sedang bangun Darren itu bagai singa yang kelaparan kerjanya marah-marah terus. El perlahan mendekat ingin menatap wajah Darren lebih dekat namun saat melangkah El tersandung karpet yang membuatnya tersungkur tepat di atas tubuh Darren. Tak cukup disitu ternyata tanpa sengaja bibir El menyentuh bibir Darren dengan pas. El membelalak dengan mata melotot. Dia terkejut kenapa bisa jatuh dengan posisi begitu? Belum sempat dia bangun dari posisi itu Darren membuka matanya dan kaget saat melihat pemandangan wajah El sedekat itu.
.
.
.
Aishhh baper banget nulis part ini. Hahahaha
Penasaran gak sama apa yang akan terjadi pada El dan Darren setelah ini. Pantengin terus yah. 😍😘

My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang