My Annoying Girlfriend : 6

12.7K 208 0
                                    

Darren melajukan mobil hitamnya bersama El di sampingnya. Dia bergegas menuju rumah dimana ibunya sudah menunggunya untuk makan malam bersama.
Dalam perjalanan Darren dan El hanya terdiam dan sesekali melirik satu sama lain tapi saat mata mereka bertemu mereka berpaling pura-pura sibuk dengan pikirannya.

Mereka tiba di kediaman Arthawijaya. Rumah mewah yang menjulang dan mencolok di antara rumah lainnya membuat El tercengang.
"Ini rumah kamu?" tanya El sebelum turun dari mobil.
"Bukan." jawab Darren singkat. "Kau akan tahu rumahku kalau sudah jadi istriku!"
"Ehh!?" El terkesiap sementara Darren hanya tersenyum miring. Senang sekali dia mengerjai wanita di sampingnya itu.

Darren pun membawa El masuk untuk segera bertemu ibu dan anggota keluarganya yang lain. Perasaan El menjadi tak karuan, apakah begini rasanya kalau dia akan diperkenalkan oleh calon mertua? Mungkin lebih tepatnya El merasa takut kalau saja aktingnya tidak berhasil. Dia bisa dicekik oleh Darren, mungkin. Pikirnya.

"Darren... Sayang... " wanita paruh baya itu menyambut Darren dengan pelukan. "Ini calon kamu, Ren?" tanyanya lagi kali ini matanya tertuju pada El.
"Hallo tante!" sapa El dengan tersenyum dalam hatinya dia begitu nervous.
"Panggil Mama dong! Kamu kan calon mantu Mama!" katanya sambil merangkul El. "Kamu bisa aja kalo cari pacar, Ren!" Diana mengedipkan matanya pada Darren. Lalu Darren menyunggingkan senyum lebar.
"Jadi sudah berapa lama kamu pacaran sama Darren?" Diana bertanya sambil terus merangkul El dan memapahnya ke ruang tamu.
"Ehh. Itu... El kurang tahu El gak hitung Ma tapi sudah cukup lama." katanya dibumbui kebohongan. Ya kan dia sedang berpura-pura pasti berbohong.
"Tapi Darren tuh ya tiap Mama tanya kapan temuin Mama sama kamu selalu saja bilang nanti! Oya Mama lupa nama kamu siapa sayang? Darren tidak pernah bercerita tentang pacarnya sih sama Mama!"
"Elliana Ma. Panggil saja El!"
"Nama yang cantik. Yauda kita duduk sini kita ngobrol-ngobrol yah!" Diana mengisyaratkan El untuk duduk d sofa hitam.
"Darren kamu panggil Marco sama Lisa dong! Mereka juga harus kenal sama El!"
"Ah males Ma mungkin mereka lagi sibuk di kamar lagi indehoy!" jawab Darren asal.
"Eh Darren kamu tuh ya depan El kok gitu!" pekik Diana. "Maapin Darren ya sayang dia emang begitu suka ngasal!"
"Iya Ma gak apa-apa emang Darren begitu kok Ma!" El tersenyum kikuk. Bisa-bisanya Darren bicara begitu di saat seperti ini.
"Eh ada tamu rupanya!" suara lembut membuyarkan percakapan mereka.
"Lisa... Sini sayang! Ini kenalin pacarnya Darren!" Diana antusias mengenalkan El pada Lisa, istri Marco.
"Hai El, aku Lisa, adik ipar Mas Darren!" Lisa mengajak El bersalaman kemudian duduk di samping mertuanya.
"Elliana." El tersenyum manis.
"Kamu pinter cari pacar ya Mas Darren!" kata Lisa seraya tersenyum.
"Aku kan ganteng siapa yang gamau sama aku!" jawab Darren dengan senyum miringnya.
El membelalak menatap Darren. Pede sekali rupanya orang ini. Sementara Diana dan Lisa hanya terkekeh.
"Oya, El kamu sudah kerja? Kerja dimana?" tanya Diana.
"Ehh? Ohh. Itu... " El terbata. Dia harus bilang kerja dimana yah. "Marketing di Artha Group!" katanya cepat. Dia teringat interview terakhirnya yang menawarkannya sebagai marketing meskipun sebenarnya dia belum tahu diterima atau tidak.
Sontak mereka semua menyerngit mendengar jawaban dari El.
"Kamu bekerja di perusahaan kami dong? Sudah lama? Di cabang mana sepertinya belum pernah melihat kamu!" tanya Lisa.
"Ehh itu... " El terbata dia tak menyangka ternyata Darren pemilik perusahaan Artha Group. Apa yang harus dia katakan.
"Dia masih baru. Baru seminggu. Tapi aku berencana menjadikannya sekretaris agar bisa aku awasi terus!" Darren menyambar dengan kebohongannya.
"Bagus, Ren jadi kalian bisa sama-sama terus!" Diana terlihat begitu senang.
"Kalo gitu ayo kita makan yuk. Makanannya udah siap semua daritadi." ajak Lisa.

Mereka pun berjalan menuju ruang makan keluarga Arthawijaya. Rumah yang mewah dan begitu besar. Sampai-sampai El berpikir jika ditinggal sendiri disini sepertinya dia akan nyasar.

Mereka pun duduk di bangkunya masing-masing. El bersebelahan dengan Darren. Saat itu Marco belum juga muncul membuat Diana bertanya-tanya.
"Marco kemana kok belum turun?"
"Tadi sih udah siap Ma. Aku panggilin dulu ya!" jawab Lisa sambil bersiap meninggalkan meja makan.
"Tidak perlu aku disini!" tiba-tiba suara Marco terdengar. Dia berjalan menuju meja makan dengan senyuman hangatnya.
Disana El terkesiap melihat senyum itu. Senyum Marco pria tampan berjambang semakin maco dengan kemeja maroon yang dia gulung di bagian lengannya. El mengerjap seketika setelah ingat bahwa Marco sudah punya istri.
"Sayang kok lama?" tanya Lisa.
Marco mengecup lembut bibir Lisa sebelum akhirnya dia duduk di kursinya. "Maaf ya semuanya jadi menunggu. Tadi Cecil sempat terbangun makanya aku menidurkannya dulu sebentar."
"Ya sudah ayok kita sekarang makan ya!"

Para pelayan dengan pakaian seragam menghampiri meja makan kemudian menyajikan appetizer, yang dilanjutkan dengan Main Course dan terakhir tentunya dessert.

Sementara itu, El masih tak habis pikir mengapa Marco begitu berbeda dengan Darren. Marco begitu rapih, lembut cara bicaranya, hangat senyumnya dan sopan. Sementara Darren si pria cuek dan dingin. Kadang-kadang konyol dan juga galak.

"Ini udah malem, Ma aku harus anterin dia pulang!" Darren menyela pembicaraan antara Diana dan El yang sepertinya asyik itu.
"Ih Mama kan masih pengen ngobrol sama El. Kamu nginep disini aja ya sayang?" bujuk Diana.
"Maaf Ma nanti Mommy El marah kalau El tidak pulang!" tolak El lembut.
"Nanti aku bisa ajak dia kesini lagi Ma. Mama jangan lebay deh!" kata Darren memutar bola matanya.
"Ya sudah kalo gitu. Kalian hati-hati di jalan yah!"
"El pamit ya Ma!" kemudian El cipika-cipiki dengan Diana.

Darren menarik tangan El dan menggandengnya. El yang kaget hanya bisa membulatkan mata dengan raut wajah heran. Berkali-kali dia menatap Darren dan tangannya yang sedang digenggam secara bergantian. El tidak percaya dengan yang dilakukan Darren padanya.
Di mobil El tak bersuara dia masih bergulat dengan jantungnya yang berdegup kencang.
"Kamu kenapa?" Tanya Darren yang heran melihat El masih belum memakai seatbelt nya.
"Ohh.. Ng.. Nggak! Gak apa-apa!" El terbata.
Darren menggelengkan kepalanya lalu memakaikan seatbelt El. "Bukannya dipake malah ngelamun."
El hanya terdiam sambil menggigit bibir bawahnya.

Perjalanan menuju rumah El lumayan jauh. Di tengah perjalanan mereka terjebak macet. Saat itu Darren teringat sesuatu yang ingin dia tanyakan pada El.
"Kamu serius kerja di Artha Group?"
"Ehh? Itu... Aku... "
"Kenapa gugup?" Darren mengkerutkan dahinya.
"Maaf soal pekerjaan tadi. Sebenarnya aku masih belum kerja!" lagi-lagi El menggigit bibir bawahnya.
"Serius?" tanya Darren tak percaya.
"Udah berkali-kali ngelamar tapi belum ada yang berhasil. Terakhir interview waktu aku hampir ketabrak kamu! Itu aku baru interview di Artha Group tapi aku malah ditawari marketing. Belum tahu juga sih akhirnya diterima atau nggak." jelas El.
"Ohh." Darren ber'ohh' ria.
El menatap Darren dengan dahi mengkerut. "Ohh doang?"
"Ya sudah karena kamu udah terlanjur bilang kerja disana sama Mama jadi kamu harus kerja disana!"
"Maksudnya?" El masih keheranan.
"Besok bawa berkas CV kamu dan temui aku di kantor. Mulai besok kamu jadi sekretarisku!" kata Darren datar sambil terus fokus melihat jalanan.
"Ehh?" El terbelalak tak percaya. Akhirnya dia punya pekerjaan juga.

Pukul 10 malam El tiba di rumahnya. Lucy sudah menunggunya di depan pintu.
"Darimana kamu, El?" tanya Lucy kuatir.
"Aku...aku kerja Mom!" jawab El bohong.
"Kerja kok sampe malem? Itu tadi siapa yang antar kamu?"
"Ohh itu boss El Mom. Tadi dia ajak aku makan malam dulu makanya pulangnya malam!"
Lucy menghela nafas panjang. "Ya sudah cepat sana masuk bilang Daddy kamu darimana. Daritadi dia kuatir sama kamu!"
"Oke Mom!" El masuk sambil mengecup sayang sang Ibu.

.
.
.
Sampai sini udah baper belum?
Tolong vote yaa 😂😂😂😂

My Annoying GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang