Waktu semakin berlalu hari demi hari dan menjadi minggu. Sudah tiga minggu Darren terbaring tak sadarkan diri. Di sisi kanannya terdiam seorang wanita yang sabar menanti kesembuhan pria tak berdaya itu. Dia adalah El.
"El... " Seseorang menyentuh bahu El.
El sontak menoleh. "Eh.. Oh..?"
"Kamu belum makan seharian ini kita makan dulu yuk!" Ajak pria bernama Marco itu.
El hanya mengangguk lemas.Tak jauh dari rumah sakit tempat Darren di rawat ada sebuah restoran cepat saji. Marco pun mengajak El ke tempat tersebut dengan berjalan kaki.
"Kamu harus kuat, El! Darren akan siuman aku yakin itu!" kata Marco.
"Aku selalu berharap itu setiap waktu, Marco. Jangan khawatir! Aku tidak akan kehilangan harapan sekecil apapun." El berusaha tersenyum tegar. Hatinya hancur melihat pria yang disayanginya bisa terbaring lemah tak berdaya. Tetapi El tetap yakin saat Darren siuman dia akan langsung memeluknya erat.Mereka tiba di restoran cepat saji itu. Marco mengisyaratkan El untuk mencari tempat duduk sementara Marco akan memesan makanannya.
El duduk sambil memainkan ponselnya sampai dia bosan, dia meletakkan ponselnya itu di meja. Namun tiba-tiba matanya terpaku pada seseorang yang baru saja keluar dari restoran tersebut. Seorang wanita dengan selendang menutupi wajahnya seolah sedang menyembunyikan jati dirinya. Entah apa yang merasuki jiwa El, sontak dia mengejar wanita itu tanpa memberi tahu Marco terlebih dahulu.
Dia berlari secepat mungkin namun secepat itu juga wanita itu menghilang. El pun berhenti sambil terengah-engah dan memutar pandangannya ke segala arah namun pencariannya tetap sia-sia. Dia pun memutuskan kembali ke restoran itu sebelum Marco kebingungan mencarinya."El darimana kamu?" Marco terkejut melihat El terengah-engah muncul dari pintu masuk. "Aku pikir kamu tadi ke kamar kecil, El!"
Dengan cepat El mengibaskan kedua tangannya. "Bukan.. Bukan.. " Dia duduk kemudian menghela nafas panjang. "Aku melihat dia."
"Dia?" Marco menyerngit.
"Marry."
"Serius?" Marco sontak membulatkan matanya tak percaya.***
Sekian lama Marco berusaha mencari keberadaan Marry namun tak kunjung dia dapatkan informasi apapun. Setelah kejadian pengeroyokan brutal terhadap Darren seketika itu Marry menghilang bak ditelan bumi. Kesaksian El yang menyebutkan dia melihat sosok Marry membuat Marco yakin bahwa ada sesuatu yang bisa dia gali dari perempuan itu. Atau mungkinkah Marry dalang dibalik semua kejadian ini? Marco belum berani menyimpulkan sejauh itu tanpa bukti apapun.
"Aku hanya ingin mendapatkan informasi keberadaan Marry!" Titah Marco pada detektif kepercayaan keluarga mereka.
"Sudah sebulan ini kami mencari tau dalang dari pengeroyokan Pak Darren. Namun belum ada titik terang! Hanya satu yang bisa kami selidiki lebih lanjut lagi." Jawab detektif tersebut dengan serius.
"Sidik jari itu, bukan?"
"Iya, Pak!"
"Basi!" Marco menggebrak meja dengan keras. "Itu sudah ditemukan dari awal pencarian tapi sampai saat ini belum juga ditemukan pemilik sidik jari itu!"
"Kali ini sudah, Pak!"
"Siapa dia?""BAJINGAN! BANGSAT!" Emosi Marco begitu meledak mengahadapi orang yang telah memukuli kakaknya tanpa ampun.
"Aku tidak akan mengatakan apapun!" Sambil terbatas pria bertubuh besar itu tetap menjawab Marco dengan tatapan sinis nya. Padahal wajah dan tubuhnya sudah habis terkena pukulan.
"BANGSAATTTT!!!!" Lagi-lagi pukulan dari Marco mendarat di wajah pria itu. "KATAKAN SIAPA YANG MEMBAYARMU, KEPARAT! ATAU INI AKAN JADI HARI TERAKHIR KAU HIDUP!"
Pria itu tetap tak mau bicara dia hanya menggeleng dengan lemas.
"SIALAN!" Marco menendang tubuh pria itu hingga tersungkur. "KATAKAN SIAPA? MARRY? MARRY KAH DALANG DI BALIK SEMUA INI???" tanyanya lagi.
Mendengar nama Marry disebut pria itu langsung mengangkat wajahnya menatap Marco.Marco heran melihat nafas pria itu semakin memburu. Mendengar nama Marry disebut seolah membuat pria itu ingin berontak namun tubuhnya yang penuh dengan luka membuatnya begitu tak berdaya.
"Apakah aku harus mengulang lagi pertanyaanku?" Tanya Marco sinis."Ja... Jangan... Kau... Kau... Ganggu dia!" Suara pria itu terbata.
"Maksud kau, Marry? Dia pelakunya?"
Pria itu menggeleng. Lagi-lagi membuat Marco kesal. "Bangsat! Jangan main-main denganku!"
Pria itu mencoba membuka lagi mulutnya berusaha mengatakan sesuatu. "Aku ingin ki... Kita melakukan pe... Peranjian!"
"Perjanjian?" Tanya Marco heran.
Pria itu mengangguk.
.
.
.
.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Girlfriend
Fiksi RemajaPERINGATAN (21+) . . "Kamu emang hebat, Darren!" wanita bernama Marry itu mengelus dada kekasihnya dengan lembut. "Kamu juga. Wanita yang tidak pernah puas! Aku suka itu!" Puji Darren dengan nafas yang masih belum stabil. "Ya sudah aku harus pergi...