SEMBILAN BELAS

428 35 0
                                    

Lohaaa!!! Gimana kabarnya? Baek2 kan?

Vote atuh dulu sebelum baca okay.

****

'Chel, coba kamu ke kantor. Papa mau bicara,' suara Darma terdengar tegas dari seberang sana.

"Kenapa sih Pa?" tanya Marchel.

'Udah nggak usah banyak tanya. Akhir-akhir ini kamu males banget ke kantor.'

Marchel menghela napas, "iya, aku ke kantor sekarang." Darma menutup panggilan teleponnya dari seberang sana.

Ketika Marchel berkata akan ke kantor sekarang, itu artinya benar-benar sekarang. Meski kini ia tengah berada di taman setelah melakukan jogging dengan kaos polos panjang dan celana pendek selutut dan sepatu sport keluaran perusahaan ternama, pria itu memacu mobil mewahnya menuju perusahaannya. Sebuah perusahaan konstruksi dan bahan bangunan yang memasok material terbaik ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan mengirimnya juga ke luar negeri.

Sepanjang jalan menuju ruangan ayahnya, Marchel menjadi bahan tontonan karena penampilan Marchel yang membuat para karyawati enggan berkedip. Rambut gondrongnya sebagian ia kuncir dengan keringat yang masih belum kering, Marchel terlihat sangat seksi. Belum lagi otot-ototnya yang menonjol di balik kaosnya yang menempel lekat di tubuh atletisnya. Namun Marchel seolah tak peduli. Ia menaiki lift dan menuju ruangan Darma.

Tanpa repot-repot mengetuk pintu, Marchel langsung masuk ke ruangan ayahnya. Padahal ia sudah dipanggil-panggil oleh sekretaris ayahnya.

"Ada apa sih Pa?" tanya Marchel begitu ia membuka pintu ruangan ayahnya.

"Marchel, yang sopan dong." Darma berkata dengan geram.

"Wah, Marchel udah jadi orang hebat ya sekarang. Tambah ganteng juga," kata seseorang yang duduk di depan Darma. Marchel tersenyum, lantas berjalan menghampiri mereka berdua.

"Apa-apaan kamu ke kantor pake kaos kayak gini?" Darma tak habis pikir dengan tabiat putra sulungnya ini. Hah, punya anak dua-duanya sulit diatur, membuat Darma memijit pelipisnya.

Marchel tersenyum, "kan tadi aku lagi jogging Pa." Darma membulatkan matanya, "ini udah jam 9, bukannya ke kantor malah jogging." kesal Darma.

"Udah, Ma. Jangan marahin Cah Bagus ini terus. Gimana kalo Marchel tak foto dulu, biar putriku lihat wajahnya Marchel pas udah besar," sela seseorang yang sedari tadi mengamati interaksi ayah dan anak di depannya itu. "Kamu lupa ya sama Tante?" tanya wanita itu karena Marchel menatapnya dengan tatapan bingung.

"Maaf, tapi saya bener-bener nggak ingat. " kata Marchel.

"Dasar bocah ini." Darma bergumam, namun masih dapat di dengar keduanya.

"Kenalin, nama Tante... Maya, tante itu udah temenan sama Papa dan Almarhumah Mama kamu, jadi dulu waktu kamu masih kecil, kamu punya temen main di TK, namanya Meyra, inget nggak? Yang anaknya kecil, ringkih, tukang ngadu itu loh..." wanita itu mencoba menggali ingatan Marchel.

Marchel mengernyit, ia mencoba mengingat-ingat. Setelah menemukan sosok bocah kuncir dua yang sering ia bully saat masih TK dulu, Marchel langsung menjentikkan jarinya, dan langsung mendapat sikutan dari Darma. "Nggak sopan, Marchel." desis Darma. Maya tersenyum, "ingat?" tanya wanita itu.

"Ingat, Tante. Gimana kabarnya Mey sekarang?" tanya Marchel antusias.

"Baik, dia sekarang jadi desainer. Padahal dulu sukanya jalan-jalan di catwalk, eh... Begitu lulus SMA malah pengennya jadi desainer."

"Eh, bagus dong Nte... Pasti udah sukses sekarang." puji Marchel.

"Yah, gitu... Waktu kalian SMP nya misah, dan lost contact, Meyra kebingungan nyari info tentang kamu. Dan begitu dia lulus SMA, Tante sama Papa kamu baru kesampaian kerja sama bisnis." Darma berdeham, "dulu Papa, Mama, sama Tante Maya ini suka main ke pantai bertiga. Terus pas udah kuliah, pilih kampusnya mencar, Papa sama Mama sekampus akhirnya. Dan yah... Baru setelah Meyra sama kamu TK, Papa sama Mama ketemu lagi dengan Tante Maya ini..." terang Papanya.

Another Side ¦ Book 1 Of 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang