DUA PULUH LIMA

838 43 0
                                    

Jangan sedih yes, karena ini part terakhir... Jangan mewek, kwkw

Mending sambil baca dengerin nih lagu.

Author Playlist : Langit Bumi - Wali

Kasian tuh Bang Nanda, maapin yak... Dia juga lagi galau tuh... Kemana si Eneng elah...

****

Mbok Inem heran dengan tuannya. Sudah nyaris dua puluh tahun ia bekerja di keluarga Ferrando, namun baru kali ini ia melihat tuannya seberantakan ini. Nanda jarang makan di rumah. Penampilannya kusut. Matanya menghitam, bahkan pria itu juga jarang bicara.

Sewaktu rumah tangganya retak dan berujung perceraian dengan Raya, Nanda tak terlihat sekacau ini. Bahkan pria itu masih bekerja seperti biasa. Dengan penampilan necis dan rapih.

Apa yang ia lewatkan selama seminggu ini?

Mbok Inem menyapu di ruang tengah. Nanda duduk di sofa dengan tatapan mata datar ke arah televisi yang menyala. Saat melihat ke arah tv, Mbok Inem langsung tertawa terbahak, "aduh, mukanya Tuan... Kok bisa kayak gitu..." ucap Mbok Inem.

Yang diajak bicara hanya diam. Dan sama sekali tidak tersenyum. Mbok Inem langsung membungkam mulutnya, bisa-bisanya ia malah tertawa saat tuannya sedang galau. Mungkin ini ada hubungannya dengan Vazza. Gadis itu tak terlihat selama ia kembali dari kampung. Kemana Vazza?

"Tuan. Mbok mau tanya, Neng Vazza kemana ya?" tanya Mbok Inem.

Nanda masih diam.

Haduh, kayaknya Tuan Nanda lagi ngelamun. Itu teh bahaya pisan, kalo kesambet kolong wewe bisa kejang Tuan...

"Tuan!!" Mbok Inem berteriak di telinga Nanda.

"Argh!!!" Nanda kaget bukan main.  Ia menatap Mbok Inem yang berdiri sambil memegangi dadanya, ikut kaget.

"Apa sih Mbok?!"

"Tuan ngelamun terus dari tadi." Mbok Inem kembali memegang sapunya. Melanjutkan kembali menyapu lantai.

"Ya jangan ngagetin dong."

"Maaf Tuan. Mbok mau tanya, Neng Vazza kemana?" tanya Mbok Inem.

Wajah Nanda kembali berubah lesu. Sudah seminggu lebih ia mencari Vazza. Gadis itu tak kunjung ia temukan.

"Jangan bohong lo!" amarah Nanda semakin memuncak. Nanda langsung memukul wajah Marchel.

Marchel bukan hanya tercengang, namun ia juga merasa khawatir. Vazza menghilang dan tak diketahui bagaimana keadaannya. Jadi saat Nanda memukulnya, Marchel tak berusaha menghindar.

"Jawab, bangsat!" Nanda mencengkeram kerah baju Marchel.

Marchel memfokuskan pandangannya. Ia menecekal tangan Nanda, "gue nggak tahu! Ngapain lo ke sini!"

Nanda makin berang, "nggak usah bohong lu!" balas Nanda.

"Gue nggak bohong. Vazza ilang, dan ini semua karena elo! Brengsek!" Nanda dan Marchel adu pukul hingga membuat para penghuni apartemen lain menghampiri mereka berdua dan memisahkan Marchel serta Nanda.

Nanda pulang dengan tangan hampa. Sementara Marchel mencari Vazza dengan bantuan anak buahnya. Vazza lenyap. Tak ada dimanapun.

Baru kali ini Nanda merasa sehancur ini. Rasanya tak seperti saat Raya meninggalkannya. Rasanya lebih sakit saat ia melihat foto Vazza tengah dipeluk oleh Marchel. Seolah dunianya runtuh.

"Za, kamu dimana? Aku bakalan dengerin penjelasan kamu... Please, pulang," rintih Nanda.

"Nggak tahu Mbok," kata Nanda pelan.

Another Side ¦ Book 1 Of 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang