DUA BELAS

509 38 2
                                    

Bilang2 ke sodara temen ponakan sepupu emak bapak suruh baca story gue, bantu promote. Hehe

Ya udin, cus baca. Sebelum itu vote dulu ya...

****

Cantika menatap bingung ke arah kakaknya yang terus tersenyum sepanjang hari. Ia bukannya heran dengan senyum manis Marchel, jika saja pria itu tersenyum ketika menggoda wanita. Namun kenyataannya di sini hanya ada dirinya dengan pria itu yang terus tersenyum. Cantika hendak menghampiri kakaknya saat tiba-tiba Marchel berdiri.

"Kakak mau kemana?" tanya Cantika.

"Kepo aja kamu." Cantika cemberut. Ia mengikuti kakaknya ke dalam kamar pria itu. Cantika memang merasa lebih nyaman bersama kakaknya daripada dengan Papanya. Cantika duduk di tepi tempat tidur kakaknya dengan setia mengamati kakaknya itu.

"Kakak kenapa senyum-senyum dari tadi? Gila ya?" Marchel beralih menatap adiknya itu, "itu mah kamu." timpal Marchel. Cantika tak tersinggung dengan ucapan Marchel, karena memang kenyataannya kakaknya benar. Dulu sewaktu Darma membawanya ke luar negeri untuk berobat, Marchel yang sering mengunjunginya. Marchel akan menceritakan hal-hal menarik di luar rumah sakit pada adiknya itu dan membawakan hadiah untuk Cantika. Itu semua Marchel lakukan demi membangkitkan sisi positif dalam diri Cantika agar gadis itu perlahan melupakan traumanya.

"Kakak punya pacar ya?"

"Enggak, belum."

"Tumbenan, biasanya langsung diembat aja. Terus Kakak itu gimana?" tanya Cantika.

"Hn, Kakak nggak suka dia dari awal. Ini semua karena kamu yang minta. Kakak udah muak sama dia."

Cantika tersenyum, "bagus deh. Aku nggak suka kalo Kakak beneran suka sama dia."

"Kamu aneh ya, orang kayak dia aja dicintai."

"Kakak cemburu karena dia lebih baik?"

"Nggak lah. Ngapain cemburu, bikin sakit perut."

"Kakak salah, dia itu seseorang dan satu-satunya orang yang bikin aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Denger suaranya bikin aku tahu kalo dia itu tulus orangnya."

"Terus dia tahu kalo kamu suka sama dia? " tanya Marchel.

Cantika menggeleng. "Aku belum ada nyali bilang ke dia. " Cantika, lebih dari apapun dia adalah gadis yang pemalu jika berhadapan dengan seseorang yang dia suka dalam artian romantis.

"Bisa gitu ya?" Marchel takjub dengan adiknya yang berubah menjadi kucing pemalu jika berhadapan dengan seseorang yang menjadi musuh lamanya itu. Padahal ia sering mendapat laporan jika Cantika sering melakukan tindakan bullying di kampusnya.

"Kalo suka itu bilang. Gerak cepat supaya dia nggak lepas. Lagian mereka udah mau cerai kok." Cantika bertepuk tangan setuju dengan usulan Marchel.

"Kakak aku pinter, udah banyak pengalaman..." Cantika beranjak dan memeluk Marchel.

"Lepasin, Ka." Marchel mengurai pelukan adiknya itu dan menatap Cantika kesal.

Besok ia akan menyatakan perasaannya. Cantika tak akan menunggu waktu lama lagi. Pria itu begitu spesial menurut Cantika, jadi bukannya tak mungkin selepas bercerai ia akan semakin banyak yang mendekati.

"Kakak tadi dicariin sama Kakak Jalang itu. Aku capek denger suaranya yang bikin mual itu, mending Kakak urus." kata Cantika saat akan keluar dari kamar Marchel. Ia teringat akan hal itu dan mengatakannya pada Marchel karena merasa muak ditelepon terus-terusan.

Another Side ¦ Book 1 Of 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang