SEPULUH

628 50 0
                                    

Kaga mau ngomong yang gimane2 lagi ah... Intinya lu pada vote ye... Trs buruan baca.... Wkwk.

Author Playlist : Cantik - Kahitna

Wkwk, inih lagu dari Aa' Marchel buat Eneng tersyayang. Biasa, kang gombal tamvan mah bebas huehue...

****

Ketika wajahnya diterpa cahaya, Vazza membuka matanya. Ia terbangun di atas bed yang semalam seharusnya ditempati oleh Nanda. Seingatnya semalam Vazza sedang ngobrol dengan Nanda. Kenapa ia bisa tidur di kasur? Vazza menengok sekeliling. Matanya terpaku pada sosok Nanda yang tertidur dengan menyangga kepalanya.

Vazza menghela napas. Nanda pasti lelah. Ia berinisiatif untuk membangunkan Nanda agar pria itu bisa istirahat. Namun baru saja Vazza hendak membangunkan Nanda, pria itu sudah terjaga kembali. Ia menatap Vazza, lantas mengusap wajahnya. "Jam berapa Za?" tanya Nanda.

"Udah mau jam 8, Kak." kata Vazza.

"Astaga, Nanda langsung beranjak dari kursi dan buru-buru ke toilet untuk membasuh mukanya.

"Za, maaf saya harus ngerepotin kamu lagi. Tolong jagain Hito ya, nanti siang hasil labnya keluar, tolong kamu terima ya." Vazza mengangguk, "Kakak tenang aja, aku bakal jagain Hito." Nanda tersenyum. Ia tahu ia bisa mengandalkan Vazza. Jadi Nanda bisa pergi dengan tenang.

Sepeninggal Nanda, Vazza memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Selesai mandi, Vazza kembali menemani Hito. Tak lama, pintu kamar rawat Hito terbuka, Mbok Inem masuk sambil membawa sesuatu.

"Neng, Mbok bawa makanan. Mbok yakin Neng Vazza pasti nggak pulang. Tadi Tuan baru aja pulang." kata Mbok Inem.

"Makasih Mbok, jadi ngerepotin. Vazza kan bisa beli di kantin rumah sakit." Vazza menerima kantong kresek itu dari tangan Mbok Inem. Isinya kotak bekal.

"Neng Vazza makan dulu aja, sarapan yang banyak. Mbok jagain Den Hito. Nanti Mbok harus pulang lagi, soalnya rumah nggak ada yang jaga karena Pak Man pulang kampung. Pak satpam juga datangnya baru besok lusa." Vazza akhirnya mengangguk. Ia sarapan menggunakan makanan yang dibawa Mbok Inem.

****

Siang harinya ternyata Nanda datang ke rumah sakit. Pria itu telah melimpahkan pekerjaannya pada sekretarisnya dan Sandi. Sandi turut prihatin karena keadaan Hito dan berencana untuk menjenguk anak sahabatnya itu. Vazza tentu saja senang karena Nanda akan ada di rumah sakit terus. Gadis itu baru saja selesai mengambil hasil lab Hito.

"Hito kena demam berdarah. Trombositnya kurang dari 150.000. Tadi aku udah beliin Hito jus jambu juga supaya trombositnya naik." Vazza menyerahkan hasil lab Hito pada Nanda. Pria itu membacanya dengan seksama, "aku nggak ngerti baca kayak gini." Nanda menautkan alisnya.

Membaca hasil lab memang kewenangan dokter. Jadi nanti saat kunjungan dokter, Nanda akan menyerahkannya pada dokter. Sementara Vazza terkikik geli.

"Ya udah jangan dibaca kalo gitu. Hito lagi tidur abis makan tadi." kata Vazza. Nanda mengangguk. Ia duduk di samping Hito. Sekarang panasnya sudah agak mendingan. Untung saja Hito segera dibawa ke rumah sakit, jika tidak mungkin akibatnya akan sangat fatal.

Siangnya Vazza memutuskan untuk membelikan Nanda makanan. Pria itu tak berniat beranjak dari kursinya barang hanya untuk makan siang. Jadi Vazza keluar dari rumah sakit karena menurutnya makanan kantin tidak membuatnya berselera, apalagi Nanda. Vazza ingat kalau Nanda suka cumi. Jadi ia berinisiatif untuk membeli cumi saus pedas manis saja. Tidak jauh. Sekitar 500 meter dari rumah sakit ada sebuah rumah makan seafood. Vazza menunggu pesannya jadi, dan tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nama Marchel tertera di layarnya. Vazza buru-buru mengangkatnya.

Another Side ¦ Book 1 Of 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang