ENAM

705 61 0
                                    

Hadeh... Yang masih mau lanjut hayooo. Yang udah mau berhenti, hayo lah lanjut lagi. Pokokna ini spesial buat para pembaca wetpetders tercintah...

Author Playlist : Tiba-tiba Cinta Datang - Maudy Ayunda

Nggak tahu lagunya cocok apa enggak. Hehhe...

Jangan forget dan jangan memforgetkan diri untuk vote dahulu okay...

****

Vazza memang tak mengerti apa yang dimaksud oleh Nanda, namun perkataan Nanda itu membuatnya bahagia. Vazza tersenyum malu, lantas pria itu berkata lagi, "nggak apa-apa saya cerai sama Raya, kan di sini ada kamu yang bakalan ngajak Hito main. Jadi saya nggak perlu cepet-cepet nikah lagi." Seketika itu juga Vazza menghembus napas kecewa. Terang saja begitu maksud Nanda. Mau apa lagi?

Jangan harap Nanda akan mau memperistri kamu Za, tekan Vazza pada dirinya sendiri.

Vazza mengangguk kikuk. "Ya kalo itu keputusan Kakak, berarti harus Kakak lakukan. Tapi semuanya harus dipikirkan matang-matang." Nanda mengacak puncak kepala Vazza dengan gemas.

"Iya, makasih ya udah ingetin saya. Untung masih ada kamu, Za. Kadang saya heran, kamu lebih bijak dari saya..." meski hatinya campur aduk, Vazza berusaha tersenyum senatural mungkin. Nanda adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya melayang dan kemudian jatuh hingga remuk redam.

Vazza pamit permisi ke kamarnya. Sebentar lagi waktunya makan malam dan ia belum mandi. Vazza mematut dirinya di depan cermin. Melihat betapa buruk penampilan dan wajahnya. Lantas gadis itu menggeleng, "Sudah untung kamu tuh terlahir sempurna, Za. Bersyukur dong. Hah... Mungkin kamu bukan tipenya Kak Nanda aja. Coba kalo kamu aja nggak PD sama penampilan dan wajah kamu, siapa coba yang bakalan muji kamu, hah? Ibu kan udah nggak ada. Karena biasanya cuma Ibu atau jarang-jarang Ayah yang bakal bilang kalo kamu cantik."

Vazza tersenyum getir mendengar suaranya sendiri. Di saat seperti ini ia sangat  ingin dipeluk ibunya. Curhat kalau dia menyukai seseorang. Seorang pria matang yang dewasa dan satu lagi, tampan. Pasti ibunya akan menatapnya penuh ketertarikan dan mengatakan, 'kalau kamu suka, Ibu cuma bisa dukung dan mendoakan.' Lalu ayahnya akan datang dari bekerja dan mendengar penuturan putrinya itu sambil memasang raut serius. 'Apa? Kamu suka dengan duda beranak satu? Seperti apa orangnya sehingga putriku satu-satunya ini sampai jatuh hati padanya. Cepat bawa ke hadapan Ayah. Kalo dia nggak becus bikin kamu bahagia, jangan harap dapat restu dari Ayah.' Setidaknya itulah yang akan ayah bijaknya katakan.

Namun semuanya telah hilang. Hanya tinggal harapan. Bayangan indah saat ia mencoba mengenalkan orang yang ia cinta dan meminta restu kepada kedua orang tuanya telah tiada. Semuanya tinggal harapan yang tak akan pernah terwujud.

Vazza rindu, Vazza rindu dengan orang tuanya. Tapi Tuhan lebih sayang pada mereka. Ini takdir yang baik, semua takdir datangnya dari Tuhan dan semuanya pasti baik. Tidak terkecuali takdir yang diberikan untuk Vazza.

Gadis itu terkejut mendapati isakan yang lolos dari bibirnya. Ia buru-buru menghapus air matanya dan segera turun ke bawah untuk makan malam. Hari ini Mbok Inem sudah memasakkan cumi saus asam manis, tempe goreng, dan sayur bayam.

"Kak, inget umur. Jangan kebanyakan makan cumi, entar kolesterol naik loh..." celetuk Vazza. Nanda sontak menatap Vazza tajam pura-pura marah.

"Oke, besok kamu siap-siap saya tinggal di tempat bermain."

"Eh.... Kok gitu sih. Kan aku baik ngingetin Kak Nanda."

"Abis kamu nyinggung-nyinggung umur saya."

"Yee... Situnya aja yang udah udzur kok nggak terima sih."

"Tunggu pembalasan saya Za. Kamu nggak akan saya kasih lepas." Vazza meleletkan lidahnya dan mengambil tempe potongan ke 2 nya.

Another Side ¦ Book 1 Of 2✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang