Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya mereka telah sampai didepan rumah.Tiba-tiba mereka berdua terlihat menyipitkan kedua mata bersama, memastikan apa yang sedang mereka lihat. Mereka pun akhirnya saling memandang bertanya-tanya. Lisa akhirnya tahu siapa yang sedang duduk diteras rumah nya itu, dia adalah Sandi. Lisa turun dari mobil, lalu menghampiri Sandi.
"Ngapain kamu ke sini?"tanya Lisa dingin.
"Kita jalan yuk,"ajak Sandi antusias.
"Emang kalo pacaran gitu yah? Harus jalan tiap hari?"tanya Lisa dengan wajah yang begitu polos.
Fitri benar-bena sangat menahan tawa melihat kelakuan sepupu nya itu dari belakang. Fitri tahu, bahwa Lisa sangat-sangat tidak mengerti mengenai pacaran. Karena ia belum pernah sama sekali pacaran. Fitri melangkahkan kaki nya memasuki rumah, meninggalkan Lisa dan Sandi.
Sandi meraih kedua tangan Lisa dalam genggaman nya, "Aku kesini mau ngajakin kamu nonton."
"Besok aja ya. Aku cape."ujar Lisa memberi alasan dan juga memberikan senyuman kepada Sandi atas penolakan nya yang diajak sang pacar menonton.
"Kalo makan gimana?"ujar Sandi memberikan tawaran lain kepada Lisa.
Lisa mendengus pelan, "Mending duit nya kamu tabung aja, soal nya aku lagi nggak mau kemana-mana."
Sandi melepas genggaman tangan nya pada tangan Lisa. Wajah Sandi menunjukkan ekspresi yang sangat kecewa pada Lisa.
"Kamu pulang aja ya."ujar Lisa lembut merasa tak nyaman sudah menolak ajakan Sandi, "aku masuk ya. Bye." Ucap nya singkat lalu meninggalkan Sandi sendiri.
***
Lisa masuk kekamar, meletakkan tas ransel nya dimeja belajar. Ia merasa begitu gerah hari ini, dan akhirnya Lisa memutuskan mandi untuk kembali menyegarkan tubuh nya.
Setelah lima belas menit mandi, Lisa pun keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih dibungkus oleh handuk. Lisa mengenakan pakaian santai. Setelah itu ia duduk ditepi kasur mengambil handphone, untuk mengecek beberapa pesan yang masuk.
Lisa mengerutkan dahi nya ketika mengetahui dilayar handphone nya tertera ada panggilan dari nomer yang tak dikenal. Lisa mencoba mengangkat telfon itu dengan sangat hati-hati.
"Hallo?"
"Haii Lis, gue Deni. Save nomer gue ya."
"Oke."
Lisa merasa lega, karna yang menelfon nya adalah Deni. Ia bahkan mengira bahwa itu panggilan dari orang-orang jahil.
"Woi, cewek chubby."
Mengapa tiba-tiba suara Deni menjadi berubah?. Lisa mengerutkan dahi nya. Suara Deni yang tadi, tak sama seperti suara yang barusan ia dengar.
Okay. Lisa mulai tahu suara siapa itu. Siapa lagi teman Deni yang menyebutnya 'chubby'. Sudah pasti ini cowok rusuh itu. Lisa memutar bola matanya malas.
"Nggak usah ngatain gue chubby, bisa kan lo?"
Lisa mulai bicara ketus pada Andra. Dan tapi, terdengar suara tertawa orang banyak diseberang sana. Pasti dia sudah menghabiskan volume suara Lisa, hingga terdengar oleh teman-teman nya.
Ini sangat membuat Lisa geram atas kelakuan Andra. Dengan cepat, Lisa langsung memutuskan sambungan telfon tersebut. Ia melempar asal handphone tersebut.
"Dasar orang gila."gumam Lisa
Lisa berdiri dari duduk nya. Ia mulai merasa lapar, karna belum makan malam. Lisa fikir, makan akan membuat emosi nya menghilang kepada cowok rusuh itu. Ia keluar kamar menuju meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rindu
Teen FictionSLOW UPDATE:) Bila rindu, katakan. Jika tak bisa, simpan. Meski itu menyakitkan.