05:00 AM.
Andra perlahan membuka mata dan berusaha mengembalikan nyawa nya lagi. Andra melihat sekeliling nya. Ia sudah berada ditempat favorite nya sekarang. Cowok itu berusaha untuk duduk. Ia meringis lalu memegang tulang pipi nya yang begitu sakit. Andra kembali mengingat kejadian tadi malam. Ia dikeroyok Sandi dan teman-teman nya, gara-gara Andra mulai dekat dengan Lisa.
Andra turun dari kasur lalu ia membuka lebar tirai gorden kamar nya. Masih terlalu pagi, langit pun masih sangat gelap. Matahari belum menampakkan cahaya nya. Andra menarik nafas nya dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan.
Cowok itu ingin sekali masuk sekolah hari ini, tapi sudah pasti tidak dapat izin dari orang tua dan bibi nya. Andra kangen sekali dengan suasana sekolah. Jika ia tidak sekolah hari ini, berarti Andra sudah lima hari tidak mengikuti pelajaran disekolah.
Memang, wajah nya masih ada lebam-lebam. Andra fikir, ia akan kuat jika hari ini masuk sekolah. Yang jadi kendala nya, pasti tidak dapat izin. Lihat lah nanti respon mereka seperti apa, Andra memilih bergegas kekamar mandi dan bersiap-siap menggunakan seragam sekolah.
Andra menuruni anak tangga rumah nya. Ia berjalan mendekat kearah meja makan. Disana sudah ada Bi Inem yang menuangkan teh dan Papah dan Mama nya yang sedang sarapan.
"Astaga Andra, kamu nggak boleh sekolah hari ini,"ucap Mama nya.
"Kamu dirumah aja Ndra,"tambah Wijaya.
Tak ada respon dari Andra. Ia memilih bergabung duduk disana dan ikut sarapan. Andra mengambil dua lembar roti beserta selai nya. Yuni (Mama Andra) dan Wijaya berdiri dari duduk nya. Andra mencium tangan Yuni dan Wijaya.
Yuni mencium dahi putra nya itu. "Mama berangkat dulu ya sayang." Yuni dan suami nya pergi meninggalkan rumah. Mereka akan bekerja, walaupun pekerjaan dan tempat kerja mereka berbeda.
***
Lisa dan Fitri berangkat ke sekolah menaiki mobil. Pagi ini Fitri meminta pada Lisa, untuk dirinya yang menyetir dan Lisa duduk disebelah nya. Lisa membuka aplikasi whatsapp, line, instagram namun tak ada satu pesan pun yang masuk dari Sandi. Sudah dua hari mereka tidak chatting-an. Lisa merasa sangat bersalah pada Sandi. Gadis itu memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah pesan.
Lisa= Aku tau aku udh salah besar sama kamu. Tapi tolong San, maafin aku.
Lisa= Malem ini aku bakalan kerumah kamu untuk minta maaf.
Pesan itu terkirim. Lisa menatap kearah jendela samping lalu membuang nafas nya gusar.
***
Andra tetap tidak mau mendengarkan nasehat Bi Inem dan orang tua nya. Cowok itu tetap saja memilih untuk ke sekolah hari ini. Padahal Bi Inem berusaha keras untuk menahan Andra, agar tetap di rumah dan beristirahat. Kondisi Andra masih agak lemah, apalagi tadi malam ia juga dikeroyok oleh Sandi dan pasukan nya.
Cowok itu berjalan dikoridor sekolah untuk menuju kelas. Andra berjalan sambil mendengarkan musik lewat earphone yang tersumpal dikedua telinga nya.
Andra menghentikan langkah nya. Ia bertemu dengan Lisa. Gadis itu kini tepat berada didepan nya sekarang. Andra melepas earphone tersebut dari telinga nya.
Lisa mengerutkan dahi nya. Gadis itu menunjuk wajah Andra, "Muka lo? Andra lo kenapa? Lo abis berantem?"tanya Lisa yang kelihatan nya khawatir pada Andra. Gadis itu hampir ingin memegang luka Andra namun Andra menghindari nya.
"Gue nggak-papa,"
"Tapi muka lo lebam-lebam kayak gitu," Kini gadis itu benar-benar terlihat khawatir melihat lebam yang ada di wajah Andra. "Terus, kenapa hari ini lo masuk sekolah? Kondisi lo kan belum sehat Ndra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rindu
Teen FictionSLOW UPDATE:) Bila rindu, katakan. Jika tak bisa, simpan. Meski itu menyakitkan.