chapter 27

70 19 1
                                    

Sudah lama sekali Andra dan kawan-kawan tidak melakukan kebiasaan ini. Biasanya mereka duduk dikursi depan kelas sepuluh dan kelas sebelas. Mereka akan memalak adek kelas disini. Bukan memalak, mereka itu seperti mengamen. Biasanya Kevin yang bermain gitar, dan Deni yang bernyanyi. Sedangkan Andra dan Nichol yang akan menagih setoran kepada adek-adek kelas yang lewat. Namun beda nya, semua siswa yang lewat dihadapan mereka harus memberi uang kepada mereka. Karena kebanyakan siswa takut jika berurusan dengan geng nya Andra.

Andra dan kawan-kawan sebenar nya sudah sering masuk BK karena ada yang melaporkan mereka. Namun alasan mereka hanya ingin bercanda dan hanya untuk berseru-seruan semata. Walaupun, uang yang mereka ambil tak pernah dikembalikan kepada pemilik nya lagi. Kalau dihitung, mereka sudah empat kali masuk ruang BK dan dua kali masuk ruang guru karena masalah ini.

Tidak ada tarif untuk memalak adek kelas, mereka hanya meminta sukarela, seikhlas nya saja. Yang penting ada.

"Setoran-setoran,"tagih Andra pada dua orang adek kelas cewek yang melewati jalan itu.

Kedua gadis itu langsung mengeluarkan uang dari saku nya dan memberi nya kepada Andra. Mereka memberi masing-masing lima ribu rupiah.

"Makasih cantik,"ujar Nichol.

Kedua gadis itu berjalan dengan sangat cepat meninggalkan cowok-cowok itu, karena mereka pasti takut.

Lisa, Fitri, Dewi, dan Raida sedang melihat kearah cowok-cowok itu dari jarak kurang lebih enam meter. Lisa hanya menggeleng tak percaya, apa yang sedang dilihat nya sekarang. Mereka memalaki adek kelas yang lewat dijalan itu.

Mereka sangat tidak berprikemanusiaan menurut Lisa. Memaksa seseorang untuk memberi mereka uang apakah pantas untuk siswa yang bersekolah di SMA favorite seperti ini. Jika diantara mereka yang lewat jalan tersebut tidak punya uang saku lalu bagaimana? Apa kumpulan cowok-cowok itu akan memberi peringatan? Atau bahkan memberi mereka pelajaran?

"Setoran-setoran,"tagih Andra lagi ketika seorang siswa lewat diantara mereka.

Siswa itu hanya menunduk takut dengan tangan yang gemetar. "Jangan kak, saya cuman bawa uang sedikit,"ucap nya gugup.

"Nggak usah bohong,"sahut Andra.

"Be-neran kak,"jawab nya sangat takut.

"Halah! Kemaren-kemaren duit lo banyak aja tuh,"cetus Nichol.

"Dompet saya hilang kak,"jawab nya.

"Udah sana lo!"Andra mendorong keras tubuh anak itu untuk menjauh dari mereka. "Gak berguna banget sih hidup lu!"

Lisa dan yang lain masih memantau apa yang kumpulan cowok itu lakukan. Kini seperti nya Lisa tidak tinggal diam, ia tak bisa membiarkan semua anak-anak dipalak oleh mereka.

"Nggak bisa dibiarin kalo kayak gini cara nya," Lisa mulai memanas.

"Udah lah Lis, biarin aja. Kerjaan mereka emang kayak gitu tiap pagi,"sahut Dewi.

"Lo jangan cari masalah deh Lis sama mereka,"tambah Raida.

Lisa menatap tajam kumpulan cowok-cowok itu diujung sana. Gadis itu benar-benar nekad untuk lewat ke jalan itu secara langsung. Ia tak perduli jika Raida dan Dewi biacara apa.

Tiga langkah lagi, Lisa akan melewati jalan itu. Ada rasa gugu sedikit, namun gadis itu tetap memberanikan diri.

"Setoran neng,"ujar Nichol.

"Gue nggak ada uang,"sahut Lisa.

"Ah masa sih? Nggak mungkin lah lo kagak ada duit. Lo kan anak orang kaya,"ucap Nichol.

Setitik RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang