Lisa melempar asal tas ransel nya. Sekolah hari ini membuat kepala nya hampir saja pecah. Sudah ulangan harian Matematika ditambah lagi ia harus menghafal rumus-rumus Fisika. Gadis itu merebahkan badan nya diatas kasur.
Ia kembali mengingat kejadian-kejadian yang telah terjadi disekolah nya tadi. Kejadian tentang Andra. Cowok itu telah menerima hukuman nya hari ini. Ia disuruh berlari keliling lapangan dua puluh lima kali dan berdiri dibawah tiang bendera sambil menghormat selama satu jam.
Lisa merasa kasihan pada cowok itu. Ia dapat merasakan bagaimana lelah nya jika melakukan itu semua. Namun hukuman, tetap lah hukuman. Itu harus dilaksanakan. Kejadian itu membuat semua para siswa merasa waspada jika sedang bermain bola. Jika tidak, entah mengenai kaca atau mengenai orang sekaligus.
Handphone Lisa tiba-tiba saja berdering. Gadis itu mengambil handphone nya yang tepat berada disamping kepala nya. Dan dilayar tersebut, terpampang jelas nama Sandi. Lisa kembali menaruh benda itu disebelah nya. Kali ini, ia sedang tidak ingin berbicara dengan Sandi.
Gara-gara sebuah panggilan ini, membuat Lisa kembali mengingat sosok Sandi. Baru saja pacaran kurang lebih satu bulan, sudah mulai ada gerak-gerik aneh dari cowok itu. Lisa pernah melihat nya dicafe bersama cewek, bahkan dengan wajah yang berbeda-beda dan ia juga sudah sering mendapati Sandi yang begitu gugup jika menerima sebuah telfon. Dan yang terakhir ini, Lisa mendengar dengan telinga nya sendiri jika Sandi menerima telfon dan memanggil nya dengan sebutan sayang. Itu membuat Lisa semakin curiga.
Dan handphone Lisa berdering kembali. Sandi menelfon nya lagi. Namun Lisa tetap tak mau mengangkat telfon nya.
***
Andra menuruni anak tangga rumah nya dengan menggunakan jaket kulit berwarna hitam. Laki-laki itu sudah sangat siap untuk berpergian.
"Den Andra mau kemana?"tanya Bi Inem ketika melihat Andra menuruni tangga.
"Aku mau ke basecamp Bi,"sahut Andra.
"Pulang nya jangan malam-malam ya den,"pesan Bi Inem.
"Iya Bi,"jawab Andra. Cowok itu mencium tangan ibu-ibu itu lalu mulai beranjak pergi.
***
08:00 PM
Lisa sedang berkunjung kekamar Fitri. Mereka sama-sama bermain handphone mereka masing-masing diatas kasur Fitri.
"Fit,"
"Hm?"
"Gue lagi pengen makan batagor nih,"ujar Lisa.
"Delivery aja udah,"sahut Fitri yang masih terus fokus pada handphone nya.
"Nggak mau. Kita beli nya pake motor aja. Deket kok, cuman deket bundaran depan,"paksa Lisa terus.
"Emang bakalan dibolehin?"tanya Fitri.
"Boleh kok. Nanti gue yang minta izin sama Papa,"ujar Lisa.
"Oke."
Mereka berdua bersiap-siap untuk membeli batagor. Lisa mengambil sweater coklat nya, sedangkan Fitri memakai jaket merah bermotif bunga-bunga. Kedua gadis itu menuruni anak tangga bersamaan. Fitri duduk disofa sambil menunggu Lisa meminta izin pada Rafly untuk pergi membeli batagor.
Tak lama menunggu, Lisa akhirnya menghampiri Fitri sambil mengangkat sebuah kunci. "Kita otw,"ucap Lisa.
***
"Batagor nya dua Pak,"ujar Lisa. Ia kembali duduk dikursi plastik yang bersebelahan dengan Fitri. Mereka berdua menunggu pesanan batagor.
"Batagor nya pedes neng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rindu
Teen FictionSLOW UPDATE:) Bila rindu, katakan. Jika tak bisa, simpan. Meski itu menyakitkan.