chapter 31

60 7 1
                                    

Tadi malam, setelah Lisa pulang dari makan malam nya bersama Sandi, Fitri menceritakan semua kejanggalan-kejanggalan yang ia temukan. Fitri mengatakan kepada Lisa, jika ia juga melihat beberapa memar di wajah Andra sama seperti apa yang ia lihat di wajah Sandi.

Awal nya Fitri hanya berfikir jika ini hanya sebuah kebetulan saja. Namun alasan yang mereka ajukan benar-benar sama. Sama persis. Andra bilang jika ia berkelahi dengan seseorang malam itu, dan Sandi pun juga mengatakan hal yang sama.

Kemungkinan yang muncul didalam benak Fitri adalah, sebenar nya malam itu Andra sedang bertengkar dengan Sandi. Dan itu adalah sebab mengapa ia terlambat ke cafe yang sudah ia janjikan kepada Lisa.

Lisa sedikit percaya dengan Fitri. Apa yang Fitri katakan itu masuk akal. Apalagi Lisa sudah tahu, jika Andra dan Sandi memang sama-sama memiliki dendam.

***

Lisa, Fitri, Raida dan Dewi sedang berjalan beriringan di koridor sekolah. Mereka baru saja keluar dari kantin lalu berniat untuk menuju kelas masing-masing.

Bug!

"Aww!"

Tiba-tiba saja sebuah bola basket membentur keras belakang kepala Lisa. Gadis itu meringis kesakitan karena bola nya melayang sangat ganas di kepala nya.

"Lo nggak-papa kan Lis?"tanya Dewi khawatir. Fitri dan Raida pun ikut panik melihat Lisa sangat meringis kesakitan.

"KURANG AJAR!"

Bug!  Bug!  Bug!

Lisa membuka mata  nya sedikit. Melihat sosok Andra yang dengan ganas nya memukul seseorang di tengah lapangan outdoor tersebut. Andra tak henti menggampar wajah Rio dengan kepalan ganas tangan nya. Lisa pun melihat Rio yang kini sudah terjatuh oleh Andra.

"Kepala gue sakit banget,"ujar Lisa tak tahan atas benturan keras di belakang kepala nya tadi.

"Yaudah kita ke UKS aja,"ujar Fitri. Mereka bertiga menuntun Lisa berjalan untuk menuju UKS.

Lisa berjalan menuju UKS dengan menahan rasa sakit nya. Ia tak bisa lagi menyaksikan aksi Andra di tengah lapangan. Lisa tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Andra dan Rio. Lisa berharap, semoga saja Rio tidak kenapa-napa karena Andra.

Lisa merebahkan badan nya diatas kasur berwarna putih polos tersebut. Ia terpejam, mencoba untuk menahan perih nya denyutan-denyutan yang terasa di bagian belakang kepala nya itu.

"Gue bikinin teh anget dulu ya,"ucap Fitri lalu keluar dari ruangan tersebut.

Dewi duduk di kursi kayu yang berada tepat disamping ranjang yang Lisa baringi. Dewi menggenggam erat jemari-jemari Lisa. Sedangkan Raida berdiri didepan pintu UKS dengan bahu yang menyender sambil menunggu petugas UKS datang untuk menangani Lisa.

***

Andra memasuki sebuah ruangan yang terkenal sangat angkir oleh murid-murid disini. Ruang BK adalah ruangan yang sangat angker bagi para murid, namun ruang kepala sekolah jauh lebih angker dari semua ruangan yang ada di sekolah ini.

Andra duduk disebuah kursi yanh arah nya tepat berhadapan dengan seorang pria tua berjas hitam yang tengah menatap sangar mata Andra.

"Sekarang Bapak tanya sekali lagi sama kamu. Apa kamu masih mau sekolah disini?"tanya pria paruh baya itu dengan berusaha menahan emosi nya.

Andra tertunduk, ia tak berani menatap wajah pria yang ada dihadapan nya sekarang.

"Saya akan telfon pak Wijaya untuk datang kesini, dan menyuruh beliau untuk kembali mencarikan sekolah yang lebih layak untuk kamu,"tegas beliau kepada Andra. Pria berjam tangan emas tersebut menelfon Papa Andra untuk datang ke sekolah ini.

Setitik RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang