"Sebagian wanita terlihat cantik dengan rambut panjang."
- Eza Harudi -
🍀
Satu hari sebelum Festival musik, Feya diwajibkan datang untuk geladiresik. Feya sampai di Aula. Ia celingukan kanan kiri mencari Kaichou-nya. Sejauh mata memandang hanya ada anggota OSIS yang tidak dikenali Feya. Mereka sibuk mendekor, menata lampu, memasang sound, bahkan hilir mudik dengan pamflet di tangan.
Feya menggigit bibir bawahnya. Ragu melangkah masuk ke Aula. Seperti terasing diantara antusiasme orang-orang yang menginginkan keberhasilan festival besok.
Akhirnya, di atas panggung sana Feya mendapati orang yang dicari. Eza, Kaichou-nya, sedang mengetam piano berkaki yang ditaruh di tengah panggung raksasa nan megah. Sesekali ia mengelap peluh di pelipisnya. Konsentrasi penuh ia curahkan pada piano yang akan menjadi alat tempurnya besok.
Feya memperhatikan dari jauh. Senang bukan main hanya dengan melihat sosok laki-laki berkacamata itu.
Sejurus kemudian Eza menyadari kehadiran Feya. Ia sempat melambaikan tangan dan menampilkan sederet gigi rapi.
Namun Eza tidak beranjak. Gestur tubuhnya memberi isyarat agar Feya menunggu. Sebab Eza kepalang tanggung dengan pekerjaannya. Feya mengangguk tanda setuju. Komunikasi mereka terjalin meski lewat anggukan kepala.
Feya duduk di salah satu kursi. Menunggu Eza menghampirinya. Mengetam piano bukan hal mudah, perlu konsentrasi. Dengan ada dia di dekat Eza, hanya akan membuyarkan pikiran Eza. Sudah betul Feya memilih duduk dan menunggu.
"Feya!" panggil seseorang membuat Feya menoleh padanya. Itu Dhani.
"Udah ke seksi kostum belum? Mereka punya kostummu buat pembukaan besok," dengan baik hati Dhani memberitahu.
"Iya, Dhani senpai!" Feya mengangguk cepat seakan lehernya mau copot.
Dhani memperhatikan Feya lamat-lamat. Gadis ini masih termasuk kriterianya. Bahkan anggukan kepala saja menurut Dhani sangatlah manis dan menggoda.
Bukan Dhani namanya kalau melewatkan kesempatan merayu gadis cantik nan mulus ini. Dhani mengangkat jemari, menelusur ke pipi Feya. Ia memanfaatkan kejadian pemukulan kemarin sebagai bahan untuk tebar pesona.
"Duh, pipi lu ga kenapa-kenapa kan, Feya?" ucapnya disertai elusan lembut ke pipi. "Kemarin memarnya parah, loh!"
Feya hanya mematung. Bibirnya tidak mampu berucap karena penyerangan yang tiba-tiba.
Belum juga Dhani mengeluarkan jurus keduanya, yakni menggombal, seorang menekan shutter kamera dan bunyi KLIK tertangkap telinga Dhani dan Feya.
"Hei, ngapain lu?" Dhani protes.
Seorang laki-laki dengan rambut lurusnya menurunkan kamera ke depan dada. Dengan polos menjawab pertanyaan Dhani, si kakak kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F. E. A. R [Tamat]
أدب المراهقين(Book #1 F.Y.M Universe) Kisah empat orang remaja dengan masalahnya masing-masing. Rean Kainand, laki-laki berkemampuan Hyperacusis yaitu kepekaan terhadap suara. Ia harus menekan emosi agar telinganya tidak berdenging setiap kali emosi meningkat...