I Can't

2.1K 143 29
                                    

Cukup lama mata mereka beradu pandang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cukup lama mata mereka beradu pandang. Menelusup ke relung hati mereka dan mengucapkan lafal yang sama. Aku rindu.

Satu langkah, dua langkah... sampai yang ke tujuh, mereka resmi berhadapan. Canggung, itu yang pertama. Mata mereka tak berkedip, rakus menatap satu sama lain.

"Hai!" ucap keduanya berbarengan. Kemudian senyum mengulum tutupi malu yang tiba-tiba membuncah.

"Eeto~ Rean-kun... ohisashiburi desu ne!" Feya mematahkan kecanggungan dengan suara manis yang Rean rekam di kepalanya.

Rean mengangguk sekali sebagai jawaban. Ia selalu menantikan panggilan Rean-kun itu menggaung lagi di telinga. Rean terlalu gembira.

"Rean-kun udah datang dari tadi? Udah salaman sama Kaichou?"

Kali ini Rean menarik dasinya lagi. Sungguh, ia merasa tercekik. Udara di sekitar sana terasa panas. Ia kehilangan suaranya. Pesona Feya membuat syarafnya berhenti berfungsi.

Lagi dan lagi Feya melancarkan kata-kata antusias. Ia bercerita bagaimana ia datang, lalu bertemu Kaichou-nya, mengagumi mempelai wanitanya. Rean menyaksikan setiap gerak gerik Feya dengan nanar juga hati yang hangat.

Secara sifat Feya tidak berubah, ia sama cerewetnya seperti dulu. Lengkingan di akhir nada bicaranya masih tetap jadi ciri khas. Namun, wajahnya makin dewasa, ia kehilangan pipi chubby-nya berganti dengan tirus nan merona. Rambutnya makin panjang sampai sepinggang. Feya makin cantik.

"Rean-kun..." belum selesai Feya bicara, sebuah suara memotongnya. Teriakan milik seorang wanita menyerbu ke tengah Feya dan Rean. Wanita itu melompat ke arah Feya, memeluknya sambil menghentak-hentakkan kaki saking antusias. Wanita itu adalah Sanny.

"Feya... aku kangen," ucap Sanny dengan butir air menggenang di sudut matanya. Tak jauh darinya Dhani muncul sambil mengangkat tangan kanannya seperti sedang mengatakan 'halo' pada Feya.

Feya melengkungkan bibir merahnya, membantu Sanny menyeka sudut mata agar pertemuan itu tidak dihiasi tangis.

"Aku kira kamu ga akan datang," Sanny manyun.

"Gomenasai, aku udah buat Sanny-chan marah."

Sanny menggeleng, tidak masalah buatnya, asalkan bertemu Feya, itu sudah cukup.

Setelahnya, Sairudi dan Izal menghampiri. Mereka menyerbu Feya dengan gumaman akrab. Feya di kelilingi para perindunya. Selalu begitu, Feya bagai magnet untuk semua orang. Ia seperti poros dari hati yang haus akan cinta.

Rean seperti terdorong keluar lingkaran. Ia hanya bisa menatap Feya yang tertawa-tawa karena guyonan Dhani, atau manyun karena Izal mengejeknya. Sekarang hanya sebatas inilah yang bisa Rean lakukan. Sebab dia bukan siapa-siapanya lagi.

Sebuah suara menggema seantero gedung, suara dari mic panggung hiburan mengumumkan hal penting.

"Kepada alumni SMA 1 diminta naik ke podium pelaminan untuk melakukan sesi foto."

F. E. A. R  [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang