"Bagiku, fotografi bukan tentang melihat, tapi merasakan."
- Sairudi -
🍀
Langit sedang cerah-cerahnya. Biru, hampir seluruhnya biru. Laki-laki itu mesti sedikit menyipit untuk bisa melihat kemilaunya. Hamparan langit memayungi tubuhnya dengan hangat. Menelusup dalam kulit terasa sampai ke tulang-tulang.
Laki-laki itu tergerak untuk meraih kamera. Menyodorkan lensa pada mahakarya sang pencipta. Pemandangan langit di atas gedung sekolah.
JEPRET!!
Shutter kamera berkali-kali ia tekan. Mengambil angle sedemikian rupa untuk memuaskan hasratnya di dunia fotografi. Laki-laki itu memang ahli dalam hal ini.
Beberapa orang mengagumi hasil karyanya. Tak jarang dari mereka meminta dipotret olehnya. Menjadikan diri mereka berbintang di ujung kamera, atau sekedar mengabadikan momen yang tidak akan pernah berulang. Sudah banyak yang jadi sasaran tembaknya. Semua tersimpan rapi di pojok kamar. Jadi koleksi pribadi.
Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh sebuah suara dari atas gedung.
"Lagi apa kamu?" suara gadis. "Kamu memotret celana dalamku? Sukebe~ (1)"
Gadis itu memunculkan wajahnya kemudian. Ia sedang duduk di dahan pohon besar. Dengan lihai ia melompat dengan kedua kaki. HUP! pendaratan sempurna tepat di hadapan si laki-laki.
"Sini, lihat kameramu!" gadis itu memaksa.
Tentu saja tidak ia berikan. Kamera SLR itu adalah harta bendanya, hasil menabung bertahun-tahun ditambah uang pemberian ayah. Laki-laki itu menamai kameranya Ruri. Ruri-nya tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.
"Engga mau."
"Hapus gambarku!"
"Aku ga motret kamu, kok!"
"Bohong?!"
"Itu tuh, langit... aku motret langit. Langitnya biru, sayang kan kalo aku lewatkan?!"
Gadis itu sedikit tak percaya. Tangannya tidak digunakan untuk merebah meminta kamera lagi. Ia menyipitkan mata, tak berapa lama langsung menyambar Ruri-nya.
Gerakannya cepat. Tak disangka ia punya kemampuan sebagai penjambret. Beda sekali imejnya dengan wajah manis berkulit putih susu.
"Aduh, kembalikan kameraku!"
Gadis itu memutar badan, menunjukkan punggungnya yang mungil. Dia tidak lebih tinggi dari si laki-laki. Hanya sampai hidungnya.
Laki-laki itu menggapai kamera dari tangan si gadis yang mulai menekan-nekan sembarangan. Ia khawatir dengan Ruri-nya.
Gadis itu kemudian diam, alisnya terangkat.
"Ano~ ini... gimana cara nyalainnya?"
Segera ia sambar Ruri dari genggaman si gadis yang mulai melemah. Kali ini Ruri berpindah tangan pada si pemilik.
KAMU SEDANG MEMBACA
F. E. A. R [Tamat]
Teen Fiction(Book #1 F.Y.M Universe) Kisah empat orang remaja dengan masalahnya masing-masing. Rean Kainand, laki-laki berkemampuan Hyperacusis yaitu kepekaan terhadap suara. Ia harus menekan emosi agar telinganya tidak berdenging setiap kali emosi meningkat...