(Book #1 F.Y.M Universe)
Kisah empat orang remaja dengan masalahnya masing-masing.
Rean Kainand, laki-laki berkemampuan Hyperacusis yaitu kepekaan terhadap suara. Ia harus menekan emosi agar telinganya tidak berdenging setiap kali emosi meningkat...
"Kalau kamu tertangkap basah sedang melakukan hal konyol, bilang saja kamu kalah taruhan."
- Eza Harudi -
🍀
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tangisan Feya tumpah begitu bokongnya menempel di kursi piano. Eza menutup pintu ruang musik, mengintip jendela dan memastikan tidak ada siapapun yang lewat. Ini kali pertama ia membolos jam pelajaran. Perkara Feya selalu utama baginya. Dan setiap tetes air mata Feya membuatnya lemah.
Eza menggeser kursi, duduk di hadapan Feya yang meraung-raung seperti anak kecil. Dia benar, stok air di tubuhnya sangat banyak. Karena sampai menit ke sepuluh, air mata itu masih luber membanjiri pipi, lalu merembes ke rok abu-abunya.
Feya mulai tenang. Matanya mencari mata Eza yang menatap nanar. Ada ketenangan dari cara ia mengedipkan mata. Eza memang ahli dalam hal mendamaikan seseorang.
"Kaichou~" rengeknya mirip seperti anak kecil. "Rean-kun dan Sanny-chan sudah ciuman. Aku tahu dari foto yang Sanny-chan simpan."
Eza mengerjap. Memorinya kembali pada kejadian dua tahun ke belakang. Ya, Eza memang tahu perihal itu, kebetulan ia juga ada di sana.
"Oh!" Akhirnya Eza tahu apa yang membuat Feya menangis begitu lama.
"Sanny-chan simpan fotonya, apa dia masih suka Rean-kun? Apa dia bohong waktu kutanya masih ada perasaan atau engga? Gimana kalo ternyata Sanny-chan beneran masih suka? Aku akan kalah kalo dibandingkan Sanny-chan. Rean-kun kan suka suaranya," katanya masih terisak-isak.
Eza menelan ludah. Sekali lagi ia mengizinkan tangisan itu mengalir, sebab detik kelima ia sudah memutuskan akan membuatnya berhenti.
"Feya... Sanny yang kukenal bukan orang yang berkhianat. Ia serius waktu bilang kalo ga ada lagi perasaan sama Rean. Aku berani jamin itu soalnya di antara semua cewe yang kukenal, cuma dia satu-satunya yang selalu jujur," jelas Eza. Nampaknya hal itu berhasil membuat Feya menghentikan isakan.
"Sanny pilih kamu jadi temannya, selama ini dia ga pernah benar-benar punya teman. Kamu tahu artinya apa? Sama kaya cinta pertama, berteman sama kamu adalah pertama buat Sanny."
Eza sendiri kaget, apa ia mengenal Sanny sejauh itu. Sosoknya selalu ia abaikan, tapi hatinya tertangkap oleh pesona dari gadis cantik asal Aussie itu.
"Tentang foto itu, mungkin ada kesalahpahaman. Sanny sangat membencinya. Setahuku dia marah waktu Jhon mencetak foto itu dan diam-diam menyelipkan di buku Sanny."
"Fey, bicaralah sama Sanny. Dia ga akan pernah benci kamu. Sanny udah menganggapmu sebagai porosnya. Kamu dunianya."
"Demo, Kaichou~ Kalo dia beneran suka Rean-kun, gimana?"
Eza menampilkan senyum seribu watt-nya. Ia bisa memastikan satu hal itu dengan pasti, valid, dan akurat.
"Engga. Sanny ga pernah suka sama Rean-mu. Aku jamin."