Past of Rean

1.2K 128 38
                                    

"Melihatnya, seperti kembali ke masa lalu. "

- Rean Kainand -

🍀


Feya belum pernah sekalipun tampil di atas panggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feya belum pernah sekalipun tampil di atas panggung. Hari itu pertama kali ia mendapat tepukan tangan membahana dari berbagai sudut di aula. Tidak berhenti bahkan sampai ia dan Eza membungkukkan badan tanda pementasan telah usai.

Mereka turun panggung, orang-orang di belakang layar menyalami keduanya. Pujian bertubi-tubi terlontar dari siapapun yang mereka temui.

Feya tersenyum malu. Tidak pernah semenyenangkan ini mendapat pujian dari orang-orang.

"Selamat, aku baru saja jadi penggemarmu," kata Eza dengan semburat senyum di wajah.

Bibir segarisnya sempurna menghipnotis Feya. Seolah tidak memperdulikan wajah Feya yang bersemu merah, Eza menepuk puncak kepala Feya dua kali. Tersemat kata-kata menenangkan di sana.

"Suaramu bagus, aku suka!" puji Eza.

Belum tuntas euforia antara Feya dan Eza, seorang laki-laki tergesa mendatangi keduanya. Ia terengah-engah, napasnya naik turun. Perlu beberapa detik sampai ia bisa mengontrol diri dan berkata pada Eza.

"Ke-ketua OSIS, itu... pak Irdan... dia menyuruhmu datang ke toilet di ujung."

"Kenapa?"

"Itu...  Rean." Mendengar nama itu saja pupil mata Eza langsung membesar. "Dia teriak-teriak terus di sana."

Tanpa perlu penjelasan lebih, Eza sempurna melesat bak pelari tercepat sepanjang masa. Ia meninggalkan Feya yang menatap keheranan dan penuh tanda tanya.

"Na-nani ga atta no?" ucapnya dalam hati.

Sama hal nya seperti Eza, Feya ikut berlari di belakang Eza. Telinganya sensitif mendengar nama Rean. Ia merasa harus tahu apa-apa yang terjadi padanya.

Mereka tiba di toilet ujung aula. Terdengar teriakan dari Rean. Menyakitkan, membuat siapapun yang dengar merasa lemas karena kasihan.

Eza sigap menghampiri pak Irdan yang kesusahan menenangkan Rean. Ia meronta-ronta, tubuhnya menggelinjang di lantai.

"Apa yang terjadi, pak?" tanya Eza kemudian.

"Rean kumat lagi," lirih pak Irdan. "Za, lakukan seperti waktu itu, tolong panggil dia, kumohon!"

Dia?

Tak henti Feya bertanya-tanya, tahu-tahu Eza sudah menganggukkan kepala dan lari keluar toilet.

Di luar toilet sudah ramai, berbondong-bondong orang ingin tahu asal muasal teriakan Rean. Untunglah seseorang berinisiatif untuk mencegah keramaian itu sampai ke dalam toilet. Hingga tinggal Rean, pak Irdan dan Feya saja yang berada di dalam.

F. E. A. R  [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang