Riddle 144

109 4 18
                                    

Aku berada di ruang otopsi bersama Leonard, kami kedatangan dua mayat. Kami belum mengetahui keadaan mereka sama sekali.

"Mari bekerja Leon."

Leonard mengangguk.

"Leon apa kau melihat maskerku ?"

"Di saku celanamu Advent."

Aku menemukannya lalu memakainya. Mengenakan sarung tangan lalu bersiap.

"Leon ayo bekerja jangan menunda lagi."

Leon mengangguk.

Aku menarik kain putih tebal yang menutupi tubuh kaku yang ada di hadapanku.

"Oh Tuhan."

Mataku terbuka lebar karena pemandangan di depanku. Leon pun menarik kain putih tebal yang ada di depannya. Alhasil matanya juga terbelalak.

Aku terbatuk sampai mual. Leon hanya mematung saja. "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan." kata Leon.

Aku melihat leher korban depanku. Sobek sangat dalam sampai aku bisa melihat isi leher itu. "Leher korban sobek sangat dalam, sobekan pun halus. Pasti pisau yang di gunakan sangat tajam."

Aku melihat Leon, tetap mematung. "Leon duduk lah bila kau tak sanggup melakukan ini.". Aku memegang kedua bahunya untuk membawanya duduk di bangku.

"Ini membuatku tekanan jiwa Vent." setekah itu meminum segelas air.

Aku melihat di bagian Leon. Oh tidak. Ini bahkan lebih buruk dari pada bagianku. Leher sobek lebih dalam setengah lingkaran, jantung terkoyak, bagian ginjal sobek besar dan dalam.

Aku ingin berhenti mengerjakan ini sementara. Aku tak kuat. Padahal ini adalah pekerjaanku. Aku tak kuat demi apa pun.

RIDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang