Crimson day

449 21 0
                                    

3 Juni 1944

Langit yang gelap, angin yang kencang, namun nampaknya hujan tak ingin turun. Aku berada di sebuah kapal kecil bersama sembilan belas temanku. Aku adalah kapten, hanya beberapa anak buah yang aku pegang, yang lainnya berbeda kapten.

"Bersiaplah satu menit lagi. Semoga Tuhan melindungi kalian." kata Parker pengendara dari kapal kami dengan suara yang cukup lantang.

"Dengarkan, begitu kalian sampai di pesisir pantai kalian bergerak cepat, karena bila kulihat dari kejauhan mereka berada di dataran tinggi dengan senjata mesin. Bergeraklah secepat mungkin. Mungkin nanti akan ada lima orang bergerak sendiri, satu menjadi kapten walau mereka bukan kapten."

"Apa ? lima orang bergerak sendiri dan satu orang menjadi kapten ? itu tak berfungsi. Banyak dari ini mereka terbunuh, ini tidak bekerja dengan baik." kata anak buahku Luis.

"Berkumpul saja kalian dengan teman kalian, walau kalian tak mengenali mereka." kataku.

"Bersiaplah, mungkin aku akan bergerak sangat cepat. Sampai berjumpa di pantai nanti." sambungku.

Kami semua terdiam. Kami hening. Suara air menabrak kapal menjadi musik alami yang menempel di telinga kami.

"5 detik lagi." kata Parker.

"Buka gerbang neraka!" kata teman Parker yang berada di sebelahnya.

Sial! Mereka menembak dari dataran tinggi secara tiba-tiba dan cepat sekali. Aku mencoba berlindung dengan tubuh kaku teman-temanku.

"Berenang! Tidak ada jalan lain selain itu."

Anak buahku Luis dengan cepat melompat ke dinding kapal mencoba melempar tubuh gendutnya ke dalam air. Lalu Will, Jack, dan Sean. Setelah mereka melompat aku pun melompat ke dalam air.

Aku mencoba berenang walau beban yang kupanggul bisa membuatku tenggelam di telan lautan. Aku mencoba terus menerus. Sampai akhirnya aku menyatu menjadi keluarga besar air. Aku bisa berenang. Aku mendayung kakiku lebih cepat agar lebih cepat mencapai pesisir pantai.

Aku terengah-engah. Karena aku memaksakan nafasku agar aku lebih cepat sampai di pesisir. Aku melihat sebuah kekacauan besar. Para pasukan yang bersembunyi di balik gundukan pasir tinggi. Tidak melawan. Seseorang mencoba melakukana apa yang kukatakan. Lima orang bererak sendiri dan satu orang menjadi kapten. Mereka terbunuh oleh jarum yang sangat tajam dari senjata mesin.

Aku mencoba berdiri karena aku sempat berlutut karena kelelahan berenang. Aku mencoba bangkit, berjalan lalu berlari di temani oleh angin di pesisir pantai. 

Angin mendororngku untuk berlari lebih cepat. Sampai akhirnya aku terjatuh di bawah gundukan pasir tinggi.

"Kapten, kami menunggumu di sini menunggu untuk perintah."

Aku tak menjawab.

"Mana Chris ? di mana Chris ?!" kata Sean.

"Pompa jantungnya, dan coba berikan nafas buatan." Chris menolong seseorang yang terluka.

Pria itu sadar. 

"Dengarkan aku kau bisa ?"

Pria itu mengangguk pelan.

"Lukamu sudah kuobati, kemungkinan kau akan bisa berlari dan berjalan sepuluh menit lagi."

"Chris! Chris!"

Chris berlari dengan cepat bergabung bersama kami.

"Chris di sini kapten!" dengan suara lantang.

"Baiklah kita semua sudah berkumpul. Semuanya bersiap untuk penyerangan."

"Will di mana senjatamu ?" tanya Luis.

RIDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang