Short Story Romance

1K 43 57
                                    

Aku berada di kamarku sedang mengedit foto. Karena itu adalah rutinitasku di malam hari. Seorang wanita datang kerumahku. Nama dia adalah Elly. Seorang wanita berumur sembilan belas tahun, tinggi tubuh seratus tujuh puluh lima senti, rambut pirang panjang, bibir yang merah alami, mata yang biru. Benar-benar sempurna.

"Nyonya Amber." kata Elly sambil memeluk ibuku.

"Apa yang kau lakukan malam-malam seperti ini ?"

"Aku ingin bertemu dengan Kevin."

"Ow dia ada di kamarnya melakukan rutinitasnya." Elly berjalan melewati dapur, di sana ada ayahku yang sedang memandikan kucingnya dengan air hangat. Elly menaiki tangga, karena kamarku di lantai atas. Elly membuka pintu kamarku tanpa mengetuk. Aku berbalik dengan kursi putarku. "Waw, sepertinya aku kedatangan seorang model di rumahku."

"Terima kasih Kevin."

"Silahkan duduk." kataku sambil bangkit dari kursi putarku, aku duduk di sisi kasur.  Elly, mengenakan hoodie hitam, celana jeans hitam pekat. Kulit putihnya mencolok di mataku.

"Apa ada yang kau ingin bicarakan ?" kataku dengan senyum. "Aku ingin meminta maaf atas kelakuanku empat hari lalu."

"Ow, kau masih memikirkan itu ?"

"Begitulah, karena aku tidak bisa tidur. Aku merasa sangat bersalah sekali."

"Janganlah merasa bersalah begitu." kataku sambil membelainya manis hingga pipinya memerah, dengan sedikit ciuman pada pipinya.

"Aku ingin menunjukanmu sesuatu." kataku sambil mengambil sesuatu di laci dekat komputerku. Lalu aku mengeluarkannya. "Lihatlah foto ini" kataku sambil memperlihatkan foto itu satu per satu. Elly terkejut, sangat terkejut. Aku tersenyum saja melihat itu.

"Bagaimana ?, bagus bukan foto editanku ?" aku membuatnya seolah foto itu begitu romantis sekali. Mengubah pencahayaan sehingga terlihat intim.

"Kevin maafkan aku."

"Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi. Kau sudah mempermainkanku lima kali. Aku tetap memprcayaimu dan memberimu kesempatan." kataku sambil tersenyum.

"Maafkan aku Kevin aku tidak bermaksud-" Elly berhenti berkata karena wajahku sangat dekat dengannya.

"Mana favoritmu ?" Elly terdiam. "Favoritku adalah di saat kau dengan Jacob, berada di pasar malam berciuman dan aku mendapatkan momen langka kalian lalu aku mengabadikan momen itu. Sepertinya aku harus menjadi seorang fotografer kan ?"

"Kevin-" sambil memegang pipiku namun aku menepis tangan itu.

"Bagainana ? kau menyukai ini kan ? mempermainkan hati memang menyenangkan bukan ? namun bila pria memainkan hati wanita akan di katakan pengecut. Itu lah alasan kami pria terkadang mencari saat yang tepat untuk balas dendam." aku sedikit tersenyum dan tertawa kecil. Elly membendung air matanya, aku melihatnya dan aku hanya tersenyum sepanjang percakapan.

"Kevin, Kevin maafkan aku, aku benar-benar... Tidak berniat." katanya dengan nada menangis.

"Bila tidak berniat pasti kau akan datang ke hadapanku meminta maaf tulus dan bersumpah tidak melakukan itu lagi, dan bagaimana aku bisa memaafkan kau yang sudah mempermainkanku lima kali ? Rasanya aku seorang pria yang simping ke padamu bila aku terus memaafkanmu." aku menjauhkan kepalaku lagi dari Ally, karena jarak kursi dan ranjangku cukup dekat, mencoba duduk tegak dengan kedua tanganku menjadi penegak tubuhku.

Air mata Ally mengalir deras bagaikan tangisan seorang Dewi yang kehilangan seorang putranya. "Kevin aku benar-benar meminta maaf." Aku menarik kursiku lebih dekat lagi.

"Asal kau tahu. Selama ini aku menghadapimu aku menahan emosiku. Bila aku tidak menahannya. Aku akan membunuhmu. Jantungmu akan kujadikan sebuah bola baseball. Lalu tubuhmu akan kujadikan boneka dan kupajang begitu saja. Jangan salahkan aku, aku mengerti cara membunuh dari A sampai Z dan itu bukan lah bualan semata. Karena aku sudah menonton banyak sekali video sadis sehingga aku mengetahui itu.

Elly beranjak dari kursi dan membaringkanku di ranjangku, wajahnya berada di atas wajahku. "Air matamu hanyalah air mata buaya. Semuanya sudah terjadi, tidak ada lagi penyesalan, dan tidak ada lagi maaf untukmu." Elly berpindah dariku, posisinya menjadi duduk, menagis di ranjangku.

"Semuanya tidak berguna Elly." lalu Elly memelukku dengan erat, wku memeluknya juga, membelainya dengan hangat. Di saat melepaskan pelukannya aku mengecupnya beberapa kali dan menghapus air matanya.

"Aku......tidak berniat menyakitimu. Kevin. Aku tidak tahu bila kau mengikuti di saat aku bepergian."

"Aku memasang pelacak di ponselmu, aku bisa melihat semua aktivitasmu. Kau melakukan video call dengan Jacob dua hari lalu dalam keadaan bugil kan ? kau bertingkah layaknya seorang pelacur kotor." kata-kataku semakin meremukkan hatinya. Tangisannya semakin dalam. Aku tersenyum saja. "Aku bisa menjelaskan itu, sungguh aku bisa."

"Baiklah, bagaimana dengan fotomu dengan pose kau membuka kedua kakimu dan memberikan tulisan "siap untuk digunakan" kau ingin hamil darinya ? Silahkan. Karena kau yang akan menderita sedangkan aku bisa mencari yang lain yang lebih baik darimu." aku tersenyum, dia kembali memelukku dan mengalirkan air matanya.

"Dengarkan aku." kataku sambil melepaskan Ally yang memelukku.

"Aku tak akan memaafkanmu. Tapi aku tidak mau lagi mempunyai hubungan denganmu. Jadi aku putus denganmu. Aku tidak ingin menjadi bonekamu yang diam akan apapun yang kau lakukan. Jadi aku akan dengan senang hati melihat Jacob mengisi rahimmu dengan benihnya. Karena untuk apa wanita yang tak memiliki value bersanding dengan pria dengan value tinggi." dengan senyuman. Setelah itu Elly melepas pelukannya, aku mengecupnya beberapa kali lagi.

pukul 22.00 malam Elly pulang. Aku yang mengantarkannya.  "Terima kasih karena kau sudah berbicara padaku apa yang kau rasakan." Aku mengangguk. "Jangan lupa foto hasil editku. Pajang itu di kamarmu, aku akan sangat senang. Oh ya, aku akan sengat senang juga bila aku harus merekam dirimu berada di ranjang bersama Jacob. Karena... Kau menginginkannya jadi mengapa tidak. Kau yang mengandung dan kau yang akan menderita. Aku hanya tertawa."

Ally mengangguk, matanya masih terlihat bila dia telah menangis. "Kau sungguh ingin melihat Jacob berada di ranjang bersamaku sampai ia menghamiliku ? Bagaimana kau bisa melakukan itu kepadaku ?"

"Tentu saja bisa, karena kau sudah tak kuanggap. Jadi silahkan lah berolahraga ranjang dengan lima belas pria sekaligus. Aku akan senang mendokumentasikan itu, lalu akan kutunjukkan itu kepada kedua orangtuamu."  Aku membelainya beberapa lama. Aku mengecupnya beberapa kali, hingga akhirnya Elly memberikan ciuman untukku. Bila kurasa itu sebagai tanda maaf yang terakhir kalinya.

"Terima kasih Kevin. Selamat malam" katanya sambil keluar dari mobil ayahku.

"Selamat malam Ally." kataku.

Di saat mengucapkan selamat malam, Elly masih tersenyum kepadaku. Kurasa itu bukanlah sebuah senyuman paksaan. "Akankah ada kesempatan untukku agar kau kembali percaya padaku ?"

Aku mengangguk. "Ya tentu saja. Tentu saja. Bawa Jacob kepadaku, lalu aku akan menyiksanya di depanmu. Syaratnya adalah jangan pernah mengalihkan pandanganmu selama penyiksaan itu dan kau harus menyiksanya juga tanpa merasa kasihan. Kau bisa melakukan itu, kau mendapatkan kepercayaanku lagi. Mudah bukan ?" ia mengangguk dengan bendungan di matanya, aku segera turun dan memeluknya sekali lagi.

"Kevin berikan aku kesempatan sekali lagi, apabila aku gagal aku akan pergi dari kehidupanmu selamanya. Berikan aku kesempatan." ucapnya dalam tangis di pundakku. "Lakukan saja apa yang ku ucapkan tadi."

Hi!!!! guys, buat beberapa hari ini mungkin gk update, karena lagi gk ada ide. Ya jadi dari pada kosong, nikmati aja short story romance ini, bagi yang kepo sisi lain dari author. Ya just enjoy this short story. Pengen banget si mau nulis romance. But nope. Anti romance romance club.

RIDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang